Chapter 08

681 61 5
                                    

Sorry for typo(s)

*Italic = flashback.

"Ga."

"Heum?"

"Mama lo aneh banget tadi."

"Aneh gimana?"

Setelah menghabiskan sarapannya, mereka langsung berpamitan dengan Orang tua Maga dan di sinilah mereka sekarang, duduk berdua di kursi depan kamar kos Gemi sambil mengikat tali sepatu bersama.

"Itu yang tadi-"

"Gemi nggak papa 'kan, sayang?"

"Kepalanya pusing nggak? Mual atau semacamnya?"

Kerutan di dahi Gemi semakin tercetak jelas saat Alena melontarkan beberapa pertanyaan di atas.

"Siapa, Ma? Gemi?"

"Iya, kamu. Apa mau ke dokter?"

Maga memasang wajah sedatar mungkin. Apakah mabuk membuat kekasihnya amnesia?

"Nggak inget semalem lo ngapain?"

"Emang gue ngapain?"

Lima detik mereka habiskan untuk saling menatap.

Gemi sedikit memiringkan kepala ke kanan, mencoba memahami raut wajah Maga sekarang. Ia bahkan mengabaikan salah satu tali sepatunya yang belum terikat.

Maga melonggarkan dasi yang serasa mencekik lehernya. "Gue sebenernya males bahas ini, tapi siapa om-om yang ngajak lo minum semalem?"

"Om-om? Siapa om-om?"

"...."

Sumpah mati seumur hidup Gemi tidak pernah melakukan hal yang Maga ucapkan bersama om-om.

Kalau mas-mas, iya, pernah, semalam(?)

"Bentar, maksud lo om-om itu mas-mas semalem?" Gemi menarik kedua pundak Maga agar menghadap ke arahnya.

Maga masih tetap bungkam.

Mas-mas?

"Bukannya gue udah minta maaf, ya, semalem?"

"Dan lo bilang dimaafin."

"Tapi lo nggak cerita kenapa lo bisa sama om-om itu, apalagi di toilet. Kalian ngapain?"

"Toilet? Seinget gue itu orang lagi galau, terus temennya minta buat nemenin minum. Iya tau gue salah, soalnya nggak nolak." Cengiran tipis mengakhiri klarifikasi Gemi.

Tanpa menanggapi penjelasan Gemi, Maga lebih dulu berjalan menuju gerbang.

"Daddy, jangan marah...."

Akan selalu ada drama di mana Gemi mengejar Maga dengan tali sepatu yang belum terikat sempurna.

"Sekali lo manggil Daddy, gue tinggal." Sebuah helm menubruk kuat dada Gemi.

Maga pelakunya.

"Perasaan orang kalo dipanggil pacarnya Daddy kegirangan deh, kok lo kesemutan?"

"Mending lo manggil gue Baginda Raja," jawab Maga asal.

"Boleh." Kini wajah menyebalkan Gemi terpampang jelas di depan mata Maga. Senyum lebar pun terpatri di bibirnya. "Jangan marah dong Baginda Raja...." Matanya kedap-kedip.

Maga meringis dalam hati, kedepannya ia akan lebih berhati-hati dalam membuka bibir.

💀

Maga semakin menarik gas motornya ketika di depan sana Satpam sudah akan menutup pintu gerbang. Namun, teriakan Gemi mampu menghentikan pergerakan Pak Satpam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maga's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang