Sebuah peluru menghantam pistolnya, membuat benda itu terlempar jauh dari cekalan tangannya.
Rion berdecih, menoleh ke arah datangnya peluru. Namun sama sekali tidak ada yang menodongkan senjata ke arahnya.
"Siapa itu?" pekiknya emosi.
Kaila menendang pistol yang ada di samping kakinya, benda itu berhenti tepat di depan Gavin. Matanya menatap adiknya, Kaila mengangguk kecil.
Merasa paham, Gavin langsung meraih pistol itu lalu bangkit. Rion masih sibuk mencari siapa yang berani menyerangnya, dalam sekejap kini Gavin sudah berada di belakang pria paruh baya itu.
Rina terbelalak, tangannya yang memegang pistol gemetar. Benda itu jatuh di atas tanah.
"Aku mulai bosan dengan ini." ucap Gavin sambil mendorong sedikit mulut pistolnya ke belakang kepala Rion.
"Maafkan aku karena tidak bersikap hormat kepadamu, tapi aku tidak bisa diam saja disaat kalian terus-menerus melukai adikku."
Rion tertawa. "Baiklah-baiklah, sepertinya kalian semua memang pemarah, padahal aku hanya berniat main-main saja."
"Kau mempermainkan hidup dan mati seseorang , apakah kau pikir itu lucu?" sentak Gavin.
"Lalu apalagi yang harus aku lakukan? beritahu aku bagaimana jika kau yang berada di posisiku saat ini."
"Apakah kau bisa diam saja disaat anakmu dibunuh oleh iblis seperti dia?" jarinya menunjuk ke arah Kaila yang mulai terlihat tidak bertenaga.
"Aku hanya ingin membalas kematiannya."
"Apa dengan menghabisi adikku, anakmu bisa hidup lagi?" tanya Gavin.
"Setidaknya aku bisa mati dengan tenang, jika aku berhasil membunuh iblis seperti dia." pekik Rion.
"Teruskan mimpimu, aku tidak akan membiarkan seorang pun menyakiti adikku."
"Jika aku tidak bisa membunuhnya, lebih baik kau saja yang mati!" tanpa Gavin sadari Rion sudah memegang sebilah pisau di tangannya.
Dengan kasar tangannya menusuk perut Gavin tanpa membalikkan tubuhnya.
Darah mulai keluar, tangannya lemas. Pistol yang di pegangnya jatuh, kakinya mundur beberapa langkah ke belakang. Kaila yang melihat itu terbelalak.
"Hentikan, bajingan!" raungnya penuh amarah.
Lagi-lagi Rion tertawa. "Bagaimana? jika aku tidak bisa membunuhmu, lebih baik aku menghabisi saudaramu saja."
Kaila menggeram. "Kau benar-benar tidak memberiku pilihan lain."
Di akhir kalimatnya tempat itu mulai dihujani timah panas dari atas. Semua anggota Rion dan Rina mulai tumbang satu persatu saat timah panas menghantam tubuh mereka.
"Cih. Ternyata kau memanggil penembak runduk. Lihatlah betapa pengecutnya kalian." ucap Rion saat melihat semua anggotanya tergeletak.
"Kau yang memaksaku melakukannya. Nah, sekarang apa yang akan kalian lakukan?"
Rina mundur beberapa langkah ke belakang, tangannya hendak meraih pistolnya yang tergeletak di atas tanah. Namun Gavin sempat melihatnya. Saat ingin menggapainya, benda itu justru terlempar semakin jauh karena Gavin menendangnya.
"Cukup. Hentikan." dengan sempoyongan tubuhnya mencoba bangkit. "Serahkan bayi itu."
Rina menggeleng. Justru semakin mengeratkan gendongannya. Wanita itu langsung berlari saat Gavin berjalan kearahnya.
Kaila yang melihat itu berdecak. Dirinya berniat untuk mengejar Rina, tapi tangan Vero menahannya.
"Biar aku aja." dengan cepat lelaki itu langsung berlari mengejar Rina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheeva
Teen Fiction[Sequel K . A . I . L . A 🔥] [UPDATE 2 KALI SEMINGGU] ⚠️Republish⚠️ ... Sebelum baca cerita ini diharapkan sudah membaca cerita K . A . I . L . A okey? [...] Sejak kejadian itu terjadi, Kaila bersumpah tidak akan pernah mengizinkan Sheeva untuk men...