Terkadang pagi hari menjadi hal yang paling ditunggu oleh beberapa orang. Ada harapan yang diterbangkan, rencana yang mulai disusun, atau sebuah penantian akan keajaiban. Namun, tiga hal itu tidak berlaku bagi Harsa, karena pagi ini hati dan pikirannya tidak tenang. Terdapat rasa marah yang tak bisa diluapkan di sana, entah karena tidak ada objek yang bisa dijadikan lampiasan atau kesadaran untuk menahan semuanya sendirian.
Satu yang pasti, Harsa marah.
"Tangan Harsa kenapa terkepal gitu, ya? Dia kenapa? Ada masalahkah? Gue chat aja kali ya? Tapi kalau gue chat, pasti ganggu dia. Diemin dulu, deh," monolog Nara yang pagi itu berdiri di dekat jendela kelas XII IPA 1.
"Duar!!!"
"Ayam!!!"
Terdengar tawa laki-laki tepat di belakang Nara.
"Ih, Daffa! Ngagetin aja dah."
"Hahahaha lagian masih pagi udah nangkring depan kelas orang. Ngapain sih lo?"
Lidah Nara mendadak kelu saat Daffa melontarkan pertanyaan sederhana yang mungkin mewakilkan siswa atau siswi yang melihat tingkah Nara pagi ini.
"Itu... euh... apa sih? Lo baru datang? Ah, iya lo baru datang, parah banget dah. Udah jam berapa ini," ucap Nara dengan tujuan mengalihkan topik pembicaraan.
Daffa menatap Nara bingung, "Ra?"
Nara menatap ponselnya dengan wajah terkejut yang dibuat-buat. "Yudha chat gue, duluan ya, Daf." Dengan cepat, Nara berlari ke kelas dan mengabaikan panggilan atau kesan pria itu terhadapnya.
"Aneh banget, Nara."
Daffa tak mau ambil pusing dengan sebab dan tujuan kedatangan Nara pagi ini, karena Daffa sangat tahu itu adalah hak dan privasi yang bisa Nara simpan sendiri.
"Pagi," sapa Daffa saat menginjakkan kakinya di dalam kelas.
Beberapa siswi menanggapi sapaan Daffa. "Pagi, Daffa."
Alis Daffa mengerut bingung saat mendapati Harsa tengah menatap ponselnya dengan wajah marah. Tangan jahilnya terulur untuk merebut ponsel yang sedang Harsa pegang dengan tujuan untuk menggurau pria itu.
"Serius amat, Sa."
Namun siapa sangka, hal itu berhasil meledakkan amarah yang sedari tadi terpendam di hati Harsa. Bagai kecepatan cahaya, Harsa melayangkan satu pukulan di wajah pria yang mengganggunya. "Bangsat lo."
Daffa cukup terkejut dengan apa yang ia terima pagi ini.
"Lo ganggu gue, anjing!" umpat Harsa seraya menendang kaki Daffa.
Daffa yang tak suka dan tentu tak terima dengan perlakuan Harsa pun membalas pria itu. Ponsel yang menjadi penyebab munculnya masalah ini, Daffa lempar sejauh mungkin.
"Oh, lo mau main pukul-pukulan sama gue? Ayo!"
Njan yang tengah tertidur di bangku paling belakang, dengan cepat menegakkan tubuhnya dan berusaha melerai kedua sahabatnya.
"Heh, lo berdua ngapain, anjing?"
Berbeda dengan Juan yang benci pertengkaran, pria itu justru lebih memilih untuk berlindung di bawah meja guru saat teman-temannya mulai mendekat.
Keadaan semakin chaos saat Harsa melemparkan pukulan ke sembarang arah.
Bugh!
"Harsa kurang ajar. Ini muka gue yang lo pukul, Sat," ucap Njan.
"EH, EH, PANGGIL KETUA OSIS!!!"
"JANGAN DIBAWA-BAWA SAMPE OSIS, EGE! ENTAR BERABE."
Njan yang mendengar teriakan teman sekelasnya itu memberi saran seraya berteriak, "YUDHA AJE, YUDHA! SURUH KE SINI CEPETAN!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Harsa & Sesal
Fiksi RemajaHarsa Anggara, sebut ia si pria dingin dan keras yang berhasil menyembunyikan luka terhebatnya. Topeng yang terpasang membuat orang-orang tak sadar akan sepi dan hancurnya hidup pria itu. Hingga suatu ketika datang Nara Laguna, si gadis hangat dan l...