네 🌼

301 53 2
                                    

Satu minggu telah berlalu sejak kejadian di kamar Gavin yang di pergoki Jevan sekarang lelaki itu selalu menatap curiga kepada Aster dan Gavin entah ketika mengobrol atau hanya sekedar bertukar sapa, Aster merasa risih tentu saja karena itu membuat dirinya seolah menduakan Juan dengan Gavin padahal kan bukan begitu, ekhem.

Hari ini semua orang sedang berkumpul di ruang tv, ada yang main game, nonton tv atau hanya sekedar mengobrol bersama, nah kebetulan Aster duduk di antara Gavin dan Juan hal itu membuat Jevan terus menatap dirinya curiga.

"Lo kenapa deh ngeliatin Aster mulu?" ucap Jiv yang tak sengaja memergoki kegiatan Jevan.

"E-enggak" ucapnya terbata.

"Kok gugup gitu?! anjir jangan-jangan lo?!" Ucap Jiv dengan mimik wajah sok dramatis.

"Nggak anjir apaan si bang jangan buat fitnah"

"Dih padahal gue ga ngomong apa-apa" Jiv dengan santainya memasukan chiki ke mulutnya, ia tak menghiraukan tatapan maut Jevan yang seolah ingin memakan dirinya hidup-hidup.

"Ngeselin lo bang" setelah mengatakan hal itu Jevan bangkit pergi meninggalkan ruangan membuat Nara yang tengah sibuk bermain game menengok keheranan.

"Lo apain Jevan?" Tanyanya pada Jiv dengan pandangan memicing.

"Gak gue apa-apain, udah mending lo main aja deh hehe"

"Beneran?" ucap Nara penuh selidik.

"Iya cantik" Jiv tersenyum lebar sedangkan Nara bergidik geli.

"JIJIK LO BANGSATTT GUE STR8 SETAN!" Nara bangkit dengan wajah yang merah meredam amarah.

"Buset ngamuk" ucap Davi yang kaget karena teriakan Nara pas di samping telinganya sebab ia duduk di samping pria itu.

"M-maaf ra gue cuma bercanda yaampun" ucap Jiv dengan pandangan memohon tak lupa tangannya memegang tangan Nara yang siap-siap ingin menggebuk dirinya.

"Awas lo gitu lagi gue potong burung lo sampe abis!" ucapnya dengan menggebu-gebu, Jiv tentu saja bergidik ngeri lalu ia mengangguk, 'Muka doang manis tapi kelakuannya gaada manis-manisnya buset ra' ucapnya dalam hati, miris.

Yang lain hanya tertawa melihat keduanya termasuk Aster, ada-ada saja memang kelakuan Jiv itu sudah tau Nara galak masih aja di ledekin begitu hadeh dasar buaya.

"Eh gue mau keluar ada yang mau nitip gak?" tiba-tiba Davi bangun dari tempat duduknya mengatakan bahwa dirinya hendak keluar untuk membeli beberapa cemilan.

"Ini abang nitip Dav, apa aja deh buat semuanya, upah lo juga udah ada di situ" Sean yang merupakan anak tunggal kaya raya tentu saja tak pernah lupa untuk menitip makanan sebab ia selalu mentraktir semua penghuni kost tanpa meminta imbalan sedikit pun.

"Wuidih mantep bang oke gue pergi dulu" ketika Davi hendak melangkah suara Gavin menginterupsi.

"Gue ikut!" ucapnya membuat seluruh atensi mengarah kepada dirinya.

"Lah mau ke depan juga lo vin?"

"Kaga, gue mau pulang ke rumah bentar ada urusan" ungkapnya membuat Aster memandang penuh tanya sedangkan yang lain hanya ber 'oh' ria.

Sepeninggalan Gavin dan Davi semua orang kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing termasuk Aster yang kembali berbincang dengan kekasihnya, Juanda.

"Yahhh bang mati kan ah lo si pake maju-maju, udah tau ada linglung!" itu suara Theo yang protes kepada Marva karena heronya jadi mati sedangkan yang di protes hanya tertawa renyah.

"Lo nya aja tuh maennya kaga bisa udah balik lagi aja ke master" Nara menambahi.

"Enak aja lo, gue tuh gapernah mati kalo pake nananina, ini tuh gara-gara bang Marva nih pake maju-maju segala" Theo masih protes tidak terima, hah sampai yang lain geleng-geleng kepala melihat tingkah Theo yang imut ketika marah.

𝘼𝙨𝙩𝙚𝙧'𝙨 (𝙃𝙖𝙧𝙪𝙗𝙗𝙮) {𝙊𝙣 𝙂𝙤𝙞𝙣𝙜}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang