Di atas kursi kebesarannya, Wang Yibo duduk dengan wajah serius. Tangan yang dibalut kemeja putih bergerak lincah, membolak-balik lembaran kontrak kerja sama yang bernilai milyaran yuan. Membaca dan meninjau lebih lanjut kelayakan kontrak sebelum memutuskan untuk bekerja sama pada perusahaan tersebut.
Dengan cekatan, jemari yang memegang pena bergerak---menorehkan tinta hitam pada lembaran kertas putih di atas bagian kosong yang bertuliskan namanya---membubuhkan tanda tangan di sana.
Jarum jam terus berputar. Satu per satu, tumpukan dokumen yang tadi menggunung mulai berkurang seiring dengan terkurasnya tenaga Wang Yibo. Kekasih Xiao Zhan itu, benar-benar tenggelam bersama tumpukan dokumen hingga lupa waktu.
Di luar sana, rona merah kekuning-kuningan terpancar memenuhi cakrawala, saat sang bagaskara mulai terbenam. Tak lama berselang, langit perlahan berubah gelap, menandakan jika siang telah berganti malam.
Wang Yibo telah menyelesaikan lembaran terakhir. Tubuh lelahnya dihempaskan pada sandaran kursi. Kacamata yang sejak pagi tadi bertengger di hidung dilepaskan.
“Lelah sekali rasanya.”
Salah satu tangan terangkat, memijit pelan pelipis yang mulai berdenyut-denyut. Kedua mata terpejam, menikmati sensasi yang dihasilkan oleh tangannya sendiri.
Dulu, dulu sekali, saat Xiao Zhan masih berada di sisinya. Hal-hal sederhana seperti ini telah menjadi kewajiban pria manis tersebut. Di saat rasa lelah itu datang selepas bekerja, Xiao Zhan akan selalu memanjakan dirinya dengan segala macam bentuk perhatian.
Salah satu dari sekian banyak hal yang paling Yibo sukai adalah bagaimana Xiao Zhan memijitnya dengan lembut. Tekanan yang dihasilkan dari sepasang tangan lentik itu benar-benar ampuh mengusir rasa lelah Yibo. Bagai obat mujarab, pijitan Xiao Zhan mampu merilekskan kembali otot yang tegang setelah bekerja seharian penuh.
Ah, memikirkan itu membuat Yibo kembali merindukan sosok manisnya. Sosok yang entah berada di mana sekarang.
Apakah benar ia telah tiada seperti yang orang-orang percayai, ataukah justru masih hidup di suatu tempat di belahan dunia ini? Entahlah, Yibo pun tidak tahu.
Liquid bening berkumpul di balik kelopak mata yang tertutup rapat. Mendesak keluar seiring rasa perih yang menyambangi hati.
“I miss you, really miss you, Zhanzhan. Can you come back to me? Please ....”
Setelah mengistirahatkan tubuh sejenak, Yibo pun beranjak meninggalkan ruangannya. Suasana di sepanjang lorong terasa sepi karena kebanyakan pegawai telah kembali ke rumah masing-masing. Hanya tersisa sekuriti dan beberapa pegawai yang mungkin saja mendapatkan jatah lembur untuk menyelesaikan pekerjaan yang mendesak.
Di dalam mobil, Yibo termenung, melempar pandangan ke arah luar. Menatap tanpa minat suasana malam kota Chonqing yang dipenuhi kemerlap lampu-lampu jalan.
Beberapa muda-mudi terlihat berboncengan mesra dengan pasangan masing-masing, menimbulkan rasa iri dalam diri.
Yibo tersenyum kecut, jantungnya seakan diremas nyaris hancur, kala rentetan kenangan mulai berputar di dalam kepala.
Di balik kemudi, sang supir hanya mampu menatap iba pada wajah sendu yang selalu ditampilkan oleh sosok majikannya akhir-akhir ini.
Pria yang dikenal dengan nama Yubin itu pun dengan berani berkata, “Jika Tuan merindukannya, Tuan bisa mendatangi tempat-tempat yang memiliki kenangan nyonya.”
Mendengar itu, Yibo menatap Yubin sekilas. Ini kali pertama supir pribadinya berbicara terlebih dahulu padanya. "Jika aku ke sana, bukankah itu akan semakin membuatku merindukannya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough (Yizhan) PDF Ready✅
RomancePerbedaan kasta dan restu membawa Wang Yibo dan Xiao Zhan pada sebuah perpisahan yang menyakitkan. Ini adalah sebuah kisah di mana cinta, pengorbanan, kerja keras dan tekad diuji. Mampukah keduanya meraup kebahagiaan bersama atau justru berhenti...