4. KAPTEN MENYUKAI DIA

563 66 0
                                    

"Tumben kapten mengajak minum seperti ini? apa kasus disekolah itu belum selesai juga?" tanya Lim Hallim, "sebentar lagi tunggu saja." Na Hwajin kembali meneguk minumannya, "apa ada hal lain yang mengganggu pikiran anda kapten?" tanya Lim Hallim. 

"Ya, Lee Sarang yang melapor, dia terus mengusik pikiranku."

"Mengusik bagaimana?" tanya Lim Hallim serius. 

"Anak ini tidak pandai bertarung tapi dia bisa juga bela diri walau terlihat asal asalan, nyalinya besar, dia sering bertengakar untuk melindungi sahabatnya tapi dia juga sering terluka, dan lagi tadi di sekolah dia juga hampir dipukul ayahnya, apa dia juga korban kekerasan?" 

Bukannya menjawab Lim Halim hanya menatapnya datar, "apa dia mengaku sering dipukul orangtuanya?" tanya Lim Halim, "katanya jarang, dan lagipula itu sudah biasa... menurutnya, aish kenapa juga orangtuanya takut anaknya berurusan dengan anak DPR? ah ini membuatku kesal." 

Na Hwajin kembali meneguk minumannya, "kenapa kapten kesal? biasanya kesal tak sampai minum begini."

"Entahlah, aku hanya kesal saja." 

Lim Halim tersenyum membuat Na Hwajin bingung, "sepertinya kapten menyukai..." belum selesai ia bicara, "ya! kau ini bicara apa, anak kecil begitu mana mungkin aku... ah sudahlah aku pergi dulu." 

Na Hwajin meninggalkan Lim Hallim sendiri, "wah wah dia berusaha menyangkalnya, sudah jelas kapten menyukai anak itu, lagi pula kenapa? usia bukan penghalang hehe~" Lim Halim meneguk soju terakhirnya dan kembali pulang.

~ ~ ~

"Bagaimana Sarang? apa masakan bibi enak?" aku menatap bibi dan paman Jeon, "sangat enak, aku bahkan ingin menghabiskan semuanya jika perut ini masih muat~" 

Paman dan bibi tertawa mendengarnya, "HAHAH bagus, habiskan saja, ini semua memang untuk mu~" ucap paman.


Disinilah kami di kamar Jaehyuk, aku main video game sementara Jaehyuk mengerjakan tugas, "hey apa kau serius?" aku tak menghiraukannya, "Lee Sarang aku tau kau dengar?" Jaehyuk mengalihkan pandangannya pada ku. 

Aku medengus, "serius apa?" tanya ku masih fokus dengan permainan, "kau serius soal menyukai pak Na? jika bercanda tak apa tapi jika serius..." aku melempar ponsel Jaehyuk, "kenapa? kau penasaran? ini urusan ku bukan urusan mu, sudah lah aku mau pulang." 

Saat aku beranjak Jaehyuk menghentikan ku, "kau marah?"

"Iya, karna kau aku kalah main game tadi, oh iya apa tugas yang kau kerjakan sudah selesai?" Jaehyuk mengangguk, "pinjam, besok ku kembalikan gomawo!" aku mengambil buku Jaehyuk dan kabur, "Ya! kau ini kebiasaan nyontek."

Jika tak bisa ku rem bisa ku tabrak bibi, "aigo kalian kenapa lari-lari?" tanya bibi, "bibi aku harus pulang, Jaehyuk mengusirku."

Jaehyuk menatapku tajam, "Jeon Jaehyuk! kau ini! bawa lah ini tadi Sarang menyukai masakan bibi kan, ini masukan lemari pendingin jika mau dimakan panaskan saja arraseo?" aku menerima nya dengan senang hati.

"Terimakasih bibi, kalau begitu aku pamit" setelah itu aku meninggalkan rumah yang hanya bisa disana aku menemukan kehangatan keluarga. "Hati-hati dan jangan lupa bawa tugas ku besok!"

~ ~ ~

Seperti biasa aku tak langsung kembali ke rumah dan malah mampir ke mini market terjauh, ya kau tak salah baca. Biasanya terdekat tapi aku lebih suka memilih yang jauh, aku mencari ramen dan minuman kaleng karna stok makanan instan dirumah mulai menipis. 

"Nona Lee?" aku menoleh, dan ternyata itu jodoh- mm maksudku... pak Na bersama wanita berambut merah, oh Lim Halim aku penggemarnya! 

"Annyeonghaseyo pak, bu Lim" bu Lim Halim tersenyum pada ku.

"Halo~ oh ya dan bagaimana bisa tau nama ku?" aku tersenyum kikuk, "saya penggemar anda, oh iya nama saya Lee Sarang yang mengirim laporan tentang sekolah saya." Ucap ku memperkenalkan diri.

"Ah~ jadi ini yang namanya Lee Sarang, manis juga dan terimakasih sudah menyukai saya~" Lim Halim tersenyum sekilas melirik pak Na yang diam, "baiklah kalau begitu saya permisi ke kasir pak, bu." 

Aku membawa barang-barang belanjaan ku.

Na Hwajin POV.

Lim Halim melirik ku. "Anak itu kan? wah cocok dengan mu kapten dia manis dan sangat sopan, saya mendukung kalian!" ucap Lim Halim tersenyum jail membuatku kesal. 

"Berhenti bicara omong kosong, kau mau beli apa tadi sampai aku harus kembali!" bukannya menjawab dia malah semakin mengganggu ku, "jika lama ku tinggal." Aku meninggalkannya yang masih menggoda ku.

Sarang POV.

"Tolong rokok ***** , aku bayar sekalian dengan belanjaan anak ini." 

Mendengar itu, aku segan. "Pak tak perlu, saya bisa membayarnya." Aku menolak dengan sopan karna belanjaan ku lumayan banyak. "Terima saja Sarang, Pak Na Hwajin ini suka mentraktir semua orang, sekalian barang ku ya pak Na Hwajin~" Lim Halim muncul tiba-tiba.

Aku tak enak jika begini, "tak apa tolong dipisah saja." Ucapku namun pak Na bersikeras, "hitung semuanya kantong nya dipisah." 

Percayalah jantung ku berdebar sangat cepat hingga rasanya mau meledak karna baru kali ini bertemu pak Na diluar sekolah apa lagi ada bu Lim.

"Pak ini saya ganti uangnya." 

Aku memberikan uang ku namun ditolak pak Na, "sudahlah ini tak seberapa, rumah mu dekat sini?" tanya pak Na. 

"Ah... tidak rumah saya di ****  tak terlalu jauh." Ya karna aku sering seperti ini, "itu jauh ayo saya antar." Pak Na mengambil barang belanjaan ku memasukkan nya ke mobil, "pak jangan... saya tak mau merepot kan."

Na Hwajin POV.

Anak ini selalu menolak ku. "Tak apa, lagi pula ini sudah larut, bahaya anak perempuan jalan sendirian, Lim Halim ayo." Ucap ku. 

"Kapten antar Sarang saja, rumah saya dekat dari sini, sampai jumpa Sarang~" Lim Halim berlalu meninggalkan kami berdua, wah dia ini terlihat sengaja melakukan itu, "ayo masuk." ucap ku pada Sarang.

Sepanjang perjalanan keheningan menyelimuti, "kenapa kau menyukai Lim Halim?" tanya ku memecah keheningan, "karna beliau keren, wanita yang bisa beladiri itu sangat keren aku juga mau seperti beliau menghajar para penjahat!" Ujar Sarang dengan mata berbinar nya.

"Dia ada mengelola gym, datang lah dan berlatih padanya jika kau mau akan ku beritahu dia." Mendengar itu mata nya semakin berbinar. 

"Benarkah! apa bu Lim mau melatihku?" aku tertawa melihat nya yang bersemangat, "mungkin saja dia mau, kau sangat semangat ya, nanti akan ku kabari, jangan lupa tunjukkan jalan ke rumah mu."

Sarang POV.

"Ah baiklah, nanti belok kiri pak." Aku benar-benar senang jika bu Lim mau menjadi guru ku.

~ ~ ~

"Terimakasih pak tumpangan dan belanjaan saya tadi," pak Na melihat sekitar, "sama-sama, kau tinggal dengan siapa?" tanya pak Na karna rumahku sangat gelap, "saya tinggal sendiri, apa bapak mau mampir untuk minum?" 

Aku tau pasti akan ditolak, "lain kali ini sudah larut, masuklah dan istirahat" aku tersenyum, baru pak Na akan pergi aku teringat satu hal, "pak terimalah ini." Aku memberi 2 permen membuat pak Na bingung.

"Saya perhatikan bapak sering merokok dan itu berbahaya untuk anda, jadi cobalah hisap permen sebagai gantinya jika bapak mau,kalau begitu saya permisi." Aku berlalu meninggalkannya.

Hwajin POV.

Aku melihat nya hingga masuk rumah, lalu permen entah kenapa aku jadi kepikiran, "dia memperhatikan ku?" Apa yang kau pikirkan Na Hwajin!

Setelah itu aku melajukan mobil meninggalkan area itu.

Dear Na HwajinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang