"Jin, kalo orang jatuh cinta itu kemungkinan kelebihan dopamin atau oksitosin gitu gak sih?"
Gadis berambut pendek sebahu dengan buku sejarah di depannya itu mengernyit saat mendengar pertanyaan aneh dari teman sejak SMP-nya itu. Sedetik kemudian terkekeh geli mengingat si jenius Matematika itu sama sekali tidak pernah menyinggung topik percintaan sebelumnya.
"Apa sih, Ji? Kocak amat tiba-tiba nanyain gituan."
Gadis bernama Ryujin itu kembali memfokuskan dirinya pada buku sejarah tebal di hadapannya, memperbaiki posisi duduk bersilanya di karpet bulu hangat yang ada di kamar benuansa abu-hitam itu. Sedangkan Yeji, si jenius Matematika itu terlihat gusar dengan tangan kirinya yang mengetuk-ngetuk meja yang tak lebih tinggi dari lututnya dengan irama acak, tangan kanannya sibuk mengetik deretan huruf tentang topik yang ingin dia ketahui di smartphonenya.
'Jatuh Cinta Menurut Sains'
Sejujurnya Yeji juga ingin tertawa melihat apa yang dia ketik di mesin pencariannya saat ini, jika saja pikiran-pikiran aneh tentang gadis Social itu tidak menempel di otaknya.
Mata sipitnya itu bergerak dari kiri ke kanan secara berulang seakan memindai dengan baik apa yang ada di layar amoled persegi panjang itu. Sedetik kemudian dia berdeham pelan untuk menarik perhatian satu-satunya orang di ruangan tersebut bersamanya saat ini.
"Kayaknya gua kelebihan dopamin sama oksitosin deh, Jin."
"Hah?"
***
*Pagi hari di hari yang sama
Gadis dengan mata kucing itu menyisir deretan rak buku mencari buku kumpulan latihan soal Matematika yang sekiranya belum dia selesaikan. Tiga buku latihan tebal di rumahnya telah di selesaikannya sehingga dia butuh buku baru sebelum tempat lesnya mengeluarkan buku latihan lain.
Yeji mengambil buku tebal bersampul hijau. Judul buku itu mengatakan kalau buku itu adalah kumpulan soal yang dipakai untuk tes masuk universitas. Hal itu menarik perhatiannya mengingat dia biasanya hanya mengerjakan soal-soal dari buku yang diberikan tempat les atau buku paket tahunannya.
Dia beranjak memilih tempat duduk di sisi pojok belakang perpustakaan agar tidak terganggu saat mengerjakan soalnya. Meskipun tidak ada satu orangpun disana saat ini, setahu Yeji. Bahkan penjaga perpustakaanpun tidak ada, kemungkinan ada urusan. Tapi jaga-jaga saja, jika nantinya ada murid yang datang ke perpustakaan.
Yeji mengeluarkan pensil dan juga dua lembar kertas yang telah dia siapkan dari sakunya. Mulai membuka buku tebal itu di paket soal pertama.
5 soal pertama dia kerjakan tanpa merasa kesulitan. Mengingat soal-soal itu adalah materi dari kelas 10. Eksponensial, logaritma, dan trigonometri dasar. 2 soal selanjutnya tentang limit fungsi aljabar juga cukup mudah karena dia sudah mempelajarinya di tempat les pekan lalu.
Alisnya berkerut saat memasuki soal ke-8. Yang Yeji tahu ini adalah materi integral, materi semester 2 di kelas 11 yang rencanya akan dibahas tempat lesnya minggu ini. Tapi sebenarnya dia sudah mempelajari ini secara otodidak, secara konsep sendiri dia cukup mengerti. Namun seperti kata orang-orang "Matematika itu contoh gimana, soal kemana-mana". Soal yang ada di buku itu terlalu advance untuk pemahaman yang di dapatnya secara otodidak. Meski begitu dia tetap mencobanya sekalian mengukur pemahamannya.
"Ck, kayaknya gak bakal bisa sih." gumam Yeji mulai menambah tekanan di pensilnya karena kesal.
BRUKK
Suara buku terjatuh itu pada awalnya tidak terlalu mengganggu Yeji, namun dia cukup heran saat beberapa detik kemudian terdengar buku-buku lain yang berjatuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is On but Nobody's Home
FanfictionHwang Yeji, gadis jangkung yang sering disebut si pawang Matematika. Anak kelas Science yang kerjaannya cuman belajar dan menangin olimpiade sampai-sampai sertifikatnya setebel buku Biologi. Temenan sama anak Social, Shin Ryujin, yang sama-sama gila...