08: Siapa?

197 16 2
                                    

"Hai." sapa seorang siswa yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Sheeva.

Menyadari ada seseorang selain dirinya, Sheeva menolehkan kepalanya. Keningnya berkerut, melihat wajah asing di sampingnya.

"Siapa?" tanyanya.

"Gue murid baru, salam kenal." balas siswa itu sambil mengulurkan tangan kanannya.

Matanya menatap bergantian tangan yang diulurkan ke arahnya dan raut wajah orang di depannya. Menyadari tak ada respon dari lawan bicaranya, siswa itu menurunkan tangannya sambil tersenyum kaku.

"Ada urusan sama gue?" tanya Sheeva curiga.

Siswa itu mendongak, menatap gadis di depannya. Raut wajahnya terlihat sedikit terkejut. "Nggak ada. Cuma mau kenalan."

"Oh. Tapi sori, gue gak suka basa-basi." Sheeva melangkah pergi, meninggalkan siswa yang masih berdiri di sana.

Siswa itu membalikkan tubuhnya. "Salam kenal, Sheeva!"

Langkahnya sempat berhenti, namun Sheeva tak ambil pusing. Kakinya kembali melangkah meninggalkan taman sekolah yang sepi itu.

•••

"Lah. Sheeva mana?" tanya Vika saat melihat Nesya yang duduk sendirian.

"Tadi bilangnya sih ke toilet. Tapi lama banget perasaan." Nesya melirik jam yang melingkar di lengannya.

"Gue susul aja kali ya?" Vika meletakkan nampan yang di pegangnya ke atas meja.

"Gak usah. Gue ada di sini." sahut Sheeva yang berjalan mendekat ke meja yang di tempati kedua sepupunya.

"Kenapa? gak biasanya lo khawatirin gue." Sheeva mendudukkan dirinya di samping Nesya.

"Gue dapet amanah tau nggak." Vika duduk di hadapan Sheeva dan Nesya. "Om Vero suruh gue jagain lo."

Satu alisnya terangkat. "Alesannya?"

"Masih nanya juga?" Nesya ikut menyahut. "Selama ini 'kan lo itu nakal banget, bukannya wajar kalo uncle Vero sampe kayak gini."

"Mungkin uncle gak mau kalo lo sampe bikin masalah lagi. Setiap minggu pasti ada aja ulah lo yang bikin heboh satu sekolah."

"Masa sih?" tanya Sheeva seolah tak percaya.

"Gak usah sok polos. Nggak bisa apa lo berubah gitu?" tanya Vika sambil menyodorkan dua mangkok bakso ke depan Sheeva dan Nesya.

"Lo kira gue power rangers?" sewot Sheeva. "Lagian gue emang gini, jangan maksa gue buat jadi orang lain."

"Gak gitu maksudnya. Gak kasian sama bokap lo? setiap lo bikin masalah, pak kepsek pasti langsung manggil bokap lo buat dateng kesini."

"Apaan." sergah Sheeva. "Setiap ada panggilan, bokap gue gak pernah dateng. Selalu om Niko atau om Tio yang ngewakilin."

"Lo juga 'kan tau, uncle Vero sibuk sama urusan kantornya. Seharusnya lo bisa maklumin dong, va." balas Nesya.

"Terserah deh."

"Lo gak ada niatan buat jadi alim gitu, va?" tanya Vika.

"Gimana ya.." Sheeva mengaduk-aduk baksonya. "Bukannya gue gak mau berubah jadi anak baik-baik, tapi kayak ada sesuatu gitu di dalem diri gue yang bertolak belakang dari kata baik. Yang gue sendiri pun gak paham apa itu."

"Sesuatu?" beo Nesya sambil mengunyah makanannya. "Apa jangan-jangan lo dapet kiriman lagi."

Sheeva menolehkan kepalanya ke arah Nesya. "Maksud lo?"

SheevaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang