"Bams, tadi Mama suruh beli bakso malang mana?""Ini, Ma," ucap Bams sambil menyodorkan bungkusan di dekatnya. Sang mama mengambilnya. Dia mengambil sebungkus, sementara sisanya diberikan untuk Bams dan Satria.
Setelah mendapatkan baksonya, wanita berusia empat puluh satu tahun itu segera keluar.
"Emak gue korban pf tuh!"
"Pf apaan, Bams?"
"Itu, aplikasi baca novel gratis. Kata Mama, di pf itu banyak cerita gay. Makanya dia jadi kepikiran lihat kita tadi."
"Oooh ...." Satria hanya bisa berseloroh.
"Kerjaan lo udah selesai?"
"Udah, tinggal balikin satu paket yang dicancel sama pembelinya. Eh, gue langsung cabut ya?"
"Tunggu!" cegah Bams saat Satria hendak keluar dari kamarnya.
"Apa?"
"Nih! Bayar bakso."
"Ga ada kembalian."
"Ga usah. Lagian duit receh enggak ada tempat di dompet gue."
"Dasar Bambang! Sombong amat, Lo!"
Satria melenggang pergi ke motornya sendiri
Dia memasukkan paket itu lagi ke dalam kantong dan berniat mengembalikannya ke kantor.
Sepanjang perjalanan, Satria masih memikirkan pria tua tadi. Dalam waktu kurang lebih tiga puluh menit, dia hampir sampai di kantornya. Akan tetapi, ada yang mengherankan di depan kantornya
Dari kejauhan, dia melihat beberapa orang dengan pakaian hitam dan muka sangar, tengah melempar bungkusan paket ke halaman.
Satria memutuskan berhenti. Firasatnya mengatakan jika hal buruk tengah terjadi. Dia teringat sebuah adegan dalam film-film luar negeri. Mereka pasti mencari sesuatu, pikir Satria.
Tiba-tiba dia ingat bungkusan yang tadi. Otaknya segera bekerja dan mengirim sinyal bahaya ke seluruh bagian tubuhnya. Dia segera memutar motor kembali menuju rumah Bams.
Tanpa permisi, dengan langkah tergesa-gesa dia segera masuk ke kamar Bams.
"Bams!""Eh, sialan! Ngapain lo balik lagi?"
"Ini apa?"
Satria lalu menceritakan perihal paket yang ada di tangannya. Bams segera meneliti paket itu dan hendak membukanya.
"Jangan dibuka! Gila lo! Kalau bom gimana?"
"Heh, dodol! Ini paket tipis, enggak mungkinlah kalau bom." Tanpa rasa takut dia lekas membuka paket tersebut. Dan ternyata isinya hanya sebuah kaset CD. Di atas kaset itu tertempel sebuah nama disertai alamat.
Memperhatikan alamat yang tertera, Satria mendapati jika tempat itu berdekatan dengan kampung halamannya. Merasa penasaran, mereka segera memasukkan CD itu ke dalam laptop Bams. Namun, ternyata CD itu memerlukan kata sandi. Tidak berani mengambil resiko, mereka kembali mengeluarkan CD itu dari laptop. Dengan mantap, mereka memutuskan akan mengantarkan CD itu ke alamat yang tertera.
Setelah bersepakat sehidup semati dengan Bams untuk melakukan misi pengiriman CD itu ke alamat yang ada di kertas, Satriapun memasukkannya ke waistbag.
Bams segera bersiap-siap. Dia mengambil tas ransel, mengisinya dengan beberapa helai pakaian. Tidak ketinggalan, jaket hitam, topi, celana panjang loreng selayaknya anggota TNI dan tidak lupa kacamata hitam sebagai pelengkap kostumnya.
Satria merasa geli melihat penampilan Bams. Topi hitam di kepala Bams yang seharusnya menambah keren penampilannya, malah tampak seperti layangan nyangkut di pohon beringin alias rambut kribonya. Belum lagi kacamata hitam yang bertengger di wajahnya, malah membuat dia seperti pengemis buta. Diperparah dengan jaket hitam yang tidak bisa dikancingkan di bagian perutnya.
Mati-matian pemuda berkulit putih itu menahan tawa. Namun, tepat ketika memperhatikan Bams berpose layaknya superhero di depan cermin, Satria menyerah. Tawanya meledak. Dia terpingkal-pingkal di atas kasur.
Alih-alih keren, penampilan sahabatnya itu malah konyol!
"Keren 'kan gue?"
"Keren darimana? Noh lihat tuh perut kek orang antri minyak goreng, membludak!"
"Ah, elu!"
Meski begitu, keduanya bergegas keluar kamar. Masih dengan sisa-sisa kegelian Satria terhadap penampilan Bams, mereka berdiskusi tentang rencana selanjutnya.
Membutuhkan waktu setidaknya semalam untuk mencapai alamat yang tertulis di dalam paket tersebut. Hak pertama yang harus dia lakukan adalah mengambil tas dan beberapa helai baju ganti di kosan. Sesaat sebelum dia menyalakan motor, ponselnya kembali berdering.
Dia menggeser layar ponselnya untuk menerima panggilan tersebut.
"Halo!""Sat, di mana kau?"
Satria berpikir sejenak. Dia mendapati nada kekhawatiran dalam suara kawannya terengah-engah.
"Kenapa?"
"Ada orang ngobrak-ngabrik kantor. Mereka nyariin kau rupanya. Katanya kau ada bawa barang mereka. Memangnya kau bawa barang apa? Apa jangan-jangan ...,"
"Jangan-jangan apa?"
"Kau tidak bawa barang haram 'kan?"
"Enggak! Lo bilang apa ke mereka?"
"Aku tidak ada bilang apa-apa ke mereka, tapi mereka dapat nama sama alamatmu. Sebenarnya ada masalah apa kau sama mereka?"
Satria menggigit bibirnya. Jika mereka mencarinya sampai seperti itu, berarti CD yang ada padanya sangatlah berharga. Dia semakin bertanya-tanya, apa gerangan isi CD itu?
***
Jangan lupa baca karya peserta Olimpus Match Battle lainnya, ya!
1. Viloise--@Chimmyolala
2. The Lucky Hunter--@Dhsers
3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn
4. Aku Bisa--@okaarokah6
5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01
6. Is It Our Fate?--@ovianra
7. Crush--@dhalsand
8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa
9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025
10. Memutar Waktu--@dewinofitarifai
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurir On The Case
AdventurePandemi telah mengakibatkan PHK massal. Satria dan Bambang pun tidak luput dari hal tersebut. Dalam segala keterbatasan hidup, Satria memilih menjadi kurir sebuah perusahaan ekspedisi. Hujan badai, panas terik dia lalui agar paket-paket sampai di t...