Chapter 05

893 69 0
                                    

Sorry for typo(s)

"Ge, kayaknya ntar gue bakal lama, lo aman nih gue tinggal sendirian?" Mika memastikan jika Gemi tidak masalah saat dirinya pergi, ia khawatir meninggalkan Gemi sendirian di sini.

"Tenang aja, Bang. Aman." Gemi pikir, toh, nanti kekasihnya ke sini.

"Kalo gue lama lo tutup aja tokonya." Mika menyambar Sling bagnya, ia sempat melambaikan tangan sebelum mendorong pintu keluar.

Brak!

Seseorang menubruk tubuh Mika yang baru saja mendorong pintu. Terlihat sebuah ponsel yang berada digenggaman menjadi alasan utama atas insiden kecil ini.

"Sorry." Satu kata terucap setelah laki-laki itu mengantongi ponselnya.

Mika termangu saat mata mereka bertemu. Laki-laki itu ... terkesan cuek dengan sedikit guratan manis di wajahnya, gaya rambut buzz cut menambah ketampanan tersendiri.

Namun, itu hanyalah 'analisis' Mika pada pandangan pertama.

"Nggak, gue yang salah," ucap Mika menyalahkan diri sendiri. Entah mengapa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat laki-laki itu tersenyum tipis padanya.

Apakah sekarang ia memiliki riwayat penyakit jantung?

Tolong ingatkan Mika untuk segera pergi ke dokter!

"Gue juga salah, tadi meleng," ucap laki-laki itu.

Menurut 'analisis' Mika lagi, laki-laki di hadapannya ini sangat menggemaskan, meski hanya dengan menatap matanya. Sebetulnya jika di mata orang normal, laki-laki itu pasti akan dinilai sangar, tegas, dan galak(?)

Apakah Mika tidak normal?

Sial, agaknya Mika memang harus segera ke dokter. Sekarang bukan hanya jantungnya yang berdetak hebat, tetapi hatinya juga bergetar. Bagaimana ini, bagaimana jika tiba-tiba ia mempunyai penyakit komplikasi?

Ini tidak benar!

"Ah, iya nggak papa," ujar Mika. Ia menggaruk tengkuk yang sebenarnya tidak gatal.

Hm, haruskah ia salah tingkah?

Tck, tetapi seseorang tengah menunggunya.

"Sekali lagi, sorry." Laki-laki itu hendak masuk, tetapi sebuah tangan menahan pundaknya.

"Rambutnya bagus."

Laki-laki itu mengernyit.

"Potongannya bagus," ralat Mika dengan cepat.

"Oh, thank's. Rambut lo juga oke."

Pujian singkat itu benar-benar membuat pandangan Mika tidak beralih sedari laki-laki itu melangkah masuk ke dalam tokonya.

Ia bahkan lupa mengucapkan terima kasih atas pujian antar per-rambut-an itu.

Hingga Mika tersadar bahwa ia harus segera pergi dari sini, ia khawatir seseorang sudah lama menunggunya.

Gemi sejak tadi mengamati keributan kecil yang dibuat oleh bosnya, sepertinya ada sesuatu yang mencuriga(y)kan.

"Permisi."

Karena terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, Gemi sampai tidak sadar jika laki-laki itu sudah berada di hadapannya.

Spontan Gemi menegakkan diri. "Maaf, ada yang bisa dibantu?" tanya Gemi agak panik.

"Lagi cari bunga," ucap laki-laki itu sambil mengedarkan pandangannya mencari bunga yang ia butuhkan.

"Kalau boleh tau bunga jenis apa, Kak?" tanya Gemi dengan sopan.

Maga's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang