Chapter 07

884 66 2
                                    

Sorry for typo(s)

Refleksi dua laki-laki dengan kondisi yang berbeda terlihat dari cermin toilet sebuah bar.

Ternyata Insting Sam sangat tepat karena sekarang Gemi kembali mengeluarkan seluruh isi perutnya di wastafel.

Tangan Sam setia melingkari pinggang Gemi agar tubuh remaja itu tidak tersungkur ke lantai. Ia menarik selembar tisu lalu dengan lembut menyapu pinggiran bibir Gemi.

Mata Sam masih belum berpaling dari pantulan kaca di hadapannya. Di mana kondisi Gemi yang kacau dengan paras yang menggemaskan mampu menciptakan lengkungan kharismatik pada garis bibirnya.

"Kamu banyak berubah, Kee."

Serangan tiba-tiba berupa pelukan kuat menerjang tubuh Sam.

"Baunya lembut, mirip...." Gemi melepaskan pelukannya tanpa melanjutkan perkataannya. Dengan langkah gontai, ia keluar dari toilet.

Sempat mematung sejenak, Sam tersadar saat mendengar suara benturan(?) keras dari luar.

Sebuah tempat sampah menggelinding di lantai dengan isi yang berserakan.

"Busuk!"

Sam segera menahan tubuh Gemi dari belakang saat remaja itu berniat menendang tempat sampah lainnya.

Gemi memberontak. "Siapa sih! Jangan peluk-peluk, bau lo busss-"

Ia mengendus.

"Hum, lembut."

Pelukan kedua pun terjadi secara tiba-tiba dan Sam membalasnya.

Mungkin sudah dua menit lamanya mereka berada dalam posisi berpelukan. Namun, takdir sepertinya tidak mengizinkan mereka untuk mendapatkan menit ketiga saat mata Sam menangkap bayangan hitam berjalan mendekati keduanya.

Sam merasakan tubuh Gemi ditarik paksa dari pelukannya dan di saat yang sama sebuah pukulan keras menghantam tulang pipinya.

Lorong ini lumayan gelap, hanya ada sinar merah dari beberapa lampu kecil yang menempel di atap-atap. Sam tidak sempat melihat siapa yang memukulnya dan siapa yang membawa Keenan-nya.

💀

Tubuh Gemi terdorong kuat hingga pinggulnya membentur sesuatu yang keras.

Suara pintu mobil yang ditutup dengan kasar membuat Gemi membuka matanya setengah sadar.

Alkohol benar-benar merusak kesadarannya.

"Lo semurahan itu?"

Maga, remaja itu mencengkram kuat lengan Gemi saat otaknya memutar ulang kejadian beberapa menit yang lalu. Kejadian di mana kekasihnya berpelukan erat bersama pria lain.

Sedikit penyesalan ketika mengingat hanya memberikan satu tinjuan.

"Lo ngelacur di sini?" Kini rahang Gemi yang menjadi sasarannya.

Perasaan Gemi campur aduk, pusing, mual, sakit sekaligus. Meski begitu, telinganya masih mampu mendengar saat Maga melontarkan kata-kata kasar padanya, saat Maga mengutuknya.

"Kurang cukup duit yang gue kasih?"

"Jawab, Gemi. Jawab!"

Gemi berusaha menahan tangan Maga yang semakin kuat mencengkram rahangnya.

"Ini sakit," rintihnya kembali menutup mata.

Seakan tersadar, Maga langsung menjauhkan tangannya ketika melihat pipi Gemi memerah.

... dan setir kemudilah yang menjadi pelampiasan Maga saat ini.

💀

Suara langkah kaki yang bergerombol memasuki indra pendengaran Sam. Sedari tadi pria itu masih berada di lorong toilet sebuah bar, duduk di lantai dan bersandar pada dinding.

Maga's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang