28 - Kembar

85 11 16
                                    

"Ruthy! Ruthy!"

Seorang wanita bergaun putih dengan hiasan ragam bunga pemilik nama Ruthy tersebut menoleh.

"Aryne! Kau datang!" Dengan raut semringah, Ruthy pun mengangkat gaunnya, berlari seolah tak mengenal apa itu sepatu hak dan menerjang masuk dalam pelukan sahabat lamanya.

Sang sahabat bernama Arynetta dengan panggilan Aryne tersenyum lebar. Menghapus jejak air mata haru di pelupuknya. "Tentu saja! Tidak mungkin aku melewatkan pernikahanmu! Apalagi akhirnya kau berhasil mendapatkan hati Vincent."

Mendengarnya, pipi Ruthy merona merah sempurna. Memang, seorang Vincent Calbertia adalah pujaan hatinya sejak lama.

Lelaki tampan bak Honesto Butler kerajaan yang bekerja di sebuah kedai makanan milik keluarga Calbertia. Siapa pun yang datang ke sana pasti akan selalu terpesona dengan visual dari anak sulung mereka. Tidak terkecuali Ruthy, seorang gadis biasa dari panti asuhan di desa itu.

Pertemuan pertamanya dengan Vincent diawali saat mereka tengah menyiapkan festival tahunan.

Alih-alih mendapat awal romantis, Ruthy yang saat itu sedang bersiap mendirikan kiosnya justru kesulitan mengangkat kayu dan berakhir kayu tersebut jatuh tepat mengenai Vincent di sebelahnya yang juga sedang mengurus hal serupa.

Masih terbayang jelas darah biru segar milik peri itu di ingatan Ruthy. Bahkan suara histerisnya begitu menyadari dia baru saja melukai sang pujaan hati juga terus berputar di kepalanya.

Miris, tapi karena pertemuan tidak biasa itulah anak lelaki dari Greis Calbertia—pemilik kedai Delish—tersebut dengan mantap mengajak Ruthy untuk menjadi pendamping hidupnya.

"Ruthy," panggil seseorang yang membuat empunya menoleh.

Dia tersenyum lebar, lantas memeluk lengan pasangannya. "Vincent, lihatlah siapa yang datang!" ujarnya dengan semangat menggebu.

Lelaki dengan stelan jas putih itu tersenyum, mengusap kepala Ruthy sebelum beralih menatap sepasang peri dan manusia di hadapannya.

"Aryne, Alliard, lama tidak berjumpa," sapa Vincent.

Aryne mengangkat kedua sudut bibirnya, menampilkan lesung yang begitu khas.

"Hai, Vincent! Akhirnya kau jatuh juga ke pelukan Ruthy! Aku tidak menyangka pernikahan kalian menjadi salah satu dari yang terlangka."

"Benar. Pantas saja tamu yang datang sangat banyak. Bagaimana rasanya setelah tadi resmi mendapat keajaiban sferla?" tanya Alliard, melipat kedua tangannya di depan dada seraya menampilkan senyum jahil.

"Ba-bagaimana apanya?" Vincent kemudian mengalihkan pandangan lalu menjawab, "tentu saja ... bahagia."

Mendengar apa yang baru dikatakan Vincent, Ruthy menunduk. Wajahnya semerah tomat dan dia tidak dapat menahan degup jantungnya.

"Kalian ini. Sudah resmi menikah, tapi masih bertingkah seperti saat jalan berdua pertama kali," sindir sang peri pemegang gelar Honesto Knight.

"Liard!" Aryne mengerutkan kening yang kemudian disambut dengan satu senggolan keras pada lengan lelaki itu.

Tak mengindahkan aduh-an miliknya, gadis tersebut kembali menatap pada Ruthy dan Vincent.

"Kami akan segera menyusul kalian, tenang saja! Tapi ...,"—Aryne menjeda kalimatnya, cukup lama hingga Alliard pun menyentuh bahunya lembut—"kita akan jarang bertemu setelahnya."

"Kenapa?"

Pertanyaan pertama yang dikeluarkan dari mulut Ruthy membuat Aryne tertunduk.

"Alliard akan bertukar tugas sementara dengan anggota kerajaan dari bangsaku, kan. Karena itu, kami akan pergi jauh," jelas Aryne. Wajahnya tidak bisa berbohong. Gadis itu merasa sangat berat meninggalkan sang sahabat. Apalagi desa yang sudah menemaninya selama beberapa tahun belakangan ini.

KLASIK: Sayatan MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang