Biasanya pagi-pagi Rindu sudah memilih sayur sembari mengobrol singkat dengan ibu-ibu tetangga rumahnya. Tapi hari ini hanya ada Gavin yang sedang memilih kangkung. Laki-laki itu bergantian melihat seikat kangkung di tangan kiri dan kanannya. Menimbang-nimbang, akankah dia beli yang kiri atau yang kanan.
"Ambil keduanya aja mas biar gak bingung" Gavin menoleh pada mang Fadli, tukang sayur langganan Rindu.
"Ini aja mang, jadi berapa semuanya?"
"38 ribu"
"Cabe masih naik ya mang?" menyondorkan selembar uang 50 ribu pada mang Fadli.
"Iya, makin naik. Minggu kemarin masih 80, sekarang udah 100. Tomat juga sekarang naik, dari 5.000 sekilo jadi 20.000. Ini kembaliannya 12 ribu."
"Makasih mang"
"Saya atuh yang terima kasih"
"Iya mang sama-sama"
Gavin memasuki rumah dan langsung meluncur ke dapur. Ada Rindu yang sedang mengikat kantong sampah. Perempuan itu memang setiap pagi akan membersihkan dapurnya, serta membuang kantong sampah dapur yang sudah penuh. Secepat kilat Gavin meletakkan belanjaannya di atas meja makan dan mencegah Rindu yang akan mengangkat kantong sampah.
"Aku aja yang buang. Ikannya juga biar aku aja yang bersihkan, kamu tunggu di sini"
"Mas tangan aku nggak lumpuh loh mas"
"Maksud mas tuh biar cepet sembuh gitu loh, nggak denger kemarin mama bilang apa? Jangan sampai lukanya basah, aku aja ya yang bersihkan ikannya?"
"Iya"
"Mas ke depan dulu" Gavin beranjak membawa kantong sampah ke bak pembuangan sampah di depan rumah.
Sejak kemarin Gavin memang begitu. Melarang istrinya untuk melakukan pekerjaan rumah, apa lagi yang berurusan dengan air. Seperti mencuci piring, memasak, cuci muka, bahkan mandi.
Pasangan suami istri itu berdebat di depan pintu kamar mandi hingga setengah jam lamanya. Rindu ingin mandi sendiri, tapi Gavin keras kepala ingin membantunya. Laki-laki itu khawatir tangan Rindu yang terluka terkena air.
"Aku cuma mau mandi, bukannya mau liputan demo lagi. Mas ngapain ikut?"
"Nanti aku bantu biar tangannya gak kena air"
"Enggak enggak! Aku bisa sendiri"
"Rindu, jangan bandel"
"Kok aku? Mas jangan berlebihan, kena air juga tanganku gak akan langsung putus"
"Tetap aja bahaya, lama sembuhnya nanti. Bisa makin parah juga lukanya"
"Ya ampun mas, ini aku makin lama mandinya. Keburu malem nanti"
"Ya makanya ayo mas bantu mandinya"
"Astaga, ya udah ayooooo!"
Pada akhirnya Rindu membiarkan Gavin membantunya mandi, meskipun dia sangat malu.
Gavin kembali ke dapur dan langsung membongkar belanjaannya. Pertama dia mengambil ikan. Karena sering membantu Rindu di dapur, Gavin jadi bisa melakukan banyak hal. Seperti membersihkan ikan, memasak beberapa menu sederhana, dan mencuci piring. Berada di dapur tidak membuat Gavin canggung, meskipun tidak selihai Rindu.
"Rindu, boleh minta tolong? Tadi mas mau telpon tukan galon tapi lupa. Tolong ya"
"Hp mas taro mana?"
"di atas meja depan TV"
"Oh iya mas, tadi beli kelepon gak?"
"Mas lupa, gimana dong?" Gavin melirik pintu yang tadi dilewati oleh Rindu, menunggu Rindu untuk bersuara kembali. Gavin sudah siap jika seandainya Rindu mengomelinya, karena itu memang salahnya.
"Ga apa-apa, besok bisa beli"
"Maaf ya" sesal Gavin. Dia benar-benar lupa dengan titipan Rindu.
Terdengar oleh Gavin suara lembut penuh kesopanan milik istrinya yang sedang berbicara di telepon, memesan galon.
Saat jam makan siang, Rindu duduk di kursi dengan tangan di tas meja makan sementara Gavin mondar-mandir menyiapkan makan siang mereka. Mengambilkan piring untuk dirinya dan Rindu, serta menyajikan masakan yang tadi pagi dia masak. Sambal ikan dengan tumis kangkung, dua menu masakan itu sudah pro bagi Gavin memasaknya dengan benar.
Saat Gavin yang akan memasak, maka yang terpikirkan olehnya hanyalah sambal ikan. Alasannya karena si bapak Gavin paling suka makan ikan. Mau ikannya digoreng, disambal, disantan, dipepes, atau pun di buat pendap pokoknya Gavin suka.
"Bosan gak kalau aku masak tuh ikan terus?" tanya Gavin sembari mengisi piring Rindu dengan nasi.
"Engga, ikan masakan kamu kan enak"
"Beneran?"
"Iya pak Gavin"
"Silahkan dimakan nasi sambal ikannya ibu Rindu, dan tumis kangkungnya" Rindu tergelak saat Gavin selesai mengisi piring dan menyondorkannya di hadapan Rindu.
Mrnyingkirkan sendok dari piringnya, Rindu mencuci tangannya di mangkuk yang Gavin isi dengan air untuk cuci tangan.
"Lebih enak itu makannya pakai tangan"
"Iya, biar lebih mudah misahin tulang sama daging ikannya"
"Mas tau nggak kenapa aku lebih sering makan pakai sendok ketimbang pakai tangan?"
"Karena kamu kerja dan nggak mau tangan kamu bau sambal. Kamu kan sering ketemu narasumber, nanti pas salaman masa tangannya bau sambal"
"Bukan"
"Karena tangan kamu mudah panas? Kan kalau sambalnya pedes suka kepanasan tangannya"
"Bukan juga"
"Terus kenapa ibu Rindu?"
"Karena kalau makan pakai tangan jadi lebih enak, lebih cepet habis juga, terus aku mau tambah lagi. Kalau kebanyakan makan bisa gendut, emang mas mau aku gendut?"
"Pertanyaan berbahaya nih" Gavin menelan ludah dan melirik Rindu ragu. Kalau salah jawab, Rindu bisa pundung seminggu.
"Nggak apa-apa sayang, makan aja. Hari minggu nanti kita bisa joging bareng di pantai biar lemak nggak numpuk."
"Bisaan banget ngomongnya"
"Dimakan dulu nasinya, mau tambah nanti diambilin" percakapan itu diakhiri dengan menyondorkan segelas air minum pada Rindu.
Sambal ikan yang Gavin masak tidak pernah gagal dan selalu berhasil membuat Rindu minta tambah. Tentu saja dengan senang hati, Gavin kembali mengisi piring sang istri. Mulai sekarang jika Gavin memasak, dia akan melarang Rindu makan dengan sendok karena dia suka melihat Rindu makan dengan lahap.
"Terima kasih makanannya, rasanya enak" kta Rindu senang. Piringnya sudah kosong.
"Sama-sama sayang"
Tin Tin
"Siapa mas?"
"Kyaknya kiriman dari mama"
Meskipun bingung, Rindu tetap mengikuti Gavin untuk ke depan. Memang benar ada mobil Maxim berwarna kuning terparkir di depan pagar.
"Klepon dari mama, masih hangat juga"
"Mas kamu minta mama buat? Ya ampun mas jadi ngerepotin mama"
"Mama kebetulan telpon tadi, mama tanya kamu ada mau makan sesuatu apa engga? Karena mama juga mau masak, jadi aku titip klepon. Nggak ngerepotin kok" kata Gavin memasuki dapur. Laki-laki itu mengambil piring sebagai wadah makanan kiriman dari ibunya.
"Tetep aja. Mama kan hari ini harusnya libur dan istirahat mas"
"Iya lain kali mas akan tanya kamu dulu" membuang kantong kresek ke tempat sampah.
"Segitunya. Aku kan udah bilang bisa beli besok aja"
"Ngga apa-apa sayang"
"..."
"Maaf deh karena nggak bilang-bilang kamu dulu. Gimana dong? Kleponnya udah jadi, ngga mau dimakan dulu? Buatan mertua loh ini"
"Mau. Nanti telpon mama ya? Aku mau bilang terima kasih"
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta Tahta Kesayangan Suami
FanficKehidupan sehari-hari dalam Rumah Tangga Gavin Saktya Maheswara dengan Rindu Nadhifah Arwinata. Pasutri yang menikah karena bosan pacaran. #Dewasa