"Paket!" Suara lantang Satria dari balik helmnya.
Lama.
Tidak ada jawaban apapun dari dalam rumah. Dia berjinjit dan memandang melewati pagar. Meski pintu rumah itu terbuka, tapi tidak terlihat aktifitas penghuninya.
Merasa sedikit kesal, Satria kembali berteriak,
"Pak! Buk! Paket!! Woy!" Mau enggak nih?
Satria menggedor-gedor pagar dengan keras dan menimbulkan suara berisik. Hingga akhirnya dari dalam rumah tampak seorang gadis keluar menghampirinya.
Ia membuka pagar rumah dan menghampiri Satria. Gadis dengan kaus kekecilan yang memperlihatkan pusarnya itu melepas salah satu headset di telinganya.
Pantes enggak denger gue teriak-teriak, gumamnya saat melihat kabel headset terjulur dari kedua telinga gadis berkaus merah muda itu. Bibir tipis gadis itu menyunggingkan senyum manis yang menggoda. Matanya berbinar memandang wajah Satria.
Dengan tampang kesal, Satria menyodorkan paket di tangannya.
"Nih, Mbak, paketnya. Dari tadi saya teriak-teriak tapi enggak denger. Dicek dulu, Mbak."Mendengar nada kalimat Satria yang terdengar ketus, gadis itu meraih lengan Satria.
"Mas jangan marah, gantengnya berkurang loh!" ucapnya sambil mengusap-usap lengannya.
"Ya berkuranglah, Mbak! Wong saya dari tadi panas-panasan kok!" ucapnya sambil menarik lengan Satria.
"Ya, maaf, Bang. Kan saya enggak tahu kalau kurirnya ganteng kayak Abang."
"Dih! Apa hubungannya?" ucap Satria ketus sambil mengibaskan lengannya. Dia bergegas menaiki motornya. Tepat saat Satria hendak memutar kunci motor, gadis itu memegangi lengannya lagi.
"Bang, boleh minta foto enggak?""Hah?"
Tanpa menunggu persetujuan dari Satria, gadis itu mendekatkan wajahnya dan dengan cepat mengambil beberapa foto.
"Ada-ada saja," ucapnya dalam hati.
Satria memasang wajah heran. Dia menggelengkan kepalanya.Gadis berambut panjang tergerai itu kemudian mundur beberapa langkah. Dia tersenyum.
"Bang, namanya siapa?" tanya gadis itu dengan suara yang dilembut-lembutkan.
Sambil menarik gas motornya, dia meneriakkan namanya,"Satria!"
Gadis itu memandang Satria dengan tatapan memuja sampai dia hilang di belokan.
"Bang ... Sat ...," gumam gadis itu dalam hati.Satria segera memacu motornya menuju alamat selanjutnya.
"Cantik juga cewek tadi. Sayang, terlalu vulgar," ucapnya dalam hati sembari menyalip sebuah Kopaja.
Dalam waktu kurang dari seperempat jam, dia sampai di sebuah rumah tanpa pagar. Dia menghentikan motornya dan turun. Dibukanya masker wajahnya, lalu dia mengambil paket.
Dedi, Jalan Asem no tiga, Desa Sukajadi kecamatan Pelangi, Jakarta, ucap Satria pelan. Dia menoleh pada tulisan angka yang ada di tembok rumah dan mencocokkannya dengan alamat yang ada di paket tersebut.
"Cocok!"
Dia melepas masker dan helmnya, lalu berjalan menuju pintu rumah yang terbuka."Paket!"
Hening.
Suaranya memenuhi ruang tamu rumah tersebut. Sekali lagi dia berteriak,
"Paket!""Iya! Tunggu!" suara seorang laki-laki terdengar menyahut dari dalam kamar. Sesuai instruksi suara tadi, dia menunggu. Dia memutar badan dan melihat-lihat sekeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurir On The Case
AdventurePandemi telah mengakibatkan PHK massal. Satria dan Bambang pun tidak luput dari hal tersebut. Dalam segala keterbatasan hidup, Satria memilih menjadi kurir sebuah perusahaan ekspedisi. Hujan badai, panas terik dia lalui agar paket-paket sampai di t...