일곱 🌼

293 42 6
                                    

Suasana kost-an begitu hening sebab beberapa penghuni masih sibuk dengan tugas akhir sebelum memasuki semester baru apalagi yang sudah semester 5, mereka sudah mulai mendiskusikan soal kegiatan KKN untuk beberapa bulan ke depan.

Aster dan Theo tengah duduk di ruang televisi dengan beberapa cemilan di pangkuannya, hanya mereka berdua sebab yang lain entah kemana.

"Bang Theo tugasnya udah selesai semua?" tanya Aster memulai pembicaraan.

"Huum, udah dari seminggu yang lalu" jawab Theo dengan pandangan masih fokus pada televisi di depan.

"Woylah gabung dong" suara seseorang dari tangga menginterupsi, ia berjalan menghampiri dua anak adam yang tengah asyik mengobrol hal yang tidak terlalu penting.

"Lagi ngobrolin apa? serius banget" ucapnya setelah duduk di antara keduanya lalu menyomot jajan yang ada di pangkuan Aster.

"Gaada si bang, bang Davi tugasnya udah selesai semua?"

"Udah waktu itu ngebut banget soalnya biar gak terlalu mepet juga si, walaupun sempat beberapa kali direvisi laporannya haha" ungkapnya dengan di iringi tawa pada akhir kalimat, Davi hanya salah satu dari 12 orang yang menurut Aster memiliki kepribadian yang susah di tebak, ia pendiam tapi juga friendly tak banyak berbicara namun ia perhatian terhadap sekelilingnya.

🤍

Sebuah ruangan yang bernuansa hitam pekat begitu terasa dingin dan mencekam, tak ada yang berani bersuara selain pria paruh baya yang masih begitu tampan diusianya yang sudah memasuki kepala 5.

"Jadi Gavin menolak?" ucap seseorang dengan begitu tenang namun tatapan elangnya mampu membuat orang yang ditanya merasakan hawa dominan yang sangat kental.

"Iya pah, Gavin masih belum mau untuk menemui kita" ungkap yang lebih muda mencoba untuk lebih tenang lagi.

"Elzan? bukankah kamu tau papah tidak suka menunggu, hmm?" sorot matanya yang tajam makin membuat orang yang di tatapnya menunduk tak berani menjawab.

"Sayang, kamu kan tau kalau Gavin keras kepala jadi harus sabar dengannya." sang istri mencoba menenangkan suaminya.

"Ck menyebalkan! atur seseorang untuk pergi ke kost-an Gavin, aku sendiri yang akan membawa anak itu pulang, sekarang!" perintahnya final.

"Biar aku saja yang pergi pah" cegah Elzan.

"Tidak! kamu gagal! semua yang kamu lakukan selalu gagal Elzan! ck! kamu pikir Papah tidak tau kalau Gavin satu kost dengan Aster, hmm?" Ucapnya dengan smirk menakutkan di akhir kalimatnya.

"Ba-bagaimana Papah tau?" Elzan kaget sebab hal ini tidak bagus untuk Aster.

"Bodoh!, kamu jangan berpikir kalau Papah tidak bisa menyingkirkan bocah kecil itu! dan jangan lupa kalau kamu bukan apa-apa bagi saya, kamu hanya bayangan Gavin!" ucapnya penuh penekanan dengan nada yang tak bisa di bilang pelan.

"M-maaf pah" Elzan menunduk tak berani menatap wajah tegas itu lagi, ia sadar akan keberadaannya di keluarga ini hanyalah bayangan bagi sang adik, ia hanya tameng bagi Gavin.

Lelaki itu tak menghiraukan ucapan Elzan, ia berlalu pergi dengan 3 orang yang berpakaian rapi berada di sisinya, tak ada yang berani menentang apalagi membantah ucapannya.

"Kamu memang selalu gagal Elzan, kapan kamu bisa becus mengurus masalah, menangani Gavin saja kamu tidak bisa!, aku benar-benar akan menghabisi Aster jika ia merebut Gavin dari sisiku, ck bagaimana bisa setelah dibuang olehmu dia mendekati Gavin?! memikirkannya saja membuatku muak ingin melenyapkan nyawanya!" Sang Nyonya rumah yang di ketahui sebagai ibu dari seorang Gavindra berbicara ketus seperti biasanya, wanita itu hanya akan lembut pada suaminya saja selain itu ia adalah pribadi yang keras.

𝘼𝙨𝙩𝙚𝙧'𝙨 (𝙃𝙖𝙧𝙪𝙗𝙗𝙮) {𝙊𝙣 𝙂𝙤𝙞𝙣𝙜}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang