HIM pt2

333 51 4
                                    

Sosok Bible dimataku selalu menarik. Wajahnya, suaranya, caranya berbicara, caranya berjalan, bahkan diamnya pun tetap menarik dimataku. Entah sejak kapan aku merasa seperti itu pada sosoknya, aku tak tahu.

"Bai, menurutmu apakah normal jika seseorang jatuh cinta pada partner kerjanya?"
Saat ini aku sedang berada di kondominium Bible. Duduk di sofa kecil ruang depan sambil bermain game ponsel. Aku bertanya hanya karena penasaran, aku tak mengharapkan apa-apa dari jawabannya.
Bible yang juga sedang bermain game disampingku, menoleh dengan dahi berkerut menatapku.
"Tidak Profesional. Iya kan?" walau pun tak berharap jawaban positif, tapi nyatanya aku tetap takut mendengar respon negatifnya. Aku pun tersenyum seolah mengejek gagasan 'jatuh cinta pada partner kerja itu tidak profesional' sambil balas menatapnya.

"Apa yang salah dari itu?" Bible berkata setelah meletakkan ponselnya diatas meja, kemudian memposisikan duduknya jadi sepenuhnya menghadap padaku.
Mataku berkedip berkali-kali, agak terkejut mendengar respon Bible.

"Yah... Itu aneh kan? Kenapa seseorang bisa jatuh cinta pada partner kerjanya sendiri? Itu... Menurutku... Agak bodoh." Aku memang bodoh, harusnya aku tak jatuh cinta padamu.
Aku menjawab dengan suara kecil, dan kepala menunduk berpura-pura melanjutkan game di ponselku, tak berani menatap wajah Bible sama sekali. kata-kataku seolah mengejek diriku sendiri. Menyedihkan.

"It's not weird! Bukan hal yang bodoh juga."
Jawaban Bible lagi-lagi membuatku terkejut. Kepalaku akhirnya secara spontan menoleh padanya.

"Seseorang bahkan sangat mungkin jatuh cinta pada musuhnya. Jadi, apa yang aneh dari 'jatuh cinta pada partner kerja sendiri'? Kurasa itu hal yang sangat lumrah."
Jawaban Bible mau tak mau membuatku sedikit lega. Setidaknya, baginya itu bukan hal yang aneh.

"Jadi kenapa tiba-tiba bertanya begitu?"
Bible bertanya dengan senyum tipis yang selalu aku sukai.

"Ah, bukan apa-apa. Aku hanya tiba-tiba memikirkan hal itu." Kataku, setelah berpaling karena tak tahan lagi menatap wajahnya.

"Apa kau menyukai seseorang?" Bible bertanya antusias, kali ini dengan senyum yang lebih lebar.

"Tidak." kataku setelah menatapnya sekilas. Aku kembali pada handphoneku, seolah sibuk dengan game.

"Bohong! Kau hanya tak mau cerita padaku, right?" balasnya dengan wajah menuduh, seolah aku pembohong besar.
Aku terkekeh melihat ekspresinya, dia menggemaskan.

"Seandainya.. Seandainya aku memang menyukai seseorang... Bagaimana menurutmu Bai?" ucapku, sembari memperhatikan wajahnya.

"Apanya yang bagaimana?" Bible menjawab dengan mimik wajah geli, seolah pertanyaanku adalah hal lucu untuknya.
"Bagus untukmu, dan orang yang kau sukai." lanjutnya, kemudian menggusak kepalaku dengan lembut. Lagi-lagi bibirnya mengembang tersenyum.

Memang bagus jika saja orang yang kusukai juga merasakan hal yang sama denganku.

"Lalu Bai... Apakah kau mungkin... Mungkin akan jatuh cinta pada partnermu?"
Sekarang hatiku mulai tergerak, ingin tahu, setelah mendengar jawaban positif yang Bible berikan.
Aku bertanya pelan tanpa berani menatap wajahnya.

"Eummm... Tak tahu. Aku tak punya pengalaman seperti itu..

Suaranya lembut, kepalanya menengadah menatap langit-langit ruangan, seolah menerawang ingatan masa lalunya sendiri.

... Tapi itu bukan hal yang mustahil. Terlebih jika dia adalah pribadi yang membuatku nyaman. Maka itu akan jadi sangat mungkin."
Bible melanjutkan perkataannya hanya selang beberapa detik. Lalu kembali pada posisi semula, duduk menghadap padaku.

Aku diam mencerna semua kata-kata Bible, lalu menatapnya tepat di kedua bola matanya yang hitam.
"Lalu... Apa aku cukup nyaman untukmu?" Ucapku lirih, tetap menatap matanya yang indah.

BibleBuild STORY (KAPAL KARAM) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang