Part 3: Teman Baru

21.3K 907 1
                                    

Rara menggosok-gosok tubuh anjingnya dengan sampo miliknya.  Ia mengambil ember penuh air bersih dan mengguyurkannya ke tubuh anjingnya.  Seketika Heli, nama anjing Rara, menggeliat liar kedinginan.

"Hei, tenang bud, aku mau kamu bersih." Tapi tampaknya Heli tetap kedinginan. Sekujur tubuhnya menggigil. Rara mengambil kain bekas pakaiannya yang sudah tak terpakai dan mengelap kering tubuh Heli, tapi hal itu tetap tidak berpengaruh pada anjing bewarna putih itu. Ia tetap menggigil seakan baru saja mandi di kubah es. Melihat hal itu, Rara tersenyum dan membalut tubuh Heli dengan kain kering dan memeluk erat anjing itu kedalam dekapannya. Perlahan tubuh anjing itu makin hangat dan tidak menggigil lagi hingga Heli jatuh tertidur di pundak Rara. Rara tersenyum melihat anjingnya yang manja itu. Dulu mamanya sering sekali memeluk Rara ketika ia mandi pagi hari untuk sekolah. Pelukan mamanya selalu membuatnya hangat. Sesibuk apapun mamanya, ia selalu menyempatkan diri memeluk Rara hingga tubuh Rara tidak menggigil kedinginan lagi. Kenangan itu membuat setitik air mata Rara jatuh. Ia kemudian dengan cepat menepisnya. Keadaan seperti itu hanya akan membuat Rara semakin lemah.

Rara melepaskan pelukannya dari Heli dan langsung bersiap pergi bekerja. Ia mendengar pintu kamarnya diketuk pelan. "Masuk,"serunya sambil menyisir rambutnya. Rendy memasuki kamarnya dan duduk di ranjang Rara. Ia memperhatikan kakak kesayangannya itu.

"Kak, aku gak suka kakak kerja keras seperti ini. Tiap hari kakak kerja keras dari siang hingga pagi buta. Belum lagi kakak harus mengurus segala keperluan rumah tangga yang lainnya. Makanya aku ingin membantu kakak. Aku mendengar dibutuhkan orang mengangkat barang di pasar. Menurut kakak gimana?"tanya Rendy.

Rara berhenti menyisir rambutnya dan menghampiri Rendy. Ia duduk disamping anak itu dan tersenyum. "Rendy, kamu tahu kan kalau aku sangat menyayangimu? Aku tidak mau kamu terbebani dan lelah. Dan sampai saat ini kebutuhan kita semua bisa terpenuhi. Yah, walau tidak setiap hal yang kita inginkan bisa kita beli, tapi setidaknya untuk makan, pakaian dan tempat tinggal bisa kita miliki. Sampai saat ini aku masih bisa menanganinya, jadi kamu tidak perlu melakukan hal itu,"jelas Rara sambil mengusap-usap rambut adik tertuanya itu.

Rendy hanya menatap Rara dan mengangguk. Setelah Rendy keluar dari kamarnya, Rara menghembuskan nafas panjang. Selama ini ia memang sudah bekerja keras sendirian. Ia tidak hanya dicaci oleh orang-orang karena pekerjaannya, ia juga sering dipukuli oleh om-om yang tidak terima karena ia tolak. Mungkin ia memang tidak sesuci dan sebaik gadis lainnya, tapi bukan berarti ia tidak memiliki harga diri. Sebenarnya ia tidak tahu apa tujuan hidupnya selama ini. Tidak gampang bertahan dari caci maki setiap hari, dipukul setiap hari, dan dipandang rendah oleh semua orang. Ia juga merasa lelah bertahan dari semua hal yang terasa menghimpitnya setiap hari. Hidupnya hanya berjalan seperti itu-itu saja. Sampai ketika ia bertemu dengan kelima anak yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu, ia juga memiliki anjing-anjingnya, saat itulah ia memiliki tujuan hidup. Setiap kali ia tak sanggup menghadapi perlakuan orang lain padanya, ia melihat adik-adiknya itu. Ia harus tetap bertahan demi mereka semua sampai mereka semua sudah bisa mandiri sendiri.

@@@@

Rara mengambil satu persatu gelas berisi vodka itu dan meletakkannya diatas nampan. Ia lalu membawanya menuju meja pelanggannya. Yang memesan vodka itu adalah sekelompok pria dengan dua diantara mereka bertampang sangar, yang sudah dapat diyakini sebagai bodyguardnya. Sedangkan kelima lelaki yang lain tampak duduk sambil diselingi oleh lima wanita berpakaian hampir tak berbusana disamping mereka. Rara meletakkan gelas vodka itu satu persatu diatas meja mereka. Ketika ia menunduk untuk meletakkan vodka itu di meja yang rendah itu, ia merasakan seseorang menariknya sehingga ia jatuh terduduk diatas sofa empuk itu. Ternyata salah satu dari lima lelaki itu menariknya dan mengendusnya seperti anjing mengendus daging segar. Rara merasa sangat jijik dengan sikap lelaki itu. Ia menyentakkan lengan laki-laki itu dari pinggangnya dan berusaha untuk berdiri.

"Hei, jangan jual mahal gitu dong. Katakan, berapa hargamu?"tanya laki-laki itu sambil menyeringai dengan menjijikkan.

"Maaf, saya disini hanya mengantar pesanan,"jawab Rara kemudian ia membalikkan tubuhnya hendak pergi meninggalkan kerumunan laki-laki hidung belang itu. Tapi bodyguard mereka menahan tangannya. Rara mencoba melepaskan cengkraman lelaki itu tapi ia hanya seorang wanita biasa. Bodyguard itu memaksanya duduk dengan paksa. Rara meronta-ronta kesakitan. Dan seketika semuanya berlangsung dengan cepat. Bodyguard yang tadi mencengkramnya terlempar tak tahu kemana, dan ia ditarik oleh seorang pria yang juga tak kalah asingnya dengan bodyguard tadi. Ia ditarik menuju bagian belakang café itu dan lelaki itu melepaskannya disana.

Rara menatap laki-laki yang tadi menyelamatkannya dari bodyguard itu. "Terimakasih anda menyelamatkan saya."

Lelaki itu tersenyum menampilkan lesung pipinya. "Tidak apa-apa kok. Saya tahu kamu kesulitan, jadi sudah wajar saya bantu."

Rara memperhatikan lelaki itu dengan seksama. Ia curiga lelaki itu sama mesumnya dengan lelaki yang didalam café tadi. Dan sepertinya lelaki itu memahami kecurigaan Rara, ia tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu jangan khawatir, aku nggak seperti mereka kok. Supaya lebih sopan, aku kenalin diriku aja ya. Namaku Lando, aku sering kemari bareng temanku yang lain. Dan aku hanya mau menyelamatkan kamu tanpa maksud apa-apa kok,"katanya sambil mengulurkan tangan kanannya.

Setelah mendengar penjelasan Lando, Rara akhirnya tersenyum percaya. Ia mengulurkan tangannya menyambut baik niat Lando. "Namaku Aldora, panggil aja Rara. Aku kerja disini sebagai pelayan, tapi aku bukan cewek yang bisa dibayar kayak mereka loh,"katanya menegaskan pada Lando.

Lando hanya tertawa mendengarnya dan mengangguk. "Iya, iya, aku tahu kok." Mereka berbincang cukup lama hingga Rara tahu bahwa Lando ternyata anak motor yang sering datang kemari dengan teman motornya yang lain. Lando juga orang yang sangat asyik diajak mengobrol. Ia orang yang cepat bergaul dengan orang lain. Buktinya saat ini, ia dan Lando sudah seperti teman lama yang berbicara tanpa kaku sama sekali. Rara juga memberitahu Lando bahwa ia tinggal sendiri di rumahnya. Tadi Lando sempat menanyakan berapa bersaudara dirinya dan Rara menjawab ia tak memiliki satupun. Ini sangat menyenangkan. Ia mendapat teman baru malam ini. Dan teman yang satu ini membuat Rara tertawa karena tingkah-tingkah konyolnya.

@@@@

Lando mengantarkan Rara sampai didepan pagarnya. Ketika mendengar Rara pulang, segerombolan anjing-anjingnya keluar menyalak kencang seolah menanyakan siapa orang asing yang berada bersama Rara. Rara tertawa dan mengelus kepala anjingnya satu persatu. Dan ternyata selain Lando orang yang ramah, ia juga sangat mencintai hewan. Buktinya belum ada lima menit anjingnya itu sudah seperti mendapatkan teman baru. Rara hanya tertawa saja melihat tingkah konyol Lando dan anjing-anjingnya. Ternyata menyenangkan juga memiliki teman seperti ini. Rara bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia tertawa bebas seperti ini. Setelah puas bermain dengan anjing-anjingnya, Lando pun berpamitan.

Rara masuk kedalam rumah sambil memijiti punggungnya. Hari ini terasa melelahkan namun sekaligus menyenangkan. Melelahkan karena jam kerjanya yang padat. Menyenangkan karena ia bertemu Lando, teman barunya. Rara merebahkan dirinya diatas sofa. Walaupun bukan sofa mahal, tapi sofa itu sudah menemaninya dalam kelelahan tiap harinya.

Beni, Rendy, Selly, Mira dan Meri keluar dari kamar mereka dan menghampirinya. Seperti biasa, Mira dan Meri duduk dipangkuannya.

"Kak, cowok tadi siapa sih?"tanya Rendy.

"Pacar baru kakak yah?"tambah Beni.

"Horeee, kak Rara punya pacar, berarti kita makan besar dong,"kata Selly sambil melonjak kegirangan.

"Hei, hei, dia itu hanya teman biasa. kenalan juga baru tadi,"bantah Rara.

"Yah, gak jadi makan besar nih,"sambung Selly ketika ia mendengar penjelasan Rara.

"Gak apa-apa Sel, ntar lagi juga jadi pacar ka Rara. Tinggal nunggu waktu doang kok,"kata Rendy sambil mengedipkan matanya kearah Rara.

Rara tertawa terbahak-bahak dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Hush, sudah ah. Kalian udah ngerjain tugas dari sekolah belom? Kalau sudah selesai, sana pergi tidur."

Rara tersenyum sambil memandangi wajah adik-adiknya yang polos itu.




Love between Angel and DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang