2. PINGSAN BUKAN MATI

783 81 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 23.10 sementara aku masih dengan seragam sekolah dan memilih duduk di warnet, mendengar musik yang tak begitu sesuai selera ku.

Jika melihat sekitar banyak juga orang dewasa dan anak seusia ku masih keluyuran, artinya ini hal biasa kan?

"Aku ngantuk." Setelah keluar dari warnet aku berjalan kaki memperhatikan orang dewasa yang minum hingga tak sadarkan diri, sisi gelap Seoul yang pasti banyak orang ketahui namun udara sekitar membuat mood ku bagus.

"Ah aku lapar," tak lupa mampir ke mini market dan membeli beberapa cemilan, saat masuk ke rumah yang ku rasakan dingin, sekitar ku kosong hanya ada aku manusia satu-satunya disini, ayah dan ibu sudah berpisah dan aku tak mau memilih diantara mereka karna 2 orang itu juga enggan mengurus ku.

Jadi aku memutuskan tinggal sendiri dan masih di biayai ibu dan ayah.  Aku duduk di sofa empuk itu dan menyalakan tv, mataku menatap kosong layar itu, sembari menikmati cake dan ice cream yang ku beli tadi.

Bosan kembali melandaku, tak sabar menanti esok pagi, bukan untuk belajar tapi bertemu pak Na. Untuk pertama kali nya ada hal menarik dalam hidup ku yang membuatku tak sabar menunggu hari esok.

~ ~ ~

Seperti biasanya aku menuju sekolah dengan keadaan 3L lesu letih lunglai. Setibanya di gerbang sekolah baru aku menguap, potongan roti menyumpal mulut ku.

"Masih pagi kau ngantuk? " ucap Jaehyuk membuatku memukul nya, "maaf, nih makan." Jaehyuk memberikan roti coklat untukku, ku terima dan ku makan dengan lahap, "pasti kau tak sarapan lagi."

Aku tak menghiraukannya. "Ibu dan ayah mengundangmu makan bersama, kau harus datang," ucapnya lagi, "baiklah" setelah itu kami menuju kelas bersama.

Seperti biasanya Jaehyuk memperhatikan pelajaran berbeda dengan ku yang lebih tertarik melihat pemandangan di luar, "ah ini membosankan~" aku menenggelamkan wajahku." Entah berapa lama aku tertidur yang pasti saat terbangun kelas ku kosong ternyata sudah jam makan siang.

"Kemana dia?" aku menuju kantin tapi tak ada Jaehyuk. "Yoona kau lihat Jaehyuk?" tanya ku pada teman sekelas, "tadi kayanya bareng Do Hyun..." aku langsung berlari mencari nya, "mau apa lagi si brengs*k itu!"

...

Aku menuju tempat yang jarang dilalui para siswa dan benar saja. "Ah mana asbak nya, Jaehyuk mana tangan mu," dengan cepat jaehyuk menjadikan tangannya asbak rokok, membuatku geram.

"Jujur saja kau kan yang melaporkan sekolah ini ke badan hak pendidik?" tanya Ye Joon, "kau jadi bebas sejak badan hak pendidik datang, jika bukan kau siapa lagi atau anak cupu lain?" Do Hyun menendang jaehyuk hingga cowok itu kesulitan berdiri.

Aku tak tahan melihat Jaehyuk diperlakukan seperti itu aku segera menghampiri mereka, "Jaehyuk ayo pergi." Aku membantunya berdiri, "apa jangan-jangan itu kau?" tanya Do Hyun menghentikan langkah ku.

"Minggir." ucapku sementara Ye Joon menarik Jaehyuk, "ha.. bangs*t kalian harus di apakan biar sadar?" tanyaku, Do Hyun menarik rambutku, dengan cepat aku memutar lengan nya hingga dia kesakitan, "hey lepas kan dia cewek gila!" aku menendang tulang kerin Ye Joon, untunglah mereka hanya berdua.

~ ~ ~

"Ayo" aku membantunya berdiri, "apa mereka baik baik saja?" tanya Jaehyuk membuat ku kesal. "Iya, mereka hanya pingsan bukan mati." Ucap ku membawa Jaehyuk ke UKS.

"Kau! setidaknya bangunkan aku jika sudah istirahat, jangan hanya menerima perlakuan mereka!" aku membantu Jaehyuk mengobati lukanya, "jika dituruti mereka akan lebih cepat melepaskan ku..."

Aku mendengus kesal, "Ya pabbo! lakukan perlawanan atau orang bodoh itu akan tetap semena mena pada mu, bagaimana jika aku tidak ada! apa hal buruk yang akan terjadi pada mu!" Ya Tuhan dada ku sesak ingin menangis rasanya jika melihat keadaan sahabatku ini.

"Kau harusnya pikirkan dirimu, mereka bisa saja datang lebih banyak lagi untuk menghajar mu, karna selalu menolong ku."

Mendengarnya membuatku semakin kesal, "diam kau! pikirkan diri mu sendiri" ucap ku, "kemana pun kau pergi harus bersama ku!" perintah ku, "ke toilet?" tanya nya, "dasar mesum."

Berakhir dengan Jaehyuk yang menghiburku.

"Aku mau beli roti karna belum makan, kau ke kelas dulu." Ucap ku, "baiklah, sebentar lagi masuk, cepat kembali." kami berpisah.

...

"Enak juga~" aku menikmati potongan roti itu sambil kembali menuju kelas, "Ya! Lee Sarang!" teriak seseorang aku menoleh dan berlari seketika, "aish! apa mau orang itu?"

Aku terus berlari sepanjang koridor banyak yang memperhatikan tapi tak menolong dasar pecundang, "kau mau lari kemana?" aku tertangkap sial, "kalian pecundang? mau menghajar 1 wanita dengan 6 pria?!" tak bicara lagi 2 orang yang tak ku kenal menahan pergerakan ku, "Ya! roti ku jatuh!"

Bugh

Satu pukulan mengenai wajah cantik ku, "dasar pecundang." ku injak kaki 2 orang gila ini dan melayangkan tinju, sialnya saat aku yang memukul, guru baru menghentikan, dari kemarin mereka kemana?

"Lee Sarang! dan kalian semua ikut bapak!" kami bertujuh ditarik ke ruang guru.

Si botak itu terlihat bosan melihat ku begitupun aku lebih dari kata bosan melihat wajah menyebalkannya. "Lee Sarang kau lagi? kau ini ke sekolah mau belajar atau jadi preman?"

Aku memutar mata malas, "pak, para pecundang ini yang mulai duluan, kenapa hanya saya yang disalahkan!" aku protes tak terima.

"Ya! kau membentak guru mu?" kulihat Ye Joon dan Do Hyun hanya tertawa disana, "hanya karna 2 orang itu anak anggota DPR bukan berarti bisa di bebaskan dari hukuman!" tamparan itu hampir melayang namun terhenti.

Di depan pintu berdiri 2 sosok itu. "Ibu ayah... kalian?" tatapan dingin itu sangat tak kusukai, "ah ibu dan pak Lee silahkan duduk, kalian bisa pergi kecuali Sarang."

Perintah si botak tengah itu. "Sarang membuat masalah lagi ya pak?" tanya ibu pada guru sialan itu. "Iya bu seperti yang dilihat Sarang bertengkar dengan anak laki-laki lagi dan dia selalu terlibat dengan Ye Joon dan Do Hyun saya yakin bapak dan ibu Lee tau mereka anak siapa..."

Ayah dan ibu menatap ku, lalu "maaf saya kurang becus mendidik putri saya." ucap ayah, "Ayah! ini bukan salah ku!"

"Benar kami sudah berpisah dan Sarang kurang mendapat perhatian dari kami, maaf pak." Aku menatap ibu tak percaya, "kami akan lebih memperhatikan sarang, agar kejadian ini tak terulang" ucap ayah.

"Baiklah kalau begitu, maaf sudah meminta kalian datang ke sini." Ayah dan ibu berdiri, "kami permisi."

Ibu menarik tangan ku dengan kasar keluar ruangan itu bersama ayah.

"Kau ini mau jadi preman?! kenapa selalu menyusahkan ku!" aku tak percaya dengan omongan ibu ku, "ayah ada meeting penting dengan klien harus tertunda karna mu Lee Sarang, tolong jangan buat masalah lagi ayah mohon!"

Aku menatap mereka kecewa. "Kenapa tak tanya pendapat saya dulu? oh ya... saya lupa kalian emang ga pernah mau dengar penjelasan saya!" Aku tau tidak seharusnya bicara dengan nada tinggi begini pada orangtua ku, tapi ini juga salah mereka.

Tangan ayah hendak menampar ku aku menutup mata siap menerima nya tapi hanya keheningan yang terisi, aku membuka mata. "Pak Na.." pak Na Hwajin entah sejak kapan disana, "anda siapa? biar saya beri pelajaran pada putri saya!" pak Na menatap ku lama.

~ ~ ~

Dear Na HwajinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang