Pertemuan

4 1 2
                                    

BAB 7

Dalam sekejap, Dedy segera berbalik memunggungi anak buahnya yang tertunduk sambil menahan tawa. Dia segera kembali membuka pintu mobil dan masuk kembali.
''Tisu mana?" pintanya kepada gadis itu.
Dengan raut wajah bingung, ia segera mencari tisu di kantong di kursi depannya. Setelah menemukan tisu yang dimaksud, ia segera mengulurkannya kepada Dedy, "Nih!"
Sambil menggerutu, Dedy menyeka seluruh wajahnya. "Sudah dibilang kalau beli lipstick itu yang mahal biar enggak membekas. Dasar wanita, udah banyak dit masih juga nyarinya yang promo. Heran!"" Mendengar ucapan Dedy, gadis itu hanya bisa tersenyum. Dia menyadari kalau lipstick merahnya membuat bibir Dedy belepotan hingga ke pipi dan lehernya.
"Mana kaca?" tanya Dedy lagi. Dan gadis itu pun kembali mencari cermin kecil yang biasanya selalu dibawanya di tas. Setelah menemukannya, ia segera memberikannya kepada pria botak bertato naga itu.
Setelah yakin jika bekas lipstick kekasihnya telah hilang dari wajahnya, Edy segera keluar. Dia kembali menghadapi anak buahnya yang masih tertunduk mati-matian menahan tawa.
"Ekhm, jadi, apa kalian sudah menemukan tanda-tanda keberadaa si kurir paket itu?"
"Belum, Bos!"
"Siapa yang bertanggung jawab di sini?" Ferdy maju mendengar pertanyaan dari bosnya tersebut. Sebelum melangkah, dia menelan ludahnya karena gugup.
"Kamu?"
"I-iya, Bos."
Dedy terdiam. Diamatinya FErdy dari ujung sepatu hingga ujung kepala botaknya.
"Kamu sudah tahu dan hafal wajah kurir itu 'kan?"
Meski belum sepenuhnya hafal, tetapi demi keselamatannya dia hanya bisa menganggukkan kepala.
"Saya tidak ingin mendengar kegagalan. Saya yakin dia akan lewat sini dan kau harus bisa menemukan dan menangkapnya."
"Siap, Bos!" teriak Ferdy dengan lantang.

Selesai mengatakan hal tersebut,  dia segera berbalik 'kembali memasuki mobil. Eko mengikuti bosnya masuk ke mobil.
"Abang ...," suara manja gadis itu terdengar.
"Apa?" tanya Dedy tegas.
"Lapar," jawabnya singkat.
"Ko, cari makan." perintah singkat Dedy segera membuat Eko menyalakan mesin mobil dan melaju menuju sebuah rumah makan yang tidak jauh dari situ. Mereka keluar mobil dan segera memasuki area makan.
Sementara itu, Satria membelokkan motornya ke arah rumah makan sebelum perbatasan kota. Dia memakirkan motornya di sebelah mobil bus travel. Sengaja agar motornya tidak terlihat. Berhati-hati jika orang-orang yang mengejarnya ada di sini.
Setelah memesan, mereka berdua duduk menunggu. Tidak berapa lama, pesanan mereka pun datang. Tepat ketika Satria menoleh ke belakang, terlihat dua pria botak yang berpenampilan sama dengan gerombolan orang yang mencarinya. Dan benar saja, di kejauhan tampak beberapa pria botak berjalan ke arah area makan. Satria seketika panik.
Satria mengunyah makanannya cepat, lalu meneguk es teh di gelasnya.
"Bams," panggilnya sambil mencolek tangan Bams.
"Apa sih?" Bams mendongak sambil bertanya.
Bams, mereka di mana-mana, bisik Satria kepada Bams yang tengah mengigit paha ayam. 
Ermmekr damhgeukqn.
Lu ngomong apa? Enggak jelas! Telan dulu itu ayamnya!
Bams menelan makanannya, meletakkan paha ayam lalu menenggak es teh di depannya. Kita harus nyamar.
Gimana caranya?
Bentar, gue habisin makan dulu. Omong-omong, enak nih ayam goreng sama sambelnya.
Aku ke toilet dulu, mules. Bams menganggukkan kepalanya. Mulutnya tengah sibuk mengunyah ayam goreng. Satria bergegas menuju toilet sambil terus memperhatikan sekeliling. Tiba-tiba dia bertabrakan dengan seseorang.
Aduh! Maaf Mbak, ucapnya sambil mengambil tas yang terjatuh.
Wah, Babang Ganteng! Satria lekas mendongakkan kepala, ternyata wanita yang ada di depannya tidak asing lagi. Dialah wanita jadi-jadian yang kemarin menyentuh dagunya. Mau tak mau Satria memasang senyum.
Iya, saya tahu kalau saya ganteng bukan cantik," timpal Satria sarkas.
"Iih, Bang ganteng bikin aku gemesh deh!" Tangannya terulur hendak menyentuh dagu Satria, tetapi langsung ditepis olehnya.
"Jangan pegang-pegang dong, Mbak. Duh, saya kebelet! Misi Mbak, saya mau masuk ke toilet." Merasa air seninya sudah diujung tanduk, dia segera menepis tubuh di depannya dan mesuk ke bilik toilet. Selesai buang air kecil, Bam segera keluar. Namun, betapa kagetnya dia saat mendapati sosok wanita yang tadi masih menunggunya di depan toilet.
"Bang ganteng sudah selesai?"
"Udah, emang kenapa? Kamu enggak masuk?"
"Eike udah tadi."
"Oh, masuk yang mana?"
"ish, babang ganteng ada-ada aja! Kasih tau namanya Abang dong!" ucap gadis itu sambil mengerlingkan mata
"Satria," jawabnya singkat kemudian ngeloyor pergi.
"Bang ... Bang Sat--" dia segera menutup mulutnya. 'Duh, kok jadi gitu namanya,'' ucapnya setelah melepas tangaannya. Dia segera menyusul langkah Satria hingga sampai di meja mereka.
Mulut Bams menganga melihat Satria yang berjalan ke arahnya dengan seorang gadis bertanktop merah dan berrok pendek. ''Cantik,'' pujinya dalam hati sebelum mengetahui yang sebenarnya.
Sesampainya di depannya, Satria langsung duduk melanjutkan makannya sambil berpikir solusi agar mereka tidak bertemu dnegna gerombolan orang-orang botak tadi. Sebetulnya dia ingin langsung pergi darisana. Akan tetapi, melihat ayam goreng dan sambal, juga nasi yang belum habis, membuatnya eman-eman dalam hati. Dia pun memilih menghabiskan makanannya segera.
Bams tiba-tiba menggaruk belakang kepalanya, ''Gue kira cewek cantik, eh, ga taunya ternyata berjakun!' gumamnya pelan.
""Halo," sapanya ramah kepada Bams yang menyambutnya dengan senyuman canggung.
"Kenalkan, nama saya Desi."
"Saya Bams."
"Bambang aslinya, Mbak." timpal Satria enteng.
"Oh, Bang Satria sama Mas Bams mau kemana?"
"Kami mau ke Dieng--"
Belum menyelesaikan kalimatnya, gadis itu menimpali, " Sama dong kayak rombongan saya. Kami juga mau ke dieng."
Mendengar hal tersebut, sebuah ide muncul di kepala Satria.
"Bams, gue sudah menemukan ide," senyum miring tersungging di bibir Satria. Melihat ekspresinya dan arah sudut matanya ke gadis di samping, bulu kuduknya meremang.
Sesuatu yang akan terjadi sepertinya tidak baik. "Apa sih rencana Satria?" Bams bertanya-tanya dalam hati.

to be continued....

____________________

Jangan lupa baca karya peserta Olimpus Match Battle lainnya, ya!

1. Viloise--@Chimmyolala

2. The Lucky Hunter--@Dhsers

3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn

4. Aku Bisa--@okaarokah6

5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01

6. Is It Our Fate?--@ovianra

7. Crush--@dhalsand

8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa

9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025

10. Memutar Waktu--@dewinofitarifai







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kurir On The Case Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang