13 tahun yang lalu...
Anak itu meringis, saat ia mengompres bahu kirinya yang memar membiru. Tak ada obat, ia hanya mengompresnya dengan air dingin. Air matanya terus mengalir. Ia hanya seorang anak kecil yang butuh perlindungan serta kasih sayang.
Seseorang datang menghampirinya setelah insiden pagi hari itu. Ia menyimpan kotak P3K itu di sampingnya dan berlutut mencoba menatap mata anak itu yang menunduk namun tak berhenti menangis lirih.
"Apa ibumu melakukannya lagi?" ia mencoba menenangkan anak itu, " dimana kakakmu? Apa dia belum pulang?" sambil mulai mengoleskan salep ke bahu anak itu membuatnya meringis menahan sakit.
Ia hanya mengangguk, kakaknya itu sudah sekitar satu bulanan bekerja paruh waktu, ia akan pergi saat matahari telah gelap dan ia akan kembali ke rumah setelah pulang dari sekolahnya. Hampir tidak ada waktu untuk beristirahat. Semua itu dilakukan karena ia tidak ingin merepotkan keluarga Jian sepenuhnya. Ia berusaha untuk membiayai hidupnya sendiri.
"Kau anak yang kuat, jangan menangis." kini Ibu Jian memeluknya, tangisnya pecah. Ibu Jian mengelus rambut anak itu dengan sayang.
Seorang anak menghampiri mereka dengan rambutnya yang dikuncir kuda. Ditangannya memegang sebuah kotak makanan.
"Hapus air matamu," Ibu Jian mengusap pipi anak itu. "Kau harus segera berangkat sekolah."Jian menghampirinya ia mengeluarkan sesuatu di kantongnya. "Simpan ini." ia menyodorkan permen berwarna-warni itu. Jungkook mengambilnya, tangisnya sudah reda, hanya masih tersisa segukannya. Ibu Jian tersenyum melihatnya.
"Nah sekarang kalian makan," ia membuka kotak makanan yang di bawa Jian, "waahh, lihatlah sosis ini sangat cantik seperti bunga." ia melirik Jian, "ayah yang membuatnya?"
"Ne! Eomma." sahut Jieun. Ibunya tertawa tipis
"Ayo, ayo makan dulu."
Merekapun makan bersama.
******
"Kau." ia menunjuk Jian. "Kau orang yang berteriak pagi kemarin bukan?"
Belum sempat Jian menjawab, Joon berjalan dua langkah mendeketinya, membuat Jian refleks bergerak mundur.
Hwan yang melihat itu langsung menarik lengan adiknya mundur, dan berbisik "apa yang kau lakukan, duduk!"
Hana segera mendekati adiknya dan membawanya ke samping ia duduk. Tentu saja Nari hanya bisa menatap mereka. Tidak paham dengan situasinya.
Ruangan itu hening beberapa menit Hana tertawa canggung, "wah aku sangat senang melihat kalian lagi setelah sekian lama, hehe" ia memecah hening namun hal itu malah membuatnya semakin canggung. Mereka semua hanya tersenyum tipis. Jian menunduk, ia mencengkram kedua telapak tangannya.
"Ngomong-ngomong selamat atas kepindahanmu lagi kesini. Aku sangat senang." Hwan tersenyum berusaha untuk meruntuhkan kecanggungan diantara mereka.
"Terimakasih, akupun sangat senang bisa bertemu lagi dengan kalian." ia menatap Jungkook, "Ah ya, Joonna, apa kabar. Kau mungkin sudah lupa dengan kami."
Jungkook membalik menatap mereka, wajahnya tanpa ekspresi.
"Aku Hana, dan ini.." ia menatap adiknya, dan menyiku lengannya. "Adikku Jian, kalian dulu sangat akrab" sahutnya ia tersenyum, Jian menatap mereka beberapa detik kemudian menunduk kembali.
Wajah Joon sepenuhnya menghadap ke arah Jian, Joon menatapnya dengan tatapan yang mengintimidasi.
Hana melanjutkan, "Dan dia.."
"Anyeong, aku Nari. Aku tetangga kalian, ah aku lupa. Mungkin kalian sudah tidak ingat kepadaku." bola matanya memutar jengkel.
Hana tersenyum tipis, semakin canggung. "Hehe, aku yakin kalian jarang bertemu." ia menatap Joon, "Apa kabarmu Joon?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Perfect (On Going)
RomanceBagaimana jadinya jika seorang wanita yang memiliki masa depan gemilang, namun secara tiba-tiba semua itu hancur karena hal yang tidak bisa ia bayangkan sebelumnya? Inilah kisah dirinya, yang mencoba menerima ketidakadilan yang telah menimpa kehidup...