Part 14 : He Gets Me

15K 760 4
                                    

Carel tersenyum memandangi pintu kamarnya yang tertutup. Menyenangkan rasanya mendapat bonus saat sakit. Sepertinya ia mulai menemukan sisi positif gadis itu tinggal dirumahnya. Carel memejamkan matanya mencoba untuk tidur, walaupun rasa bibir gadis itu menghantuinya hingga ke alam mimpi.

Kriingg. Bunyi teleponnya memecah suasana keheningan di kamar Carel tetapi ia masih tertidur.

KRIINGGG.

Hening.

KRRIIIIINNNNGGGG.

Masih hening.

KKKKRRRRIIIIIIIINNNNNNNNNNNGGGGGGGGGGGGGGGGGG.

"Argghhh, f*ck, f*ck,f*ck!!! Who dare to wake me up?"umpat Carel sambil menyambar telepon di buffet kamarnya.

"What?"bentak Carel.

"Rel, kok kasar banget sih. Ini aku,"kata suara manja diseberang.

"And who the fucking are you? How dare you wake me up!"

Suara diseberang sana cekikikan. "Kamu masih sama aja ya galaknya. Aku Cassey, remember me?"

Carel langsung terpaku. "Cassandra?"tanya nya memastikan.

"Yes, it's me, honey. I'm here and miss you badly. Aku mau ketemu."

"Lihat nanti aja. Gue ada urusan. Bye!"kata Carel langsung memutuskan sambungan telepon.

Cassandra, biasa dipanggil Cassey, dia adalah gadis yang pernah dikencani Carel. Kencan tanpa hati tentunya. Carel tak pernah merasakan emosi yang sering disebut orang cinta, ia berkencan hanya untuk memenuhi 'kebutuhan'nya, walaupun sebenarnya tanpa berkencan pun ia dapat dengan gampang memenuhi 'kebutuhan'nya itu karena semua gadis manapun bersedia datang padanya dengan sukarela. Tapi Cassey memang yang paling cocok dengannya diantara semua perempuan diluar sana. Bukan hanya cocok dibidang 'itu' saja, ia juga tipe orang yang realistis, sama seperti Carel. Cassey adalah putri dari atasan nya sebagai agen dulu. Dilihat dari penampilannya, Cassey pasti dinilai sebagai gadis kaya yang manja dan tak tahu apa-apa. Tapi sebenarnya gadis itu tipe orang yang keras, penuh logika, licik seperti Carel dan siapa sangka ia sudah sabuk hitam dalam karate.

Carel bangun dari tidurnya dan menuju ke bawah. Saat Ia menuruni tangga ia mencium aroma masakan yang sangat kuat. Aneh, tidak biasanya ia mencium aroma seperti ini di rumahnya. karena memang makanan yang disajikan dirumah ini hanya makanan cepat saji atau sejenis dessert dan appetizer. Ia tak mau buang-buang waktu makan dirumah.

Carel langsung ke dapur dan memperhatikan Rara sedang sibuk mengaduk adonan telur. Carel hanya memperhatikannya saja dari ambang pintu. Gadis itu berjalan kesana kemari, duduk, berdiri, sampai menjinjitkan kakiya untuk menggapai gelas yang ada di kitchen set diatas. Pemandangan tersebut tampak seperti tarian di mata Carel. Gadis itu menggosok pipinya dengan punggung tangannya hingga membuat pipinya tercoreng adonan. Tanpa Carel sadari ia tersenyum kecil melihatnya. Saat gadis itu membuka oven, wajahnya tersenyum cerah, matanya tampak berbinar, warna matanya memancarkan kesenangan, dan bibirnya tersenyum menampilkan lesung pipi yang membuatnya semakin sempurna. Ah ya, bibir itu, tampaknya jauh lebih menggoda daripada makanan yang ia buat.

"Aku berhasil membuatnya. Hahaha,"serunya kesenangan. Rara langsung mengambil kue pie apel yang baru ia selesaikan dengan bangga dan hendak keluar dari dapur ingin menunjukkan hasil karyanya pada Mrs. Nora, kepala koki dirumah ini (pemilik rumah ini sangat hebat hingga rumahnya saja ada kepala kokinya). Tapi ketika ia hendak keluar, tubuhnya menabrak dinding keras. Seingat Rara itu pintu keluar, kemudian ia mendongakkan kepalanya dan Carel langsung tersenyum sinis pada gadis itu.

"Kamu kenapa bangun?"tanya Rara dengan gugup. Carel menganggap itu pertanyaan yang paling aneh. Memangnya dia tidak boleh bangun? Apa gadis itu mengharapkan dia tidur selamanya?

"Siapa yang ngomong sama lo kalau lo dapat memasak sesuka hati lo disini, hah?"bentak Carel dengan suara baritonnya yang menggema diruangan membuat gadis itu terhentak kaget.

"Ma, maaf, tapi kan,"

"Gue gak peduli maaf lo! Kehadiran lo disini aja sudah bencana, siapa yang menyuruh lo bisa menggunakan dapur gue?"bentak Carel lagi.

Gadis itu hanya menatapnya dengan mata bulat besarnya yang membuat Carel semakin gemas. Tatapan polos yang membuat seluruh tubuhnya menegang.

"Maaf."

"Lo harus bayar kesalahan lo. Letakkan kue itu, sekarang!"perintah Carel.

Rara langsung meletakkan kuenya di atas meja terdekat, dan tak ada sampai sedetik, Carel langsung menarik Rara cepat dan melumat kembali bibir gadis itu. Rara tampak terkejut, dan berusaha menarik dirinya tapi Carel menahannya, malah mengencangkan pelukannya dan tetap merasakan manisnya bibir Rara.

Gadis itu tampak menyerah melakukan perlawanan. Hal itu disambut baik oleh Carel yang langsung mendorong tubuh Rara ke dinding dan menciumnya dengan membabi buta. Ia benar-benar kehilangan kendalinya saat ini. Carel menciumi leher Rara yang putih bersih, meninggalkan bercak-bercak merah di seluruh leher gadis itu. Mereka berdua benar-benar hanyut dalam buaian hasrat hingga melupakan semua aturan dan tata karma.

"Ben, dimana Carel?"sayup-sayup terdengar suara Max. Tampaknya mereka bertiga sudah datang menjenguk Carel yang sakit.

"Tuan Carel ada di dapur, tuan,"jawab Ben, kepala pelayan Carel itu.

"Ha? Dapur? Apa kau bercanda? Ada angin apa Carel mau ke dapur?"tanya Harry.

Rara tampaknya pihak yang sadar duluan tentang kondisi mereka berdua. Ia tak mau ketiga teman Carel mendapati mereka berdua sedang seperti ini.

"Carel, ugh, lepasin,"ujar Rara sambil berusaha melepaskan diri dari Carel. Carel tampak tak peduli. Ia terus saja menciumi Rara.

"Careell,"panggil Robin. Suaranya semakin jelas sekarang.

Carel melenguh, ia benar-benar tak peduli kalaupun temannya melihatnya sedang menciumi Rara seolah-olah besok mau kiamat. Ia hanya tak dapat menahan godaan murni dari surga yang ada didepannya ini.

"Carel, tolong lepasin, lepas,"paksa Rara menggunakan seluruh tenaga yang ia miliki.

"Carel, lo dimana sih?"ujar Robin semakin dekat.

Carel yang merasa terganggu menggeram layaknya singa buas yang diganggu acara makannya. Ia melepaskan Rara dari pelukannya dan pergi menghampiri teman-temannya.

"Apa sih?"bentak Carel kepada teman-temannya yang sedari tadi memanggilnya.

"Ih kenapa lo sewot gitu sih,"ujar Harry sewot.

Robin menatap Carel dengan seksama. Carel memang terkenal memiliki temperamen yang berubah-ubah, tapi tak biasanya Carel seberantakan ini penampilannya.

"Lo kenapa, Rel?"tanya Robin.

"Lo bertiga ganggu gue, tau ga! Kalo gak ada yang penting keluar aja deh, gue mau balik tidur,"jawab Carel sambil kembali ke kamarnya. Meninggalkan temannya saling tatap-tatapan kebingungan.

@@@@

"Rel, gimana? Apa lo udah berhasil mendapatkan rekaman CCTV dari gadis itu?"tanya Max.

"Belom."

"Tumben lo gerak lama, Rel, ngapain aja lo?"tanya Harry.

"Iya, gak biasanya. Kenapa?"tambah Robin.

Carel hanya mematung tak menjawab apapun. Ia kembali membayangkan apa yang baru saja ia lakukan dengan gadis itu.

"Gue tahu ini sedikit lebih lama karena memang dia belum mengingat apapun."

"Lo perlu mendekati dia, Rel, secara personal. Untuk kali ini lo gak boleh pake kekasaran lo itu,"nasihat Max.

Carel memikirkan kemungkinan itu. Mungkin benar juga kata Max, dia hanya perlu membujuk gadis itu untuk memberikan apa yang ia mau. Baikah, apa salahnya dicoba?

Love between Angel and DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang