15 Juni 2019.
Seorang gadis tengah sibuk dengan penampilan barunya yang dulunya memakai rok berwarna biru saat sekolah– kini berubah warna manjadi abu-abu.
Namanya Keira Evangeline atau biasa di panggil dengan nama Keira. Gadis itu berhasil masuk ke sekolah favoritenya karena nilainya yang cukup memuaskan. Tadinya, Keira sempat overthinking karena saingan-saingan nya pasti bukan orang sembarangan.
Masalahnya, sekolah yang kini ia masuki adalah sekolah berkelas yang hanya menerima siswa-siswi cerdas dan juga beretika bagus.
Jika masalah kecerdasan, mungkin Keira akan masuk secara percuma-cuma karena gadis itu memiliki kapasitas otak yang cukup besar. Tapi jika masalah etika dan keanggunan nya sebagai wanita, ia sudah siap dengan senang hati jika harus di tendang dari sekolah itu.
Bukannya insecure, tapi Keira cukup tau diri, lah. Dia enggak ada anggun-anggun nya sama sekali. Kalau masalah etika, sih, Keira masih tau sopan santun. Tapi, jika harus bersikap anggun layaknya cewek mahal, sorry to say, Keira tidak akan bisa.
Oke, lupakan masalah Keira yang itu. Kembali lagi kepada sang empu yang kini sudah sampai didepan gerbang SMA Bratadikara yang ternyata sudah tertutup rapat.
Iya, tertutup rapat! Gila! Ini benar-benar gila! Keira hanya terlambat satu menit dan pintu gerbang sudah ditutup rapat? Siluman mana yang dengan begitu cepatnya bisa menutup gerbang sebelum satu menit berlalu tadi?
Sial! Ini awal dirinya masuk sekolah tapi sudah mendapat kesan buruk saja.
Mondar-mandir didepan gerbang ternyata tidak menghasilkan ide apa-apa. Satu-satunya cara adalah; membolos saja!
Keira menggelengkan kepalanya membantah bisikan setan yang datang entah darimana. Udah dateng telat, masa mau bolos juga?
Keira menghembuskan nafasnya lelah. Akhirnya memilih untuk memanggil siapapun yang ada didalam– atau yang dekat dengan pintu gerbang agar membukakan pintu itu dan masalah pun selesai.
Ah, Tuhan sedang berbaik hati dengannya, ya? Setelah tiga kali berteriak, pintu gerbang pun dibuka oleh sosok laki-laki yang memiliki tinggi badan jauh diatas Keira. Wajahnya ganteng, bisa dibilang ganteng banget. Cuma sayangnya, dia kurang senyum! Mukanya datar banget, kayak ubin lantai dirumah. Malah cakepan ubin lantai rumah Keira karena memiliki pola-pola yang indah.
Keira mendadak kikuk kala lelaki itu menatapnya begitu intens.
“Anu, makasih udah bukain pintu gerbang. Gue mau buru-buru masuk, bisa permisi?” ujar Keira, menatap balik lelaki asing yang ada dihadapannya ini.
Kening lelaki tersebut mengerut, menatap heran kearah Keira. “Emang siapa yang ngizinin lo buat masuk?”
Sialan! Jancuk! Bangsat! Rasanya Keira ingin meneriakkan ketiga kata itu dihadapan lelaki ini sekarang juga.
“Terus kenapa lo buka gerbangnya kalo gue nggak boleh masuk?” tanya Keira, masih dengan nada suara yang sama; halus, lembut, gemulai.
“Lo berisik.”
Sinting!
Keira tersenyum. “Kalau nggak mau gue berisik, bolehin gue masuk dong!”
Lelaki itu mengangguk, lalu menggeser tubuhnya sehingga menghasilkan celah untuk Keira masuk kedalam sekolah.
Keira semakin mengulas senyumannya.
“Terima kasih,” ucapnya. Keira berjalan santay melewati lelaki itu.
“Cari ruangan Osis, gue tunggu lo disana.”
Oh. Keira tarik ucapan terima kasihnya tadi dengan senang hati. Dasar cowok bangsat!
𓂃𑁍𓂃𑁍𓂃𑁍𓂃
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimps of Us
Teen FictionSeulas kenangan akan kita masih kerap kali datang di fikiranku. Tanpa pernah aku pinta, bahkan ingin pun tidak. Kita berpisah, lalu kamu pergi meninggalkan jejak kenangan yang sukar untuk dilupakan. Masih pantaskah jika aku berharap kamu datang untu...