Hari demi hari Aku lewati banyak canda tawa bahkan kesedihan menyapa kedua mataku dan hidup bahagia bersamamu dan anak-anak adalah sebuah anugerah yang Allah kasih. Tiga tahun sudah Aku, kamu menjadi kita yang saling menyayangi dan mengerti di saat kita terpisahkan oleh tugas negaramu mungkin jarak dan waktu menjadi tembok hubungan kita tetapi langit menyatukan kita dari kejauhan.
Diary Haira.
Hembusan angin begitu kencang menggugurkan daun-daun hingga berterbangan tepat pukul 07:00 Haira selesai menyiapkan sarapan dan Syahdan, Sabhira juga Gafi menikmati hidangan sarapan pagi mereka. Setelah selesai makan Sabhira mengeluarkan sebuah lukisan gambar dari tasnya.
“ Bunda Sabira kemarin menggambar bunda, lukisan ini buat bunda “ Sabira memberikan lukisan itu pada Haira
“ MasyaAllah sangat bagus sangat pinter ya anak-anak bunda “ Gumam Haira.
Mereka berdiri memakai seragam paud dan menggendong tas menunggu Ayah Gafi begitu ceria mereka pergi ke sekolah, dan Gafi sibuk berbicara di telepon. “ Ayah ayok kita pergi “ ucap Syahdan.
Gafi menoleh pada Syahdan. “ iya abang sebentar Ayah menelepon dulu “ ujar Gafi.
Haira sedang menyiapkan sepatu Gafi setelah selesai menelpon Gafi mengambil sepatu yang telah di siapkan Haira. Di depan sekolah paud Haira mengantarkan kedua anaknya Syahdan dan Sabhira melambaikan tangan mereka pada Haira dan Gafi lalu mereka pun masuk kelas.
“ Mas Aku mau ke pesantren umi sekalian Aku mau ketemu Alika “ ujar Haira.
Gafi mengangguk. “ iya boleh sayang hati-hati ya “ gumam Gafi lalu Haira menyalami tangan Gafi dan Gafi mengelus kepala Haira. “ mas pergi ke batalyon ya “ ujar Gafi.
“ terima kasih mas, selamat bertugas sayang “ ucap Haira tersenyum.
Dalam pesantren Aliza menghampiri Haira lalu memeluknya. “ kak Haira apa kabar, loh di mana keponakanku “ ujar Aliza mencari keberadaan keponakannya.
“ Syahdan dan Sabhira lagi sekolah nanti kita jemput “ Haira memberitahu.
Mereka berjalan menuju dalem pesantren dan Haira menemui umi Raisa telah lama mereka tidak bertemu dan mereka saling merangkul. “ Assalamualakum umi “ ucap Haira lalu Dia menyalami tangan umi Raisa setelah itu mereka mengobrol bareng.
Seorang lelaki bertubuh kekar dan tinggi memakai masker tengah berdiri di depan gerbang sekolah Dia mengintai anak-anak yang sedang bernyanyi tidak lama Dia menelpon seseorang.
“ Siap bos, saya sudah menemukan anak itu dan saya akan membawanya ke sana “ ujarnya kepada seseorang di telepon.
Saat hendak pulang Syahdan dan Sabhira Melihat Haira dan Aliza yang sedang menunggu di depan, Aliza melambaikan tangannya pada mereka. “ Hai keponakan gemes aunty “ gumam Aliza dan mereka langsung memeluk Haira dan Aliza.
Setelah itu mereka pergi ke taman berjalan menelusuri jalan saat di perjalanan Haira menoleh ke belakang Dia merasa ada seseorang yang mengikutinya.
“ kenapa kak, “ tanya Aliza.
“ tidak apa-apa, kakak beli minuman dulu tunggu di sini jaga mereka “ ujar Haira lalu Dia pergi membeli minuman.
Dari balik pohon lelaki bermasker itu terus mengikuti mereka dan mengintainya saat Sabhira berlari mengambil bola dan melihat Aliza fokus pada Syahdan lelaki itu dengan cepat membawa Sabhira. Tangis Sabhira membuat Aliza kaget lalu Dia mengejar Sabhira dan berusaha mengambilnya dalam pangkuan lelaki itu.
“ jangan bawa Sabhira ! Kembalikan ! Sabhira ! “ teriak Aliza dari sebrang sana Haira pun mendengar teriakan itu Dia menjatuhkan minuman yang baru Dia beli dan langsung berlari menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Memanggil (SUDAH TERBIT)
EspiritualPart masih lengkap, silahkan baca sebelum saya hapus sebagian bab📌 ⚠️Awas jangan baper cerita ini fiksi yang bisa bikin pembaca emosi⚠️ Kisah cinta tentara dengan perawat/dokter sudah tidak aneh lagi tapi ini kisah cinta tentara dengan seorang gadi...