Wang Yibo mematung melihat sosok yang berdiri tegak di antara para karyawan yang menunduk. Apakah ini nyata?
Apakah benar orang yang tengah berdiri di depannya adalah Xiao Zhan, pujaan hatinya?
Onyx tajamnya memanas, hendak berkedip tapi takut jika ini hanyalah sebuah fatamorgana yang timbul karena terlalu merindu.
"Bunny!”
Zhoucheng dan Haikuan saling bertukar pandangan. Awalnya mereka hendak menegur karyawan yang dinilai kurang ajar tapi terhenti kala mendengar Yibo menyebutnya dengan sebutan Bunny. Seketika keduanya pun menjadi paham jika sosok itulah sang ratu yang selama ini diperjuangkan.
Wang Yibo dan Xiao Zhan saling menatap satu sama lain. Pandangan keduanya beradu. Siapa pun bisa menangkap jelas adanya jejak kerinduan mendalam yang disertai rasa sakit terpancar dari dua pasang mata yang sedari tadi saling mengunci.
Xiao Zhan tak tahan lagi, ia hendak berlari menerjang tubuh tegak kekasih hatinya tapi urung kala melihat Wang Yibo menggeleng. Ini adalah kali pertama Yibo menolak dan itu cukup menyakiti hatinya.
“Kenapa,” ucapnya lirih yang masih bisa dibaca oleh Yibo melalui gerakan bibir.
Dengan tatapan terluka Xiao Zhan menarik diri. Ia tak mampu menerima penolakan. Air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk mata meluruh tanpa komando.
Terlalu menyakitkan. Ia seakan dicabik-cabik oleh benda tajam. Tanpa pikir panjang, kaki jenjang yang dibalut sepatu kulit berlari. Mengabaikan banyak pasang mata yang memandang heran padanya. Saat ini yang ada di benak Xiao Zhan adalah pergi sesegera mungkin. Masa bodoh dengan yang lain.
Perih!
Wang Yibo hancur begitu dalam melihat Xiao Zhan menangis. Ingin rasanya ia berlari menerjang pria yang sangat dicintai dengan pelukan hangat. Menghujani setiap inci wajah itu dengan kecupan-kecupan mesra tapi kewarasannya lagi-lagi melarang. Yibo tak mau Xiao Zhan diterpa gosip miring. Yibo takut jika Xiao Zhan tak lagi sendiri. Ia tak mau menimbulkan kesalahpahaman di kemudian hari dan berakhir menghancurkan kebahagiaan sang pujaan hati.
Maafkan aku, Bunny.
Yibo mendongak berusaha menahan bulir bening yang terus menerus mendesak keluar. Dengan sepasang mata berwarna merah, ia pun melangkah cepat menuju ruangan CEO. Mengabaikan banyak pasang mata yang menatap bingung padanya.
“Kembalilah bekerja,” perintah Zhoucheng pada seluruh karyawan yang masih berkumpul.
Xiao Zhan kembali ke kediamannya. Tepatnya apartemen yang dulu menjadi hunian Wang Yibo dulu sebelum meninggalkan China.
Setelah pulih dan memutuskan keluar dari Mension Xiao, Xiao Zhan menggunakan sisa tabungannya untuk mendapatkan kembali apartemen Yibo. Ia telah kehilangan prianya jadi ia tak ingin kehilangan tempat yang telah menjadi rumah mereka.
Di dalam kamar, Xiao Zhan meringkuk menyedihkan dengan air mata yang meluruh. Ia terus menerus berada di posisi yang sama bahkan saat matahari telah kembali ke peraduan.
Dalam kegelapan, ia memeluk foto Wang Yibo. Ia menangis sekeras mungkin menyalurkan rasa sakit yang menusuk hati.
"Hiksss ... hiksss ... kenapa ... kenapa, Boo. Apa kau telah melupakanku? Apa kau tak mencintaiku lagi? A-a-apakah kau telah menemukan yang lain? Hiksss ... Tuhan, mengapa ini terasa sangat menyakitkan. Aku bertahan sejauh ini demi menunggunya kembali tapi kenapa ... kenapa hiksss ...." Xiao Zhan terus menangis hingga tanpa sadar terlelap dalam posisi memeluk diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough (Yizhan) PDF Ready✅
RomancePerbedaan kasta dan restu membawa Wang Yibo dan Xiao Zhan pada sebuah perpisahan yang menyakitkan. Ini adalah sebuah kisah di mana cinta, pengorbanan, kerja keras dan tekad diuji. Mampukah keduanya meraup kebahagiaan bersama atau justru berhenti...