BAB IV

62 7 5
                                    

triiingggg~
Bunyi jam alarm disebuah kamar yang cukup luas, berwarnaka putih disetiap dindingnya. kamar itu tambak sedikit kosong seperti belum selesai di isi. Hanya ada sebuah tempat tidur dengan meja kecil disampingnya, sebuah lemari menempati ujung ruangan. Hanya itu.

Gadis berambut panjang sedang menutup matanya sembari meraba sebuah meja untuk mencari jamnya yang berbunyi tanda dia harus segera bangun. Dirasa dia menemukan jamnya dengan segera dia mematikan bunyinya agar tidak terus berisik. Masih dengan mata menutup dia posisikan dirinya duduk diatas kasur. Setalah dirasa cukup berdiam dirinya, dia membuka matanya dan pergi ke kamar mandi yang berada didalam kamarnya.

Hari ini kamar harus beres. belanja dulu terus beres beres.

Setelah selesai mandi dan berdandan selayaknya perempuan remaja dia berjalan keluar kamar. Berjalam kearah tangga untuk pergi kebawah.

"Paahhh jadi ga anterin chika??" tanya chika seraya menuruni tangga.

"Sebentar ka" suara ayah chika entah dari mana, wujudnya tidak kelihatan tetapi suaranya terdengar jelas.

"Kaka kesini sebentar"
"papah dimana?" chika belum berhasil menemukan ayahnya.

"sini sini depan TV" chika pun menghampiri sang ayang yang sedang duduk dikarpet-pantas chika tak melihatnya di atas sofa-depan TV dengan banyak kertas yang berantakan.

"Kenapa pah??"
"Hari ini sekalian kamu daftar sekolah ya. Karna disana kamu ga ngajuin perpindahan jadinya kamu ngulang dari awal ya, dari kelas 10, masuknya nanti taun ajaran baru"
"Yah pah kan chika harusnya mau naik kelas 11" Sekolah bukanlah sesuatu yang mudah. Walau chika termasuk anak yang pintar, mudah mengerti dan suka belajar, dia ogah mengulang 1 taun belajarnya.

"Iya tapi kan kemaren ga sempet ngurus perpindahannya. Lagian kalau kamu ngajuin perpindahan nanti ketauan dong kalau kita kesini"
"Huh ya udah deh pah" Kecewa memang, tetapi chika tidak bisa melakukan apa apa.

♪♪♪♪♪

"Kesekolah dulu ya baru belanja" ujar ayah chika yang sedang menyetir mobil pajero hitam miliknya.

"iya" jawab chika singkat karna dia sedang fokus kepada benda pipih yang berada ditangannya itu.

"Chatan sama siapa si ka, senyum senyum gitu, sama fajri ya?"
"Ih apa si pah aku udah ga sama fajri dari lama" Fajri merupakan mantan chika. Emm mungkin tidak bisa dikatakan mantan karna tidak ada kata pacaran dalam hubungan mereka. Mereka menyudahi kedekatannya karna fajri tak kunjung mengatakan suka pada chika, menurut chika fajri terlalu gengsi, meski begitu fajri adalah orang baling baik yang pernah dekat dengan chika.

"Ahaha siapa dong itu? pacar baru? sini kenalin sama papah"
"Bukan pacar pah" Bukan pacar, karna yang sedang chika balas chatnya adalah vivi. Bukan pacar, mungkin belum.

15 menit mereka menyuri jalan, akhirnya sampai juga di SMA Alexandria. Setelah memarkirkan mobilnya, mereka berjalan kedalam gedung tempat mencari ilmu itu mencari ruang guru.

"Pah, papah keruang guru duluan ya, chika mau ketoilet" ujar chika yang sedang menahan untuk buang air kecil.

"Tau dimana toiletnya?"
"Itu ada tandanna" Ia menunjuk papan penunjuk arah bertuliskan 'TOILET' di ujung lorong.

"Ya udah sana, hati hati"
"Iya pah" chika berlari kearah papan itu berada untuk mencari toiletnya karna ia sudah tak tahan. Saat dia sedang melewati salah satu pintu ruang kelas, keluar seorang wanita berambut pendek sebahu dengan air minum ditangannya.

BRAAAKK
"Aduh maaf ka maaf"Belum resmj menjadi siswa disini tetapi dia sudah membuat masalah.

"Eh gapap-" Belum orang itu menyelesaikan kalimat yang akan iya lontarkan, chika sudah lari lagi mencari toilet.

All About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang