Satria dan Bams

8 3 15
                                    

Satria memeriksa isi kantong paketnya. Tidak ada yang hilang.

"Huft!" Dia menghela napas lega. Satu paket diambilnya, alamat yang tertulis masih berada di dekat tempatnya berdiri.

Tepat saat dia membenarkan letak kantong paketnya, ponsel di saku  berdering.

"Sat, di mana lo?" Suara sahabatnya terdengar dari ujung sambungan.

"Masih di jalan."

"Dekat rumah?"

"Lumayan dekat. Kenapa Bams?"

"Mau minta tolong. Lagi sibuk gue soalnya, enggak bisa keluar."

"Hilih, sibuk apaan lo! Palingan main game!"

' "Yaaa, lo kan tahu. Kerjaan gue sejak di-PHK ya main game gini."

"Iya, lo kan kaya. Jadi enggak perlu kerja banting tulang kayak gue. Mau apa-apa tinggal ngomong. Lo anak tunggal, enggak ada tanggungan Adek."

"Dih, kenapa Lo jadinya curhat?"

"Ya udah,   Lo mau minta tolong apa?"

"Beliin bakso malang yang di pinggiran jalan."

"Jiah, orang kaya belinya bakso malang!

"Udah, gue tungguin! 3 bungkus!"

Belum sempat Satria menjawab ucapan Bambang, sambungan telepon telah diputus sepihak.

Tanpa banyak berpikir, Satria segera menaiki motornya dan menuju alamat selanjutnya. Setelahnya barulah dia membelikan pesanan Bams alias Bambang.

Tanpa diduga, di jalan menuju rumah Bambang, terjadi kecelakaan. Satria mengenali wajah korban. Ya, benar! Tidak salah lagi, korban yang tergeletak adalah pria tua yang tadi berdiri di dekat motornya. Satria hendak mendekat, tetapi ponselnya terus berdering. Siapa lagi kalau bukan Bams. Dia sudah tidak sabar menunggu baksonya.

Tidak jauh dari lokasi kecelakaan, Satria menepikan motornya. Dia benar-benar penasaran dengan pria yang menjadi korbannya. Dia turun dari motor, mengambil ponsel dari kantongnya kemudian hendak mendekat sembari merekam kejadian tersebut. Namun, pemandangan selanjutnya yang dilihatnya amat membuatnya menghentikan langkahnya.

Beberapa orang pria berbadan kekar mengusir orang-orang yang berkerumun. Mereka berteriak-teriak kepada beberapa orang yang mengarahkan ponsel ke korban.

"Kalian semua minggir! Orang kecelakaan bukannya ditolongin kok malah sibuk ngrekam! Punya otak enggak sih! Seorang pria berkaus hitam berteriak di depan sana. Satria mematikan kameranya. Dia merasa omongan pria itu memang benar adanya dan itu membuat dirinya malu.

"Sialan! Bener juga tuh orang. Tapi kan ...," gumamannya terjeda oleh suara dering ponsel. Bams menelepon untuk ke sekian kali. Melihat korban kecelakaan di depan sana sudah dimasukkan mobil oleh pria-pria tadi, Satria pun mengurungkan niatnya untuk mendekat. Dia memutar badan lalu bergegas menyalakan motornya ke rumah Bams alias Bambang.

Nama Bambang menjadi Bams, sesungguhnya bukan bertujuan agar terdengar keren dan kekinian.  Akan tetapi hal itu terjadi karena sebuah norma kemudahan dalam memanggil. Mereka berdua adalah sahabat sejak di SMA. Adik-adik kelas sering dengan sengaja memanggil nama mereka. Entah tujuannya apa, karena setelah memanggil, biasanya mereka langsung lari atau sembunyi. Aneh kan?

Biasanya mereka memanggil dengan awalan Bang. Saat disatukan dengan nama Bambang, pengucapannya agak sulit.

"Bang Bambang!" Triple b, maka sejak saat itu dipersingkat dengan sebutan Bams. Sementara Satria, jika diawali dengan Bang maka pengucapannya menjadi "Bang Sat!" Wah, rupanya itu sebabnya setelah memanggil Satria cewek- cewek itu bersembunyi.  Takut Satria ngamuk kali. He ... he ... he ....

Satria memarkir motornya di belakang mobil Honda Brio berwarna merah. Di dalam garasi yang terbuka, ada motor besar berwarna merah juga. Tentu saja, mobil itu milik mamanya Bams, sedangkan motor besar tadi milik sahabat baiknya, Bams. Namun, sayang, motor itu tidak pernah keluar garasi. Selain karena Bams sibuk ngegame dan enggak pernah keluar rumah, mamanya tidak mengijinkan Bams menaiki motor itu. Sang mama takut kalau putra kesayangannya ikut-ikutan geng motor seperti di film-film. Bener-bener korban sinetron, kata Satria dalam hati sambil tersenyum dan menggelengkan kepala.

Dia mengambil bungkusan berisi bakso dari dalam kantong paketnya. Tak diduga, satu paket tipis dengan bungkus berwarna hitam masih ada di kantong paketnya. Diambilnya paket itu lalu diamatinya. Tipis, lebih tipis dari sebuah buku, pun bentuknya bukan persegi panjang. Dibolak-baliknya paket itu.

"Mencurigakan," gumamnya berkata pada diri sendiri. Menimang-nimang paket itu, dia menggaruk kepalanya, menyugar rambut hitam lurusnya dan akhirnya memutuskaan.

Tangan kanannya membawa kantong kresek berisi bakso, sedangkan tangan kirinya menenteng paket mencurigakan tadi. Tanpa basa basi memencet bel pintu dan berteriak, "Paket!" seperti yang biasa dia lakukan, Satria membuka pintu dan memasuki rumah Bams.  Dia lekas menaiki tangga menuju kamar sahabatnya. Tanpa salam, dia langsung meraih kenop pintu dan membukanya Terlihat Bams yang tengah duduk di depan laptopnya dan asyik bermain game.

"Nih, baksonya!" Satria meletakkan bungkusan tepat di atas meja di samping laptop Bams. Dia sedikit membungkuk di sampingnya, tepat ketika mama Bams memasuki kamar putera mereka.

"Bambang!" pekik sang Mama mengagetkan keduanya. Sontak mereka menoleh ke arahnya.

"Ka-kalian ... normal kan?Kalian tidak sedang ... begitu kan?" ucap mama Bams sambil kedua tangannya membentuk tanda petik dua di atas kepalanya.

"Ish, najis gue begituan sama lo!"

"Dih! Apalagi gue!" Bisa dikutuk tujuh turunan gue! Mereka saling memandang dengan tatapan jijik. Serta merta keduanya langsung menjauh.

Melihat keduanya berjauhan seperti itu dengan ekspresi saling mengharamkan satu sama lain, sang mama pun lega.

"Syukurlah ...," Mama Bams mengurut dada, kemudian bertanya, "Bakso malang Mama mana?"

***

Jangan lupa baca karya peserta Olimpus Match Battle lainnya, ya!

1. Viloise--@Chimmyolala

2. The Lucky Hunter--@Dhsers

3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn

4. Aku Bisa--@okaarokah6

5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01

6. Is It Our Fate?--@ovianra

7. Crush--@dhalsand

8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa

9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025

10. Memutar Waktu--@dewinofitarifai

Kurir On The Case Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang