Bangsat bukan Bang Sat

4 2 1
                                    

"Bams, menurut lo, apa isi paket ini?"

"Berdasarkan film-film barat yang biasanya gue tonton, kemungkinan isinya adalah daftar kejahatan milik orang orang penting. Atau bisa jadi isinya adalah daftar para koruptor beserta bukti kejahatan mereka."

"Hmm, kalau di luar negeri itu sih mungkin. Sayangnya kita di In-"

"Lah, kenapa emang kalau di Indonesia?"

"Indonesia beda bro! Penjahat yang namanya sudah disebarluaskan di seluruh penjuru tanah air saja enggak ada yang bisa nangkep!"

"Siapa maksud lo?"

"Harum Manaku tuh contohnya, dari kapan hari sampai sekarang enggak ada yang bisa nangkep kan?"

"Iya, juga. Penasaran gue sama isinya. Eh, jangan-jangan isinya lokasi harta karun!"

"Wah, gila juga tuh kalau bener. Mesti secepatnya kita antar ke pemiliknya."

"Iya, lo benar. Siapa tahu kita dapat setengahnya."

Mereka berdua tertawa meski belum tahu apa yang menunggu keduanya dalam perjalanan menyampaikan paket itu ke alamat yang ada.

Sesampainya di tikungan yang berjarak beberapa ratus meter, Satria melihat segerombolan orang-orang berkaos hitam berjaga-jaga di depan gerbang masuk komplek. Dia segera menghentikan motornya.

Bams yang juga melihat orang-orang itu pun berubah menjadi tegang. Beberapa kali dia menelan ludahnya. Dia membayangkan adegan kejar-kejar dan juga perkelahian seperti yang ada di film-film aksi. Yang terjadi si dalam film itu, Satria dan dirinya yang berperan sebagai tokoh utama, sudah pasti akan menang meski musuh yang dilawan bertubuh besar dan sangar. Akan tetapi, ini adalah dunia nyata. Memukul kecoa saja dia tidak berani, apalagi memukul orang-orang itu. Bukannya menang, pasti mereka sudah babak belur duluan.

Lha iya kalau Cuma babak belur, kalau mereka dibunuh?

Seluruh bulu kuduk Bams seketika berdiri. Dia bergidik ngeri hingga menutup matanya dan memeluk pinggang Satria erat-erat.

Satria segera memukul tangan Bams.
"Heh! Ngapain sih lo Bambang?"

"Gue takut."

Dalam hati Satria pun merasa takut juga ngeri. Orang-orang itu persis seperti yang diceritakan kawannya tadi. Dia yakin jika orang-orang itu pasti orang jahat yang tidak ingin kaset CD yang ada padanya sampai ke alamat tersebut. Dirinya harus memutar otak supaya bisa pulang ke kosannya untuk mengambil beberapa helai baju.

Tidak mungkin dia hanya memakai baju satu yang melekat di tubuhnya dalam misi seperti ini. Lagipula baju yang dipakainya sudah sejak pagi dan bau keringat.

Jangan kalian pikir orang ganteng seperti Satria tidak bau keringatnya, jadi sah-sah saja dua hari tidak mandi dan tidak ganti baju. Seperti kata orang jawa, secantik dan seganteng-gantengnya orang pasti ada dakinya.

Setelah berpikir keras, Satria memutuskan untuk masuk ke kosan lewat jalan pintas di belakang kompleks. Dia segera memutar motornya menuju daerah belakang komplek.

"Kita mau kemana, Sat?"

"Udah, lo diam aja! Kita lewat jalan pintas di belakang komplek."

Bams hanya menganggung-anggukkan kepala. Selama berteman dan berkunjung ke kosan Satria, dia selalu lewat jalan yang benar. Karena tidak tahu akan kemana, dia hanya diam sambil mulutnya komat-kamit berdoa.

Motor berhenti tepat di samping sebuah tembok besar. Satria turun dan mengunci motornya. Bams turun dan menunggu di sebelahnya. Dia mengekor di belakang Satria yang berjalan menuju bagian tembok yang berlubang. Dengan mudah Satria melewati lubang tersebut, sementara Bams harus menahan napas hingga perutnya kempes agar bisa melewatinya.

Rupanya, jalan pintas iyang dimaksud Satria adalah melalui area pemakaman komplek. Keduanya berhati-hati untuk tidak menginjak makam yang ada di sana.

Beberapa kali Bams meraih lengan Satria, tetapi selalu ditepisnya. Alhasil, sepanjang melewati area pemakaman menuju pintu keluar,  mulut Bams tidak henti-hentinya komat-kamit membaca doa. Meski tidak jelas doa apa saja yang dibacanya. Tidak apa-apa, yang pasti dia tidak membaca doa makan. Karena jika ada setan yang mendengarnya mereka pasti menyangka Bams mengalami kelainan karena suka makan setan. Namun, hal itu pun lebih baik, daripada orang yang suka makan teman. Ya kan?

Mereka harus berjalan agak jauh hingga sampai ke kosan Satria. Dia mendapati pintu kosnya telah rusak. Hal yang sebenarnya sudah dia perkirakan. Maka ketika mendapati kondisi kamarnya yang seperti telah didatangi angin puting beliung, ekspresinya biasa saja.

Dia segera menuju lemari yang isinya sudah berpindah ke lantai, memungut dua kaus, dua celana dalam dan cukup satu celana panjang. Dimasukkannya pakaian itu ke dalam tas ransel hitam yang diambilnya dari dinding.

Bams yang berdiri di depan pintu memberitahu Satria ketika ada suara mesin mobil yang mendekat dan berhenti di pagar. Mereka segera keluar dan berlari dengan kecepatan penuh menuju ke tempat mereka datang.

“Bangsat!"
Mendengar namanya disebut, Satria menoleh. Bams terduduk di tanah sambil menyapu debu di jaketnya.

“Lo ngapain ikut-ikutan manggil gue Bang?" Satria bertanya dengan mengangkat dagunya.

"Gue jatuh bangsat! Bukan manggil elu Bang!" jelas Bams seraya berusaha berdiri.

"Oh, gue kira .... "
"Lo kira apaan Satria? Masih mikir yang enggak-enggak aja. Hidup kita terancam, ingat itu!"

"Hidup gue, kan mereka nyari gue bukan elu, Bambang!"

"Iya juga, kalau gitu gue pulang aja dah! Kangen sama cewek-cewek seksi di game." Mau tak mau Satria menoyor kepala sahabatnya itu. "Otak lu!"

Mereka kembali berjalan melewati makam menuju motor yang terparkir di sisi luar tembok. Setelahnya, mereka segera melenggang pergi.

Misi mengantarkan paket misterius segera dimulai!

***
Jangan lupa baca karya peserta Olimpus Match Battle lainnya, ya!

1. Viloise--@Chimmyolala

2. The Lucky Hunter--@Dhsers

3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn

4. Aku Bisa--@okaarokah6

5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01

6. Is It Our Fate?--@ovianra

7. Crush--@dhalsand

8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa

9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025

10. Memutar Waktu--@dewinofitarifai

Kurir On The Case Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang