04• tertolak sebelum berjuang

1 0 0
                                    

****

Gelap.

Semuanya terasa kosong dan tak berpenghuni ketika dia mencoba untuk membuka mata. Dia merasa Kegelapan bisa membunuhnya kapan saja. Air mukanya berubah panik seperti beberapa waktu lalu,saat dia juga terlempar ditempat ini. Walau tidak tahu dimana dia sekarang,- laki - laki dengan tubuh basah kuyup diterpa hujan itu terus berjalan,mencoba untuk merentangkan tangan berharap bisa menyentuh sesuatu. Namun, Nihil. Dia tidak bisa menemukan apapun. Kegelapan,rasa kosong dan dingin ini pelan pelan mulai melumpuhkan segalanya.

Sementara dia masih berjalan,Manahan semua rasa sakit untuk menuntun jalan,berharap sesuatu diujung sana bisa sedikit memberikan dia cahaya. Samar samar dia mendengar sesuatu.begitu minim, karena hujan seolah sengaja turun lebih deras agar dia kembali putus asa.

Dibandingkan kegelapan,Hujan ternyata lebih menyakitkan.

Sangat menyakitkan sampai dia harus terjatuh.

Dia berteriak.meminta tolong.

Kenapa Hujan turun!?

Kali ini,rasa takut,panik dan cemas mulai bercampur.

"Kenapa? Kenapa kamu tidak mati saja?"

Pikiran bodoh itu adalah salah satu cara agar dia bisa berhenti disini. Teriakan Histerisnya menggelegar ketika sebuah darah mulai melintas,mengenai tangan dan kakinya yang lumpuh tak berdaya.

Hujan.

Darah.

"Nak!"

"Narva?! Kenapa?"

Dengan Wajah pucat dan keringatan bercucuran itu Narva tiba tiba keluar,mengambil air minum. Tangannya masih gemetar,tak bisa menjawab pertanyaannya mama yang mulai ikut khawatir di meja makan.

"Narva? Ada apa? Mimpi buruk lagi?" Tanya Mama sambil mengusap wajah putranya yang sudah lebih membaik dari sebelumnya.

"Iya."

Mama diam. Tak berucap apapun karena dia sendiri juga tahu mengenai kondisi anaknya. Walau begitu,raut khawatir yang tulus tak pernah lepas dari wajah mama.

"Kek nya... Aku harus kesana lagi mah."

"Kamu engga papa?"

"....."

"Mimpi buruk aku engga datang ,saat terakhir kali aku kesana."

****

                         ****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya.bawel."

Pesan sederhana dengan kesan mengejek itu,lagi lagi membuat Adela tersenyum sesaat sebelum akhirnya dia memasang wajah datar ketika diujung koridor sana terlihat Raky yang mulai melangkah mendekat.

Warung Pak Cahyadi || NCT DREAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang