2 - Sederhana

787 210 237
                                    

Anne menatap pintu toko berwarna biru kehijauan dengan papan sederhana bertuliskan 'Dragulja Sulam'. Dia menghela napas lega. Untunglah hari ini masih bisa pulang ke rumahnya yang nyaman. Gadis pemanah kelas kakap itu pun meraih gagang pintu toko sebelum mendorongnya secara perlahan.

Kosong. Tentu saja sesuai dengan harapannya. Anne begitu lelah hari ini dan tidak terlalu ingin berpapasan dengan para pemborong pakaian yang dibuat oleh keluarganya dari dragulja putih. Memang ada beberapa hewan yang memiliki dragulja putih sehingga kulit mereka dapat dijadikan pakaian. Hari ini pun, Anne bertugas mencari dragulja itu dengan bantuan Nelda. Dan dia berhasil memperoleh sekitar 4-6 dragulja putih.

Ada 3 jenis hewan yang dia buru untuk mendapat dragulja putih itu. Terdapat Dragulja Ovium (Domba Ovium), Dragulja Ibis (Burung Hantu Ibis), dan Dragulja Leovir (Singa Leovir).

Ketiga hewan yang diburu oleh Anne dan Nelda itu masih tergolong buruan kelas bawah karena mereka tidak memiliki kemampuan atau ciri khusus apa pun. Lain hal dengan Kelinci Diir tadi siang yang memiliki sayap di punggungnya.

Anne menutup pintu toko kembali. Ia lalu berjalan melewati berbagai gantungan gaun dan jas di langit-langit toko serta etalase kaca berisi pakaian warna-warni yang sudah berjajar rapi di dekat kasir.

Ibunya, Rachita, memang sangat mencintai dunia desain pakaian. Bahkan Rachita pernah menjadi dizena¹ di istana kerajaan sebelum mengundurkan diri dan menikah dengan sang ayah, Keivel. Namun, kecintaannya pada busana pun tidak berhenti sampai di situ saja. Keivel mendukung penuh hobi sang istri meskipun itu berarti dirinya harus selalu berburu dragulja putih.

Sebuah pintu dengan ukiran kuno terpampang jelas saat Anne menggeser papan kayu yang menghalanginya. Itulah pintu menuju ke dalam rumahnya. Pintu itu terletak tepat di belakang kasir.

"Ah, akhirnya Anneku pulang juga."

Suara lembut nan menenangkan milik Rachita langsung menyapa sanubari Anne begitu dirinya membuka pintu. Gadis itu tersenyum lalu mengeluarkan kantong kulit berisi dragulja putih.

"Aku hanya dapat menangkap beberapa. Sisanya kabur begitu melihat bahwa panahku hari ini lebih kuat dan cepat dari biasanya. Hehe," kekeh Anne sebelum meletakkan kantong itu di atas meja makan keluarga mereka. Digesernya kembali papan kayu lalu ia menutup pintu rumah.

Rachita tersenyum memaklumi sambil mengeluarkan isi kantong tersebut dan mengamati ukiran di belakang setiap dragulja putih hasil buruan sang putri.

"Ovium, Ibis, dan Leovir. Aku yakin sekali kau menghabiskan banyak waktu memburu mereka semua. Mengingat mereka akan lari sekencang mungkin demi menghindari anak panahmu," gurau Rachita.

"Ibu harus tahu, saat aku mengarahkan anak panahku pada Singa Leovir itu, dia langsung berlari ketakutan, lho. Bersembunyi di balik setiap pohon besar yang dia temui!" Anne tertawa bersama sang ibu hingga Keivel muncul dari dalam biliknya bersama Jazziel, adik laki-laki Anne.

"Akhirnya kau pulang juga." Jazziel berjalan ke arah meja makan tempat Anne berada.

"Halo, Jazz. Bagaimana hari ini di kelas bertarung??" tanya Anne sembil mengacak rambut adiknya itu.

Jazziel merengutkan wajahnya tak suka.

"Pertama, berhenti panggil aku Jazz!! Dan kedua, seperti biasa. Adu pedang melawan siapa pun, aku pasti menang!" seru Jazziel dengan bangga.

Anne mengangkat sebelah alis, beradu pandang dengan manik berwarna hijau tua di hadapannya. Jazziel yang menyadari akan hal itu lalu mengembuskan napas.

KLASIK: Sayatan MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang