3. mUScle

199 36 1
                                    

Choi Jisu menyusuri jalanan di jam dimana dia seharusnya sudah berada di rumah dan bersiap makan malam dengan dinner yang sudah disiapkan para pelayannya. Cahaya dari lampu jalan mulai menemani para pejalan kaki yang berjalan bersama dengan entah pasangannya, teman, rekan kerja, atau apapun itu di akhir pekan seperti ini. Atau mungkin sendirian, seperti Choi Jisu.

Sejujurnya, gadis Choi itu tidak terlalu mempedulikan hal tersebut. Toh, dia juga baru saja menghabiskan akhir pekannya walaupun hanya dengan sahabat musim dinginnya. Tidak, bukan karena sahabatnya memiliki sifat dingin atau terlalu keren sampai disebut 'si gadis musim dingin'. Hanya saja nama panggilannya memang berarti musim dingin dalam makna literal- Winter.

Setelah menghabiskan harinya dengan pergi ke taman, kemudian mampir ke karaoke, dan diakhiri dengan sekedar nongkrong di tempat bubble tea favorit mereka, mereka akhirnya berpisah dari sana. Winter sendiri pamit untuk langsung pulang ke rumahnya, sedangkan Jisu mengatakan ingin mengunjungi suatu tempat yang kebetulan tidak terlalu jauh dari tempat bubble tea yang mereka kunjungi. Winter menawarkan diri untuk menemaninya, hanya saja gadis itu menolak dengan alasan tidak banyak yang akan dia lakukan, hanya mencari barang incarannya dan langsung pulang.

Jisu menghentikan langkahnya saat sampai di depan toko bergaya vintage yang tidak lebih besar dari toko-toko disebelahnya, namun juga tidak kalah menarik dengan tema yang mereka terapkan. Kekehan sukses terdengar dari bibir tipisnya saat dia mendongak dan mendapati nama toko tersebut. "The Nerdy Spot Bookstore". Terdengar lucu jujur saja.

Kata yang paling gadis itu hindari untuk diasosiasikan dengan dirinya. Tapi di sinilah dia sekarang.

Dia membuka pintu kaca di hadapannya membuat lonceng kecil di atas kepalanya bergemerincing. Orang yang sedari tadi fokus di tempat kasir dengan buku di tangan lengkap dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya buru-buru berdiri, kemudian membungkuk untuk sekedar menyapa pelanggannya. Atau mungkin hanya orang yang tersesat dan salah menyangka jika tempat ini adalah toko donat.

Pasalnya orang yang berdiri di kasir itu mengangkat alisnya tinggi-tinggi seakan begitu mempertanyakan kehadiran gadis Choi itu disini. Jisu mendenguskan tawanya saat dia kemudian menyadari bahwa dia mengenali gadis yang saat ini berdiri di kasir lengkap dengan apron workernya. Hwang Yeji.

"You look more nerdy with those cute glasses, Hwang." ujar Jisu kemudian menghampiri Yeji di meja kasir.

"Haha... I mean thats the point of being 'The Nerdy Spot', right?"

"Well, no wonder." jawab Jisu ikut tertawa.

Yeji menatap Jisu dari bawah ke atas seakan memindai gadis itu masih dengan tatapan heran yang sama dengan sebelumnya. Namun saat tatapannya beradu dengan mata kecoklatan milik Jisu, gadis Choi itu menatap balik dengan tatapan tersinggung yang tak kalah sengit. Membuat Yeji menelan ludah, juga mengelus belakang lehernya agak gugup.

"Biar gua tebak, lu salah nyangka ini toko donat, 'kan?"

Tatapan sengit Jisu berganti menjadi sorot jahil mendengar hal itu. Dia kemudian menggembungkan pipinya membuat gadis dengan kacamata di hadapannya tambah gugup. Ah, Jisu suka sekali melihat gadis jenius itu dengan gestur bodoh karena dirinya.

"Apa sih, gak boleh banget kayaknya gue kesini. Gue laporin sama yang punya toko!"

Yeji terkekeh geli, tahu betul jika perkataan gadis di depannya tidak serius. Gadis itu hanya menggodanya dari bagaimana dia yang masih menggembungkan pipinya. Imut, batinnya.

"Gak takut. Yang punya toko orang tua gua." balas Yeji, membuat gadis di depannya mengerling.
"Lagian kirain orang kayak lu gak suka baca buku." lanjut Yeji.

Love is On but Nobody's HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang