16. Keluarga multi bahasa

1.3K 158 50
                                    

Sorry for the typos.
Hipi riding~

Jeno mengelus pucuk kepala Nana lalu turun ke dahi untuk mengecek suhu si manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jeno mengelus pucuk kepala Nana lalu turun ke dahi untuk mengecek suhu si manis. Ia pun berdiri merapikan peralatannya  serta membawa mangkuk bekas bubur ke dapur. Mumpung hari ini Jeno libur ia berniat untuk memasakkan Nana karena pria itu tengah sakit.

Jeno membuka kulkas, matanya membola ketika melihat isi kulkas Nana yang ternyata kosong. Hanya ada air mineral. Kemudian ia beralih ke lemari atas, hanya ada sekumpulan mie dan berbagai penyedap rasa di sana. Jika sudah begini mau tidak mau Jeno harus berbelanja. Sayup-sayup bunyi pintu terbuka di susul oleh suara yang sedikit bising dari arah ruang tamu.

Jeno mengernyit siapa yang membukakan pintu? Dengan cepat ia melangkah, takut jika itu maling karena satpam penjaga rumah ini kebetulan izin pulang lebih awal.

“Gara gara kamu nana jadi sakit”

“lho kamu yang mau honeymoon kok aku yang di salahin

Trus ini salah aku gitu?”

“Engga yang, salah aku kok”

Jeno melihat dari pintu dapur, ternyata orang tua Nana, mereka berdebat menggunakan dua bahasa yang berbeda.

Tidak heran jika keluarga ini sedikit yah... begitu, karena induknya saja mereka berdua. Jeno melangkah mendekat, menyapa dua orang tua nana.

“Selamat siang” mungkin karena faktor usia, Yuta dan Wiwin terkejut bukan main kala di sapa Jeno.

“ASU” kejut Wiwin. Jeno hanya tersenyum canggung. Mata Yuta menyipit

“Siapa lu?” tanyanya dengan bahasa sang kakek, jepang.

“Lu jangan begitu, mungkin itu calon mantu kita” kata Wiwin dengan bahasa sang ibu, china, seraya memukul bahu Yuta hingga berbunyi Plak. Kemudian Wiwin tersenyum manis, terlihat seperti momo yang beberapa tahun lalu viral.

“Kabogoh Nana? Kasep pisan euy”

“Aku sing percayo, nggantheng kaya ngene iki arep karo nana” 

“Kunaon eta? Teu percanten ka putra anjeun?”

“Mboh lah sekarepmu wae” Yuta mengalah ia takut tidak dapat jatah jika terus melawan Wiwin.

Jeno sedari tadi hanya plaga plogo, dia tidak mengerti dengan apa yang dua orang tua ini bicarakan. Tiba-tiba berbahasa jepang tiba tiba berbahasa jawa lalu tiba-tiba China, tiba-tiba sunda. Ingin sekali Jeno mengatakan jika dirinya seorang dokter, bukan google translate.

“Ganteng, saha ngaranna?” tanya Wiwin.

“Dia ora ngerti bahasamu win”

“Ohh iya hehe, siapa namamu ganteng?”

Single Mom | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang