Chapter 9

18 7 0
                                    

Malam semakin larut, waktu sudah menunjukkan pukul 2 malam. Beberapa jam yang lalu, Hana selesai membersihkan seluruh rumah. Karena lelah ia merebahkan tubuhnya di sofa. Ia menatap langit-langit, matanya berkaca-kaca. "Bagaimana bisa hidup ini begitu sulit." batinnya tak terasa air mata itu mengalir. Ia menatap kosong.

Tinggal sedikit uang simpanan yang ia punya. Ia memang sudah mendapat pekerjaan, namun masih terlalu jauh untuknya mendapatkan uang gajinya. Bayangan wajah kedua orangnya, melintas dipikirannya. "Eomma, Appa!" ia mengusap air matanya. Sungguh ia ingin terlihat kuat dihadapan adiknya, namun ia juga manusia yang dapat merasakan putus asa.

Dan lagi kejadian hari ini membuat ia merasa tidak becus sebagai kakak. Ia tidak dapat berbuat banyak untuk adiknya itu. Ingin sekali melihat adiknya seperti biasa kembali. Dan setelah kejadian buruk yang telah menimpa adiknya itu, dia tidak pernah mendengarnya menyanyi lagi. Dia sungguh senang bernyanyi, bahkan bakat yang Jieun miliki itu sudah ada sejak ia kecil. Dan itu yang membuat orang tuanya amat bangga kepadanya.

13 tahun lalu..

Anak itu sungguh sangat manis mengenakan hanbok merah jambu yang menutupi tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya terikat, dan terlingkar bunga-bunga indah disana. Namun sungguh wajahnya yang gugup amat sangat ketara. Ia menggosok-gosok tangannya gugup. Matanya perlahan manatap kepada lebih dari seratus mata yang sedang melihatnya itu. Jantungnya berdegup kencang.

"An.. an.. anyeonghaseyo" ia tergagap, tubuhnya mulai bergetar.

"Jianna! Fighting!" seorang pria berteriak keras, Jian mencari dimana keberadaan suara yang amat ia kenal itu. Disana di barisan tengah. Jian tersenyum, Appa ia bergumam kecil. Ayahnya itu tetap berteriak tak peduli tatapan risih dari orang yang mendengarnya. Wanita di sampingnya ikut berteriak memberi semangat.

"Jianna! Eomma disini, Fighting!" teriakan ibunya itu membuat Hana yang di berada di sampingnya malu. Ibunya terlihat menarik lengan Hana untuk ikut berdiri dan memberikan semangat kepada adiknya itu dengan wajahnya yang amat sangat kesal, "Jianna! Fighting!" namun ia tetap saja ikut berteriak dengan wajah kesalnya itu. Jian tertawa kecil.

"Anyeonghaseyo, Nama saya Lee Jian. Saya akan menyanyikan lagu Fly Chick oleh Shin Hae Cul Sunbenim, selamat mendengarkan. Kali ini ia berhasil berbicara dengan lancar. Keluarganya tampak tersenyum dari kejauhan.

Suara alunan musik itu mulai terdengar, suara piano mulai beralun syahdu. Saat kata pertamanya mulai bersuara, itu membuat siapapun yang mendengarnya terpana dengan suara manis dan lembut seorang anak berusia 12 tahun itu. Orang-orang menatap dirinya kagum, dan tak sedikit yang memilih menutup matanya dan meresapi lagu yang ia bawakan itu. Ia bernyanyi tanpa sadar memejamkan matanya terhanyut ke dalam lagu itu, dengan penghayatan yang sungguh bagi siapapun yang mendengarnya seakan iapun terhanyut ke dalamnya.

Saat semua alunan lagu berhenti, ia mengakhiri lagu itu dengan iringan suaranya yang terdengar lembut. Ia membuka matanya, begitupun dengan para penonton yang hadir di aula yang luas itu. Suara keras tepuk tangan memecah keheningan dan kemudian suara riuh tepuk tangan terdengar menggema di seluruh aula itu. Jian tampak berkaca-kaca melihat semua reaksi itu. tidak kalah dengan para penonton disana, keluarganyapun sampai tidak bisa berhenti untuk bersorak bangga kepadanya.

"Selamat, sayang." Ibunya merangkul Jian yang berlari menghampirinya dengan hangat.

"Terimakasih, Eomma."

Ayahnya memangku anak bungsunya itu dengan sayang, "Wah, anakku hebat." ia tersenyum

Hana memberikan setangkai bunga mawar kepada adiknya itu yang berhasil meraih juara 1 dalam acara perlombaan bernyanyi itu. "Jianna, selamat." ia tersenyum hangat.

I'm Not Perfect (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang