08

2.8K 290 15
                                    

Tok tok

"Segaf! buka pintunya! Mas mau bicara sama kamu, please don't be childish like this, Mas Bian doesn't like it." Katanya disela mengetuk pintu kamar Segaf.

Sedangkan di dalam kamar, Segaf menangis dengan posisi tengkurap, dan menyembunyikan wajahnya di atas bantal. Dirinya terisak keras. Kenyataan pahit, yang baru saja Daddy nya katakan sangat membuat hatinya sakit, berkali lipat. Segaf sangat takut, jika Asa diambil oleh sang semesta, Segaf belum siap jika sekarang ini. Dan sepertinya tidak akan pernah siap.

"Asa, Abang takut Asa pergi..." lirihnya.

Segaf berjalan menuju pintu, lalu ia buka pintu kamarnya. Membiarkan mas nya masuk ke dalam. Ia tidak boleh egois, karena saat ini, yang terluka bukan hanya dirinya. Melainkan semuanya yang ada di sini.

"Kamu gak papa?" tanya Bian khawatir.

Segaf menggelengkan kepalanya beberapa kali, "Nggak papa Mas."

Bian mengulas senyum tipis, perasaannya lega. Ia tuntun Segaf masuk ke kamar, lalu mendudukkan di tepi kasur. Dengan Bian berjongkok di hadapan Segaf. Ia raih kedua tangan adiknya, lalu ia genggam.

"Mas Bian aku takut hiks kenapa harus Asa Mas? kenapa?!" tak sengaja Segaf berteriak. Didalam dadanya, rasanya menyesakkan. Ada ketakutan besar memenuhinya.

Bian hanya diam, ia biarkan adiknya itu mengeluarkan segala macam unek-uneknya di dalam hati. Bian tahu, Segaf memang yang paling dekat dengan adik bungsunya. Jadi wajar saja jika Segaf disini yang paling terlihat sangat terpukul. Walau nyatanya, semuanya disini sama-sama sakit akan kenyataan.

Tadi saat Daddy mengumpulkan semua anak-anaknya di ruang keluarga, mereka sempat bertanya-tanya. Ada apa sebenarnya? kenapa sampai di kumpulkan semuanya di sini?

Dan saat Satya berbicara mengenai kebenaran dari Asa, saat itu juga Segaf langsung berlari ke kamar. Segaf tidak sanggup mendengar lebih banyak lagi penjelasan dari Satya. Cukup kata meningitis yang mampu memporak parikan hatinya seketika.

"Disini Mas gak akan kasih kamu kata-kata penyemangat. Karena Mas tahu, jika hati sudah gundah seperti ini, akan tuli dengan kata penyemangat. Jadi Mas harap, kamu harus kuat supaya bisa menguatkan Asa. Ya? buatlah Asa tenang dalam menghadapi ini karena punya Abang yang selalu menguatkan"

Segaf bergeming, hingga akhirnya mengangguk dengan antusias. Benar kata Mas nya.

"Anak pintar."

Anindita mengelus surai legam Asa yang sedang tertidur tampak pulas. Bibirnya mengulas senyum, memperhatikan wajah putranya yang begitu menggemaskan. Seperti mimpi ia dikaruniai anak yang mempunyai wajah imut seperti Asa ini.

"Asa harus sembuh ya nak," katanya berbicara sendiri. Bohong jika saat ini Anindita baik-baik saja, nyatanya didalam lubuk hatinya kini terasa hancur. Selama ini dirinya sudah berusaha untuk membesarkan anak-anaknya agar tumbuh dengan sehat. Tapi kenapa Asa bisa terkena penyakit ini. Apakah selama ini dirinya masih kurang dalam merawat anak-anaknya?

Tak lama kemudian, pintu terbuka. Lalu seorang gadis masuk dan langsung memeluk Anindita.

"Mbak Anin harus kuat ya, aku yakin Asa pasti sembuh."

"Rania," menatap sosok yang memeluknya.

Rania tersenyum sembari mengangguk. Rania adalah adik ipar Anindita. Adik bungsu kesayangan Satya. Rania begitu baik dan sayang terhadap Anin dan juga keponakannya. Jadi saat mendapat kabar jika salah satu keponakannya sakit, ia langsung pergi ke rumah sakit.

"Semua akan baik-baik aja mbak," ucapnya dengan menepuk-nepuk punggung Anindita, memberikan ketenangan.

°°LEWIS FAMILY°°

Setelah satu minggu di rumah sakit, kini Asa sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Dan melakukan pengobatan rawat jalan. Anak itu sudah sangat tidak betah berada di rumah sakit, terus saja merengek minta pulang ke rumah. Ingin bermain di kamarnya.

Satya membawa Asa menuju kamar anaknya sendiri. Dengan tangan satunya yang membawa mainan lego Asa yang baru ia dapat. Yang dibelikan oleh Segaf kemarin, dan belum di buka.

Satya mendudukkan Asa di kasurnya, lalu ia berjalan menuju almari dan mengambil salah satu piyama yang panjang . Lalu menggantikan pakaian yang dikenakan Asa dengan piyama tidur, agar anak itu nyaman ketika tidur. Satya mengambil mainan baru Asa untuk disimpan di almari kaca yang ada di kamar Asa.

"Asa ngantuk?" tanyanya dengan memperhatikan putranya yang sedari tadi menguap.

Asa mengangguk lemah. Jujur matanya sudah berat, ingin tidur.

"Yaudah yuk tidur Daddy kelonin Asa," katanya dengan membantu Asa berbaring, dan menyelimuti tubuh mungil itu sampai dada. Lalu, Satya tidur dengan posisi menyamping, menghadap sang putra dengan tangan yang mem puk-puk bokong Asa.

Sedangkan Asa, memposisikan dirinya nyaman, dengan mendusel-duselkan kepalanya ke dada bidang sang Daddy.

"Loh Mas kok kamu ada di sini? Asa tidur dimana?" tanya Anindita bingung saat melihat suaminya keluar dari kamar mereka sendiri.

Tadinya Anindita akan ganti baju dulu, sebelum menyusul putranya ke kamarnya. Namun keberadaan suaminya membuatnya bingung. Karena setahunya, tadi Satya membawa Asa ke kamar Asa sendiri.

"Tadi emang di kamar Asa, terus waktu udah tidur, aku pindahin deh ke sini biar kita yang jaga leluasa yang."

Anindita mengangguk, lalu berjalan masuk ke kamar. Anindita tersenyum melihat Asa, putra kecilnya tertidur pulas. Ia cepat-cepat mandi, karena sudah tidak tahan ingin menghujani Asa dengan ciuman sayangnya.

 Ia cepat-cepat mandi, karena sudah tidak tahan ingin menghujani Asa dengan ciuman sayangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

Hayuuu siapa disini yang kangen Asa???

Akhirnya Asa update juga untuk kalian. Jangan lupa vote dan komen ya, supaya selalu semangat Cici nya.

See you

Kudus, 5 Agustus 2022

Lewis Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang