02

0 1 0
                                    

Dengan langkah kesal, Keira berjalan menyurusi koridor sekolah yang tampak sepi guna mencari ruangan Osis. Otaknya bertanya-tanya siapakah lelaki tadi? Apa dia anggota Osis? Atau jangan-jangan, dia ketua Osis yang diberitahukan oleh Aluna– sahabatnya?

Aluna sempat bercerita jika SMA Bratadikara memiliki ketua Osis yang tampan namun juga garang. Wajahnya selalu memancarkan aura permusuhan juga tatapan nya yang selalu tajam saat memandang. Rahangnya tegas juga memiliki aura kepemimpinan yang sangat kuat.

Sampai-sampai memiliki penggemar yang sepenuhnya di isi oleh kaum hawa.

Ah, bodoamat! Mau dia ketua Osis, kek. Apa, kek. Tetep aja, dimata Keira dia adalah cowok songong yang minta di tonjok!

Setelah lima menit lebih mengitari koridor, akhirnya ia menemukan pintu ruangan yang bertuliskan ‘Ruangan OSIS’.

Menghela nafas, ia membuka pintu dengan perlahan. Pintu terbuka, menampilkan lelaki yang ia temui di gerbang tadi. Pandangan keduanya bertemu untuk beberapa saat, Keira memilih untuk mengakhiri sesi pandang memandang itu terlebih dahulu.

Keira bersedekap dada, menatap sekeliling.

“Mau ngapain nyuruh gue kesini? Ngasih hukuman? Kasih aja. Gue males, ya, berduaan disini apalagi sama lo!”

Lelaki itu menatap datar kearah Keira. “Siapa yang mau ngasih lo hukuman?” Ia terkekeh pelan seolah merendahkan fikiran Keira yang sudah terlalu negatif duluan. “Kepedean!”

“Lah?” Keira terbengong. “Gunanya lo nyuruh gue kesini apaan, anjir? Ngeliatin muka lo yang biasa aja itu? Seriously?

“Gue? Biasa aja?” Laki-laki itupun bangkit dari duduknya. Melangkah maju menghampiri Keira yang justru malah mundur– menghindari tatapan tajam lelaki itu.

Keira mati kutu saat ia sadar tubuhnya sudah menubruk pintu ruangan. Berkali-kali mengalihkan pandangan agar tidak bertubrukan dengan mata tajam milik lelaki di hadapannya ini.

Tapi, netra Keira justru teralih ketika ia melihat nametag milik lelaki itu.

‘Bentang S. Atmadja’

Keira terdiam. Memikirkan apakah itu nama dari cowok bangsat yang ada di hadapannya ini? Kalau iya dan kalau Keira boleh jujur, namanya bagus! BAGUS BANGET MALAHAN!!! Biasanya Keira nemu nama-nama kayak gini, tuh, di wattpad atau di dunia fantasi lain.

Lah, ini? Di depan matanya langsung!

Sibuk akan fikirannya sampai tidak menyadari bahwa lelaki yang sekarang ia ketahui memiliki nama panggilan Bentang– wajahnya sudah sangat dekat dengan wajah cantik Keira. Membuat Keira hampir terjungkal jika saja tidak ditahan oleh Bentang.

“Katanya muka gue biasa aja. Tapi, kenapa sampe lupa sama dunia nyata gitu?” Bentang menukikkan kedua alisnya, menatap bingung kearah Keira.

Keira gelagapan! Kenapa cowok didepannya ini hiperbola banget, sih? Iya, tau, kok, mukanya ganteng. Ganteng banget malah! Cuma, ya, enggak usah setiap menit dipake buat menyombongkan diri gitu, lho!

“Lo nggak bisa, ya? Semenit aja nggak nyombongin diri lo yang nggak seberapa ini? Demi apapun, gue dengernya muak!”

“Tinggal akuin kalau gue emang seganteng itu. Susah banget? Kalah sama gengsi?”

Bacot! Bangsat! Pengen banget rasanya Keira potong-potong tubuh Bentang menjadi beberapa bagian lalu dilemparkan ke tepian sungai. Beres!

“Iya, oke, fine. Bentang– oh, Kak Bentang...” ralat Keira kala Bentang kembali menampilkan tatapan tajamnya yang dapat membuat Keira kikuk. “Iya, lo ganteng banget, sumpah!” Selepas mengucapkan kalimat tersebut, Keira bergaya seolah-olah ia ingin memuntahkan sesuatu dari mulutnya.

Bentang kembali pada posisi awal– berdiri dengan tegap sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.

“Ke lapangan sekarang. Hormat didepan tiang bendera sampai jam istirahat selesai,” perintahnya.

Setan!

𓂃𑁍𓂃𑁍𓂃𑁍𓂃

Setelah beberapa jam berdiri dengan posisi hormat kepada bendera merah putih, Keira akhirnya bisa bernafas dengan lega ketika bel istirahat sudah berbunyi. Ia bergegas mengambil totebagnya lalu berjalan menuju kantin– menemui Aluna yang sudah menunggunya di sana.

Memasuki area kantin yang penuh oleh siswa dan siswi membuat Keira seketika ingin berbalik dan duduk dikelas barunya saja. Apalagi ketika manik matanya menangkap siluet lelaki yang sangat ia hindari– Bentang.

Dengan tekad penuh, ia pun berputar balik berniat untuk pergi ke kelasnya dan mengirimkan pesan kepada Aluna untuk menyusulnya sambil membawa beberapa makanan dan sebotol minuman.

Tapi, langkahnya terhenti tatkala suara menggelegar Bentang terdengar memanggil namanya.

Ya Tuhan...

Drama apalagi yang akan ada kali ini?

𓂃𑁍𓂃𑁍𓂃𑁍𓂃

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Glimps of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang