Chapter 10

19 7 0
                                    

Keheningan itu terus berlanjut setelah ia mengatakan apa yang terjadi kepada adiknya itu. Tidak ada yang bertanya lagi. Mereka diam seribu bahasa. Entah masing-masing dari mereka memikirkan apa. Namun sangat terlihat jelas bahwa mereka merasa sedih dan terpukul mengenai fakta itu. Saat Hwan dan beberapa perawat membawa Jian ke sebuah ruangan, Hana melihat Joon yang tidak bisa melepas tatapan cemasnya kepada Jian. Anak itu sekarang terlihat sangat kalut.

Mereka berdua sama-sama menunggu Hwan di depan ruangan itu. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menunggu. Mereka tenggelam dalam lamunannya masing-masing.

Suara pintu terbuka, sontak membuat mereka berdua mendongkakkan kepalanya dan beranjak dari duduknya sambil berjalan mendekati Hwan, beserta dokter dan perawat keluar dari ruangan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara pintu terbuka, sontak membuat mereka berdua mendongkakkan kepalanya dan beranjak dari duduknya sambil berjalan mendekati Hwan, beserta dokter dan perawat keluar dari ruangan itu. Tampak dokter dan para perawat pergi meninggalkan mereka terlebih dahulu.

"Hyung, bagaimana?" "Hwana bagaimana Jian?" mereka bertanya serempak.

Hwan mencoba tersenyum tenang, "Tidak ada luka serius, dia hanya pingsan saja."

Mereka berdua menghela nafas lega.
Joon terduduk lemas sambil mengusap wajahnya.

"Hwanna, bolehkah aku masuk?"

"Ya, tentu saja. Namun saat ini Jian masih tertidur pulas. Biarkan ia beristirahat."

Hana menganggukkan wajahnya kemudian memasuki ruangan itu. Untuk kedua kalinya ia berada dalam situasi ini. Ia duduk di samping tempat tidur itu. Wajahnya sendu menatap adiknya itu. Tidak ada rona ceria disana. Ia berusaha menahan diri untuk tidak menangis.

Pintu ruangan itu terbuka, Hwan masuk dan berkata pelan, " Hanaya, aku perlu berbicara denganmu. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan." Hana mengangguk lalu mengikuti Hwan keluar ruangan.

"Joon, kau tunggu disini. Aku ada urusan dahulu." sahut Hwan, Joon hanya mengangguk pelan.

"Joonna aku titip Jian." Inna tersenyum lemah.

Mereka berdua berjalan menuju ruangan Hwan, kemudian memasuki ruangan itu.
Hwan duduk diikuti dengan Hana yang juga duduk di kursi pasien.

"Hanaya, maaf jika aku bertanya. Tapi ini demi Jian." ia berhenti menunggu reaksi Hana, Hana menatapnya mencoba mengerti.

"Sudah berapa lama Jian seperti itu?"

Hana menghela nafas, "Sejak 2 minggu lalu." tampak sekilas Hwan terlihat terkejut namun ia tetap mencoba tenang.

"Apa itu yang menyebabkan kalian kembali kesini?" ia bertanya hati-hati.

Hana mengangguk ia mulai berkaca-kaca. "Sungguh aku tidak bisa melihat nya terlihat menderita untuk tetap tinggal di Seoul. Jian ia sangat terpukul setelah semua itu terjadi padanya." air matanya mulai mengalir. "Saat aku menemukan Jian tergeletak bersimpah darah di rumah kami, aku sadar bahwa adikku mengalami depresi berat karena kejadian itu. Hal itu juga yang menjadikannya takut jika bertemu atau bersama dengan laki-laki."

I'm Not Perfect (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang