Bab 15 kebenaran yang terungkap

798 44 3
                                    

Bismillah


Bibir Arumi sinis sambil menahan tangis rasa sakit dalam hatinya. Dari belakang Haira berdiri mendengar percakapan mereka matanya menatap kedua orang yang sedang berbicara di depannya.

“ mas Gafi! “ lirih Haira.

Mendengar suara Haira Gafi terkejut dan membalikkan badannya menghadap Haira. “ Sayang “ gumam Gafi dengan lembut.

Tidak nyaman dengan perkataan mereka membuat Haira merasa bersalah dan sedih matanya menahan air mata bibirnya bergetar. Haira merasa bersalah karena dia perjodohan mereka di batalkan Haira menyalahkan diri sendiri. Dia telah melukai sesama wanita membuat Haira bersalah dia merasa menjadi orang ketiga yang dia benci.

Semua yang Haira rasakan membuat perut dia kesakitan dan meremas perutnya. “ Aaaww...” lirih Haira kesakitan.

Melihat Haira meremas perutnya Gafi langsung sigap mendekatinya “ kenapa perutnya sakit hm ? “ Tanya Gafi dengan wajah panik.

“ mas... sakit “ lirih Haira setelah itu Haira pingsan di pangkuan Gafi.

Gafi begitu panik membangunkan Haira dia memopong Haira pergi rumah sakit. Arumi berlari menyusul Gafi di rumah sakit langkahnya berhenti melihat Gafi yang sedang berdiri depan pintu IGD. Arumi mendekati Gafi dan memegang tangannya namun Gafi menghempaskan tangan Arumi.

“ mau apa lagi Arumi! Kamu sudah membuat Haira jatuh pingsan ingat kalau terjadi apa-apa sama Haira dan calon anakku kamu yang bersalah “ ujar Gafi emosi.

Arumi menatap Gafi sampai tidak menyadari air matanya menetes di pipinya. “Apa salahku Gafi ? “ lirih Arumi.

Gafi terdiam dia menatap Arumi “ tanpa sadar kamu menyalahkan Haira atas batalnya perjodohan itu dan menganggap dia sebagai orang ketiga namun semua itu salah, tidak ada kaitannya sama Haira masalah itu “ Gumam Gafi memberi pengertian pada Arumi.

“ kamu harus terima takdir ini tidak semua akan menjadi takdir meski kita dulu selalu bersama dalam pertemanan masa kecil “ Gafi duduk sambil mengusap wajahnya.

Arumi terdiam dia merasa hancur sesakit apa pun hatinya dia harus menerima kebenaran. Dia bersandar di tembok menangis tidak peduli lagi di lingkungan sekitar. Dokter Mira keluar dari ruangan menghampiri Gafi, dokter Mira memberitahu keadaan Haira.

“ Bagaimana keadaan istri saya dan kandungannya dok “ Tanya Gafi khawatir.

“ ibu Haira dan kandungannya baik-baik saja tapi “ dokter Mira berhenti berbicara.

Wajah Gafi khawatir memastikan pada dokter Mira baik-baik saja “ tapi apa dok” Tanya Gafi sedikit emosi.

“ Setelah kejadian ini kandungan Haira lemah karena memikirkan yang berat dan jangan sampai dia merasa bersedih ataupun berlarut dalam pikiran yang membuat dia stress “ ujar dokter Mira menjelaskan pada Gafi.

“ baik dok terima kasih “ gumam Gafi.

Arumi mendengar percakapan mereka “ternyata kamu begitu cinta pada Haira dan kini kamu akan mempunyai anak lantas bagaimana denganku apakah Aku harus ikhlas melepasmu atau Aku akan menggenggammu meski kamu milik orang lain “ gumam batin Arumi.

Arumi tidak bisa menahan luka dia berlari di lorong rumah sakit sambil menahan tangis di matanya. Begitu cepat berlari tanpa melihat jalan Arumi tanpa sengaja menabrak seseorang.

Brukk...

Arumi terjatuh lalu seorang pria berbaju putih khas dokter mengulurkan tangannya pada Arumi.

“ Maaf mbak saya tidak sengaja menabrak” lirih Pria itu.

Arumi berposisi duduk mengambil tas dia mendongak ke atas menatap pria itu. Pria itu tersenyum “ apa kamu baik-baik saja ?“ Tanya pria itu. Arumi bergegas berdiri dan mereka berkenalan satu sama lain.

Ketika Cinta Memanggil (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang