10

2.3K 247 9
                                    

Sesampainya di rumah, Asa terserang demam tinggi dan juga sesak nafas. Anindita yang berada di rumah sendirian merasa kalut dan panik. Seharusnya tadi ia memberitahukan dulu kepada suaminya jika ia pulang karena Asa rewel. Namun tidak sempat karena Asa terus saja memberontak. Karena ingin pulang.

"Sakit Buna..." Asa terus saja bergumam sakit dalam keadaan tidur.

Anindita meninggalkan Asa sendiri di kamar, dan mencoba meminta bantuan kepada para pekerja di rumah orang tuanya ini.

"PAK MAMAN! PAK TOLONG PAK!"

Tak lama kemudian, pak Maman berlari datang ke sumber suara. Menemui anak majikannya.

"Ada apa neng geulis? kok udah pulang aja, padahal yang lain belum pada pulang neng?" tanya pak Maman.

"Ceritanya panjang pak. Pak tolong panggilkan dokter terdekat ya, anak saya demam tinggi sama sesak nafas pak, tolong cepat ya," Anindita berkata panjang lebar dengan jantung yang terus terpacu cepat.

Pak Maman lantas mengangguk, dan berlari keluar rumah. Dirinya juga tak kalah panik.

"Anda tenang saja, putra anda hanya kelelahan yang memicu asmanya kambuh. Untuk beberapa hari kedepannya harus di jaga kegiatannya agar tidak kelelahan sampai gini, karena kelelahan anak anda saat ini cukup berat."

"Saat ini putra anda saya infus untuk menurunkan demamnya, dan nassal canula untuk mengatasi sesak nafasnya. Dan ini resep obat yang harus di tebus" Lanjut sang dokter sembari menyerahkan kertas resep kepada Anindita.

Anindita menerimanya, "Terima kasih dok."

Sang dokter tersenyum sembari mengangguk, "Kalau begitu saya izin permisi ya."

"Bir saya antar ayo dok," kata Pak Maman. Namun sebelum pergi, Anindita menyuruhnya untuk menebus obat Asa.

Setelah kepergian kedua orang tadi, Anindita berjalan menuju ke ranjang. Anaknya tampak tenang terlelap.

"Maafin Buna sayang yang gak ngertiin kamu kalau Asa udah lelah ya, sakit badannya. Maafin Buna," Anindita terus saja menyalahkan dirinya. Merasa tidak pecus menjadi seorang ibu yang mengerti akan yang dirasa oleh anaknya.

| LEWIS FAMILY |

"Daddy tolong ambilkan mainan Asa yang mobil walna putih ya," pinta Asa menyuruh Daddy nya. Sedangkan Satya menurut saja dengan perintah bungsunya, asalkan anak itu tidak rewel.

Pagi ini istri beserta ibu mertuanya pergi ke pasar untuk berbelanja kebutuhan rumah. Dan Anindita menugaskan Satya untuk menjaga Asa yang masih sakit. Asa sudah mendingan, anak itu sudah bisa bercanda dan bermain, setelah kemarin membuat semua orang jantungan akibat keadaannya yang ngedrop.

"Daddy Daddy Asa mau nonton upin-ipin." Tanpa berbicara Satya menyalakan televisi, dan mengaplikasikannya ke channel kartun Upin dan Ipin. Sesuai keinginan anaknya.

"Daddy-Daddy," panggil Asa kesekian kalinya.

Satya menghela nafas panjang. Mengucapkan kata sabar di lubuk hatinya dalam menghadapi anaknya ini.

"Apa sayang?" balasnya berusaha halus.

"Kakak sama Abang kemana, Daddy? kok gak jengukin Asa sih. Meleka udah gak sayang sama Asa ya? kalna Asa seling sakit ya? nyusahin telus?" mata sipit itu terlihat sudah berkaca-kaca. Dengan bibir yang melengkung ke bawah.

Di saat sakit, pasti seseorang merasa sensitif. Dan bisa terjadi juga dengan Asa saat ini. Apalagi sedari pagi, Asa belum dijenguk oleh satupun kakaknya. Jadi Asa beranggapan yang tidak-tidak.

Lewis Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang