👥Happy Reading ygy👥
*******
Pagi menjelang indah. Sinar mentari memberikan cahaya yang selalu disukai oleh Freya. Kicauan burung beradu dengan suara kendaraan.
Gadis itu memakai rok seragamnya lagi setelah dicuci bersih oleh Mama. Rambutnya dibiarkan ikat satu karena cuaca diprediksi akan panas. Entah cuaca atau otaknya hari ini.
Memeluk dua buku paketnya, Freya berjalan dari halte menuju gerbang sekolah. Hari ini dia naik bus. Jujur sebenarnya, Freya lebih suka naik kendaraan umum ketimbang diantar Papa. Kadang, Papa Fadil mengomel ini dan itu sebelum membiarkannya masuk sekolah dengan tenang.
Tiba-tiba suara motor beserta klakson mengalihkan perhatian. Bukan cuma Freya tapi murid-murid lain yang baru saja berangkat, refleks minggir saat pengendara lewat. Sempat bertatapan sebentar dengan Freya sebelum memarkirkan motor besarnya.
Bisik-bisik mulai terdengar. Siswa-siswi dari kelas lain yang belum mengenal sosok murid pindahan.
Keen membuka helm dan melangkah turun dari motor. Sempat bercermin di spion untuk memastikan bahwa tidak ada kotoran di mata, dia berjalan santai dengan tangan dimasukkan ke celana, seperti biasanya.
Parasnya yang menawan.
Cara berjalan yang menarik perhatian.
Terutama, Keen tidak mengancingkan seluruh kancing seragam putihnya. Dia memakai kaos hitam polos di baliknya.
Astaga, berandal baru sekolah.
Style bad boy kesukaan para gadis.
Freya yang sedari tadi memperhatikan memutar bola mata malas.
Sementara, saat hendak menuju koridor untuk ke kelas, Keen dihadang oleh 3 murid laki-laki yang tampangnya seperti pembully dengan penampilan yang acak-acakkan bukan main. Berbeda dengan Keen yang meskipun tidak mengancingkan kemeja tapi tidak ada kusut sama sekali, bajunya licin.
"Kenapa?" Keen mengganti mata ramahnya menjadi sorot mata tajam. Dia mulai menunjukkan sifat aslinya ketimbang kemarin yang menjadi anak baik sehari— meski sempat mengatai Freya mirip tikus. Tapi, kan, Freya duluan!
"Wah, songong dia," Salah satunya membuka suara, tersenyum miring.
"Murid baru tapi udah mulai berani, ya," timpal temannya yang berbadan gemuk.
"Kayak udah punya temen aja," Yang paling tengah, yang paling tinggi kurus, berdecih mengejek.
"Kalian siapa? Dan urusan gue sebagai murid baru sama kalian itu apa?" Keen mengangkat dagu songong, "Nyari sensasi? Caper?"
"Wah," Baron menepuk tangan sambil menggeleng kepala, "Lo gatau siapa kita?"
"Ngga ada kewajiban buat gue tau siapa kalian," balas Keen penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aesthetic Girl
Teen FictionFreya, gadis aesthetic kesayangan warga sekolah, yang selalu menjadi juara kelas dan juara umum paralel. Hidupnya selalu dipenuhi ketenangan, ke-aesthetic-an, perfeksionis. Bahkan dia tidak punya Instragram di era ini. Sayangnya, dia adalah anak str...