01 |• Tubuh Orang Asing •|

84 11 0
                                    

Jangan bawa serius, ini hasil halu doang! wkwkwkwk

•••

Semua tetap sama setelah sekian kali mengedipkan mata. Mau dilihat berkali-kali, tempat ini dapat dipastikan adalah sebuah ruang tidur.

Dan darimanapun dilihat. Ini pasti kamar rumah sakit.

Dengan perabotan tertentu yang terlihat sangat bersih higienis: ranjang, meja, sofa, televisi, AC, dan almari. Ditambah jendela lebar di samping kanan yang menunjukkan suasana ramai taman bunga; tempat para pasien dan penunggunya bersantai.

Jadi, dinilai berkali-kali ini adalah sebuah rumah sakit.

Sayangnya, sangat mustahil bagiku masuk rumah sakit.

Sejak lahir sampai sekarang, aku sama sekali belum pernah masuk ke rumah sakit. Apabila terluka atau sakit, biasanya ayah akan mengirimku ke dokter pedofil itu.

Bukan hanya ayah, semua orang yang ku kenal pasti akan mengirimku ke si dokter gila. Bukan membawaku ke rumah sakit seperti ini.

Aku saja tak yakin, rumah sakit dimanapun itu memiliki jejakku.

Jadi, bagaimana aku bisa berakhir disini?

Ingatan terakhirku adalah ledakan dan rasa sakit seolah kulitku terkelupas satu persatu. Aku juga ingat, 'orang itu' dengan mudah mengakui penghianatannya tanpa ku tanya alasan. Meskipun rasanya ada yang salah, aku tak ingin membahas 'orang itu' sekarang.

Hah... ini menyebalkan.

Apa yang terjadi padaku? Apa aku terluka di suatu tempat asing sampai-sampai seseorang menemukan dan membawaku ke rumah sakit?

Huft, ini akan merepotkan. Bagaimana kalau-

Ini... ini tanganku?

Bagaimana bisa tanganku sebersih ini?

Tidak, lebih penting lagi, apa ini tubuhku?

Sekitar bahu! Benar. Jika ini memang tubuhku, seharusnya ada banyak bekas luka. Terlebih lagi bagian terdekat alat vital. Banyak yang selalu menargetkan senjatanya pada alat vitalku.

Tetapi setelah membuka baju rumah sakit ini, aku harus menelan rasa kecewa.

Yang ku temukan memanglah bekas luka. Tapi berbeda dengan belas luka bertarung, bekas luka ini lebih mirip seperti bekas operasi. Terlebih lagi, ditempatnya ada di dada. Jahitan di tempat seperti itu seharusnya adalah bekas operasi jantung.

Dari luar terdengar suara langkah kaki, walaupun pelan aku bisa tahu. Mungkin karena kebiasaan yang ku miliki dulu.

Pintu terbuka menampilkan seorang wanita berpakaian hijau pucat. Dengan papan dada ditangan kanannya, ia mendongak dan terdiam sekilas. Kemudian berbalik tergesa-gesa sambil meneriakkan kata dokter.

Ah, lebih baik aku kembali berbaring.

Akan aneh bila orang sakit yang baru bangun langsung memposisikan dirinya duduk dibanding tiduran.

Beberapa saat kemudian muncul seorang pria berjas putih khas dokter dengan stetoskop sebagai pelengkap seragamnya.

Dokter itu tersenyum, sangat ramah.

Mulai Sekarang Panggil Aku LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang