Something's Wrong

101 9 0
                                    

Selesai menyalin catatan Mingyu, aku langsung mengembalikan buku catatannya.

"Makasih atas catatannya."

Mingyu menerima buku catatannya dan memasukkannya ke dalam tasnya. "Sama-sama."

Kelas hanya tersisa aku, Mingyu, dan Dokyeom. Sementara yang lainnya sudah pulang terlebih dahulu. Mingyu rela menungguku menyalin catatannya. Tadinya aku bilang jika akan memberikannya besok, ternyata dia hanya meminjamkannya untuk hari ini. Tau begitu aku menyalinnya ketika jam istirahat tadi agar dia tidak menunggu seperti ini.

Saat aku selesai bersiap-siap untuk pulang, aku ingin bertanya sesuatu dengannya tetapi Dokyeom menarik tanganku. Dia membawaku hingga ke area parkiran.

"Dokyeom, tolong lepasin. Ada yang harus aku bicarain dulu ke Mingyu." ucapku yang tidak digubris olehnya.
"Kyeom, pleasee. Kamu kenapa tiba-tiba kayak gini?"

Dia berhenti dan melepaskan genggaman tangannya dariku. Ekspresinya antara sendu dan kesal.

"Kamu bohong, kan?" tanyanya yang membuatku bingung. Sama sekali tidak mengerti dengan maksud dari pertanyaannya itu.
"Aku gak ngerti sama pertanyaannya kamu, kyeom." kataku sambil mengerutkan dahi.
"Katanya kamu lupa dengan masa lalu kamu? Tapi barusan apa? Kamu ingat dia, bukan?"
"Dia? Tunggu.. Maksud kamu Mingyu?"
"Iya, kamu kenal dia, kan?"

Entah apa yang dimaksud Dokyeom. Aku semakin dibuat bingung olehnya. Kenapa dia seperti terlihat kesal dengan terus menerus menuduhku jika mengenal Mingyu. Tentu saja, aku kenal dengannya. Baru saja kemarin kami menjadi teman sekelas. Selain itu, aku tidak tau.

Mungkin saja bayanganku tadi ada hubungannya dengan masa lalu Yura. Harusnya aku sudah bertanya dengan mingyu mengenai itu jika Dokyeom tidak menarikku kemari.

"Kyeom, kamu masih belum percaya kalau aku lupa sama masa laluku?"
"Bukan begitu, hanya saja.. Tadi, pandanganmu kepadanya terlihat seperti.."

Aku menunggunya selesai berbicara. Dia terlihat lebih kearah orang yang sedang cemburu. Benar saja jika seperti itu, cerita friendzone ini pasti ada kecemburuan diantaranya. Dia terlihat lucu seperti itu.

"Seperti mencintainya?" tanggapku yang tidak lama kemudian dianggukinya. Aku tidak kuat menahan tawaku. Aku sudah pernah mengetahui jalan cerita Yura dan Dokyeom, karenanya aku mengerti Yura lebih mencintai Mingyu dibandingkan sahabatnya. Namun, Yura yang sekarang berbeda. Aku sebagai Yura selalu memandang Dokyeom sebagai bias utama yang moodbooster.

"Kamu akhir-akhir ini emang suka ketawa, ya?" Mendengarnya aku semakin sulit menghentikan tawaku terlebih lagi ketika melihat ekspresi kebingungannya. Hingga akhirnya aku mengatur nafasku dan tawaku mereda.
"Lagian kamu ini lucu banget, dari begitu aja langsung disimpulin kalo aku suka sama dia." kataku.
"Berarti kamu beneran lupa ingatan?"
"Yura...Kamu gak di diagnosa kena penyakit parah, kan?" tanyanya beruntut.
"Enggak, Lee Dokyeommm."
"Syukurlah kalau begitu. Aku hanya khaw... Ah, oke. aku bakal anter kamu ke suatu tempat biasa kita ketemu dari kecil. Aku akan bantu pulihin ingatan kamu disana."

Menunda pertanyaaan kepada Mingyu, Dokyeom mengantarku ke suatu taman dekat perumahanku. Taman itu terlihat sangat indah dan sejuk. Ada danau kecil beserta angsa disekitarnya. Sungguh tempat yang cocok untuk refreshing.

"Bagaimana menurutmu tentang tempat ini?" tanya Dokyeom yang duduk di sampingku sambil menatap ke arah danau.
"Indah. Seberapa sering aku kesini?"
"Hampir setiap hari."
"Benarkah??"
"Eumm, kamu biasanya suka memberi makan kucing disini dan menikmati matahari tenggelam disini."

Dokyeom menoleh kepadaku, "Yura, aku mau tanya dan kamu harus jujur. Sebenarnya kenapa kamu bisa sampai lupa ingatan seperti ini? Apa udah pernah konsultasi ke dokter?" tanyanya.

My Life is Based on a FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang