Prolog

147 9 2
                                    

Weliana Raneva, biasa dipanggil Ana. Aku merupakan anak semata wayang yang sangat introvert. Hari-hariku lebih diisi dengan menyendiri di kamar, streaming kpop, menggambar dan membaca novel hingga cerita yang bergenre fanfiction. Bukan berarti aku tidak memiliki teman. Hanya saja dengan menyendiri malah membuat energiku bertambah.

Hari ini, aku akan masuk kuliah yang pertama kalinya di perguruan tinggi dengan jurusan impianku, Desain Komunikasi Visual. Ini berkat usahaku yang mati-matian mengumpulkan sertifikat, portofolio. Kali ini, aku bertekad untuk menjadi mahasiswi yang aktif. Melawan sisi introvertku yang hasil tes terakhir mencapai 90%. Aku akan mencari pengalaman dalam berorganisasi demi masa depanku.

"Non, sudah siap?" tanya mang Jaja, supir pribadiku.
"Siap, mang. Ayo berangkat."

Di rumahku saat ini hanya ada bibi Heti sama mang Jaja yang suka mengantar jemput aku. Kedua orang tuaku sedang pergi keluar negeri untuk menjenguk tante Sofi, atau adik dari Mamaku yang sedang sakit parah di Singapura. Oleh karena itu, aku menjadi si penjaga rumah setiap kedua orangtuaku sedang pergi.

"Ga putar lagu, non? Biasanya masuk mobil langsung putar lagu oppa oppa?" tanya mang Jaja sambil terkekeh.
"Hehe iya, mang. Lupa bawa flashdisk. Semua lagunya ada disitu soalnya." ucapku kepadanya, "Dengerin radio aja deh, mang."
"Oke, non."

Radio Nasional FM
Frekuensi 78,3 FM

Selamat pagi pendengar Radio Nasional FM dimanapun anda berada. Jumpa lagi dengan saya Gilang Mahendra dalam Nasional News Pagi. Sejumlah berita hangat telah kami siapkan untuk anda pagi ini. Diantaranya, baru saja terdapat kabar duka terhadap para penumpang Singepure Airlines. Pesawat lepas landas dari Bandara pukul 06.37 WIB. Jadwal itu maju dari jadwal penerbangan sebelumnya 07.15 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca. Pesawat dengan nomor penerbangan SQ-726 jatuh di laut Jawa sebelum menyentuh landasan pacu Bandara Hulim.

Deg. Aku yang mendengarkan itu langsung teringat dengan ucapan orang tuaku di telepon semalam.

"Ana, belum tidur, nak? Besok hari pertama adek kuliah, kan?" tanya mamaku melalui sambungan telepon.
"Sebentar lagi aku bakal tidur kok, ma." jawabku yang padahal akan menyelesaikan bacaan pada novelku dahulu sebelum tidur, "Papa sama Mama kapan pulang?"
"Wah, udah ditanya duluan, nih. Justru tadinya papa sama mama mau kasih tau adek kalau besok pagi bakal berangkat ke Indonesia." sahut Papaku yang suaranya sedikit menjauh tetapi terdengar keras.
"Mama sama Papa udah beli iket pesawat. Jadi, adek sekarang lebih baik istirahat, ya. Besok kan hari pertama kuliah." kata mamaku.
"Siap, ma. Oh iya, besok jam berapa berangkatnya?"
"Nanti mama kirim foto tiketnya aja, ya. Dah sayang. Good night!"
"Oke, good night too!"

Setelah mendengar berita dari radio itu, aku langsung membuka isi galeri dan membuka foto terakhir. Mencocokan dengan segala informasi mengenai jenis pesawat hingga waktu penerbangannya. Kenyataan yang tidak ingin aku hadapi. Fakta yang menyakitkan. Semua terjadi begitu saja. Bahkan rencana serta semangatku yang sedang menggebu-gebu hari ini seketika lenyap.

"Non, ada apa?"

Nomor yang ada tuju tidak dapat dihubungi

Ah, sialll. Tolong, aku mohon sekali ini aja Tuhan. Berikan aku keajaiban. Aku masih ingin menghabiskan waktuku bersama orang tuaku. Jika perlu ambil jiwaku agar bisa tetap bertemu dengan mereka.

Tanpa diketahui, permohonanku langsung dikabulkan. Terdapat truk besar menghantam mobilku. Membuat rasa bersalah kepada supir pribadiku yang ikut menjadi korban karena kehilangan fokus menyetirnya saat menoleh kearahku. Di hari pertamaku kuliah menjadi hari akhir bagi diriku.

*****

"Yura, cepat bangun sayang. Ini hari pertama kamu kuliah. Nanti telat loh!"

Tunggu. Suara yang aku dengar tidaklah asing. Itu adalah suara mamaku. Tetapi, yang disebut olehnya adalah Yura. Aku bingung sebenarnya sekarang aku sedang bermimpi atau sedang menunggu ajalku menjemput.

Suara pintu terbuka terdengar. Seseorang mendekatiku dan mengelus rambutku dengan lembut.

"Bangun, nak. Papa bawain oleh-oleh dari Jepang loh buat kamu." ucap suara disampingku. Suara itu, terdengar sangat mirip dengan suara papaku.

Aku yang tadinya sedikit sulit membuka mata akhirnya dapat sedikit demi sedikit melihat siapa orang yang baru saja berbicara denganku. Ketika, mataku sudah sepenuhnya terbuka. Aku langsung sontak melonjak dari kasur dan memeluknya. Orang di depanku sangat mirip dengan papaku.

"Papa?"
"Ini beneran papa, kan?"

Pelukanku sangat erat. Air mataku menetes karena perasaan haru, sedih, takut, bahagia bercampur aduk menjadi satu. Jika benar orang tuaku disini, aku akan menjalani kehidupanku ini dengan sebaik-baiknya.

"Adek kenapa? Habis mimpi buruk, ya?"
"Iya, mimpi yang sangat buruk, pa."
"Yaampun Yuranya papa pasti gugup ya karena hari ini hari pertama kamu masuk kuliah?"
"Yura?"
"Iya, tapi adek gaudah gugup. Kan, Yura udah dapet temen sekampus duluan nih."
"Temen sekampus? Emang siapa, pa?"
"Itu loh si Dokyeom"
"Do.. DOKYEOM?"

Mendengar nama itu, aku mendadak sadar jika aku terbangun dengan orang tua yang suara dan rupa yang sama namun ditempat yang berbeda. Kamarku yang dulu dan sekarang jauh berbeda. Kamarku sekarang jauh lebih luas dengan furniture yang sangat mewah. Dan juga, Dokyeom. Nama itu tidak mungkin papaku ketahui. Bahkan, saat membaca fanfiction pun aku selalu menyendiri. Tetapi kenapa tiba-tiba nama seorang idol itu terlontar dari mulutnya. Aku jadi kembali pusing apakah ini masih dalam mimpi atau aku sudah gila karena terlalu sering fangirlingan sebelumnya.

My Life is Based on a FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang