Part 1 : Bertahan Hidup

32.2K 1.1K 11
                                    

Cahaya lampu kerlap kerlip dari berbagai warna dan bentuk menari-nari diatas permukaan lantai. Suara musik bertempo cepat terdengar menusuk telinga siapapun yang mendengarnya. Ditengah-tengah ruangan, segerombolan orang baik pria maupun wanita menari-nari tak tentu arah sambil menggoyang-goyangkan kepala dan tubuh mereka. Di atas panggung itu, tampak seorang DJ dengan asyik meracik musik sambil sesekali menggoyang-goyangkan kepalanya. Pelayan-pelayan perempuan muda berlalu lalang dengan memakai pakaian ala kadarnya mengangkat nampan untuk menyajikan apa yang mereka sebut makanan. Salah seorang dari mereka berjalan melintasi beberapa penari dan meja-meja itu. Tapi ia tidak pernah benar-benar bisa menyajikan makanan yang ia bawa saat setiap ia tangan dari setiap meja yang ia lewati mencoba meraba tubuhnya. Dengan cepat gadis itu berjalan dan menyajikan makanan itu kepada pelanggannya yang tampaknya sudah menunggunya sedari tadi. Pelanggan itu seorang lelaki yang sudah berumur empat puluhan. Tampak jelas bahwa ia sudah berkeluarga. Berkeluarga dan mabuk. Lelaki itu menatap gadis itu dan mengedip-ngedipkan matanya dengan nakal. Bau alkohol tercium sangat menyengat dari bibirnya. "Siapa nama kamu?"tanyanya sambil memegang tangan gadis itu. Gadis itu sontak menarik tangannya. "Rara,"jawab gadis itu dengan singkat.

"Hah? Dora?"tanyanya seolah memastikan telinganya mendegar kata yang benar. Ia tertawa terbahak-bahak. "Anak saya juga namanya Dora. Saya menamainya seperti itu saat saya menonton film kartun,"katanya sambil tertawa terbahak-bahak. Gadis itu hanya meringis dan diam-diam meninggalkan lelaki hidung belang itu. Semakin lama ia disana, lelaki itu tidak akan melepaskannya.

@@@@

"Ra."

Rara menolehkan kepalanya. "Lo mau kemana sih? Buru-buru banget kelihatannya,"kata temannya dengan wajah ingin tahu.

Rara hanya tersenyum. "Lo kayak pertama kali ini aja lihat gue cepet pulang. Gue ada urusan,"kata Rara dengan senyum.

Temannya yang bernama Nycta itu menatapnya dengan mata curiga. "Masalahnya lo tiap hari selalu cepat pulang. Sebenarnya lo kemana sih?"tanyanya.

"Hmmm, ada deh. Mau tau aja lo,"kata Rara.

"Ehh, lo kalo ada invitation lain kasih tahu gue dong. Pelit banget."

"Iihh, lo pikir gue ini cewek invitation apa? Udah ah, gue duluan yah,"kata Rara sambil menarik bajunya dan bergegas keluar.

Sepanjang jalan Rara menghembuskan nafas panjang sambil melihat ke langit malam. Langit malam itu cerah, dihiasi ratusan bintang dan bulan. Tapi seolah hanya langit itu saja yang berbahagia, sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Entah kenapa ia harus hidup dalam kesendirian. Ia tak memiliki keluarga, dan dituntut harus hidup mandiri. Semua orang membenci dirinya karena pekerjaannya saat ini. Bagi kebanyakan orang, wanita seperti dirinya hanya wanita murahan yang bisa dibayar dengan uang.

Ya, ia memang bisa dibayar dengan uang. Karena hanya itu saja yang ia dapat lakukan untuk bertahan hidup. Ia tidak menyukai pekerjaannya. Ia tahu pekerjaannya ini dicemooh banyak orang, tapi hanya untuk memperpanjang nyawa, ia harus melakukannya suka atau tidak.

Rara sampai ditempat yang ia sebut rumah. Sederhana, hanya rumah kecil dengan halaman yang cukup luas tapi Rara merawat halaman itu dengan baik. Ia menanam pohon buah-buahan disana, memelihara dan merawat anjing-anjing jalanan yang ia temukan di gang-gang sempit. Ia hanya merasa anjing-anjing itu seperti dirinya. Sendirian dan harus bertahan hidup.

Rara membuka pintu pagar rumahnya yang sudah rewot dimakan waktu. Begitu ia masuk, segerombolan anjing-anjing kesayangannya menyambutnya. Rara mengelus anjingnya satu persatu. Rara mengeluarkan bungkusan besar dari tas nya dan membagi-baginya pada setiap anjingnya. Itu adalah sisa makanan dari café tempat dia bekerja. Setiap malam Rara membawa sisa-sisa makanan itu untuk anjingnya.

Love between Angel and DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang