Lo kan Istri gua!

86 16 0
                                    

Hari ini tepat pada tanggal 25 Juni aku, Aisyah Shafa Putri Ayunda, telah resmi menjadi seorang istri dari seorang lelaki bernama Satria Gevano Pramuja.

Kami menikah sebab perjodohan, aku ingin sekali menolaknya namun aku tak sanggup sebab ini perintah dari kedua orang tua ku.

Ceklek.

Pintu kamar pengantin terbuka, menampakan lelaki yang bergelar suami masuk dengan wajah datarnya.

Aku hanya bisa menunduk gugup.

Kak Satria melewati ku begitu saja, ia sepertinya berjalan ke arah kamar mandi.

Aku bernapas dengan lega, "Kenapa aku jadi gugup kaya gini yah," gunggam Shafa.

Beberapa menit berlalu pintu kamar mandi terbuka, namun Satria tidak keluar dari kamar mandi tersebut.

"Woy? Ambilin gua handuk!" ujar Satria di pintu kamar mandi yang terbuka sedikit.

Shafa tersentak, namun dia tetep menunduk.

"K-kaka panggil Shafa?" ujar Shafa gugup.

"Ck, emang di kamar ini ada orang lain selain lo? Udah cepat, udah dingin nih. Mau bikin gua mati kedinginan?" sentak Satria.

Dengan gerakan cepat, Shafa mengambil handuk yang ada di dalam lemari milk Satria dan memberikan nya dengan wajah menunduk.

"I--ini kak," ucap Shafa.

"Kalau ngomong itu tatap wajahnya! Jangan nunduk, Lo pikir wajah gua di lantai?" ujar Satria sambil mengambil handuk di tangan Shafa dan menutup pintu dengan keras.

Shafa yang terkejut hanya bisa beristighfar dalam hati, belum selesai keterkejutan nya, Satria sudah membuka pintu dengan handuk yang melilit di pinggang nya.

"Astaghfirullah!" pekik Shafa lalu berbalik memunggungi Satria.

"Kenapa Lo istighfar? Lo pikir gua setan?" ujar Satria dingin.

"Kaka yang ngagetin, dan kenapa juga gak pakai baju kan bisa ganti di kamar mandi," ucap Shafa.

"Suka-suka gua lah, ini kan kamar gua! Ambilin baju gua cepat!" titah Satria santai sambil melewati Shafa.

Shafa mematung saja, saat tubuh Satria lewat di sampingnya. Bau khas sabun dan shampo yang di gunakan oleh Satria sangat menenangkan hati Shafa, membuatnya ingin berdekatan dengan Satria.

"Woy? Lo tuli? Cepat ambilin gua baju! Malah ngalamun aja, kalau  terpana tuh bilang jangan diem aja!" sindir Satria dengan senyum idiotnya.

Shafa langsung tersadar dan berjalan dengan tergesa-gesa menuju lemari milik Satria. Wajahnya bersemu merah karna malu ketauan memperhatikan tubuh atletis Satria.

"I-ini, kak bajunya!" ujar Shafa sambil menyodorkan baju tidur untuk Satria dan sebisa mungkin ia menatap wajah Satria kalau tidak mungkin Satria sudah memarahinya lagi.

"Daleman nya mana? Masa gua gak pake Daleman?"

Deg.

Shafa langsung salting, semu di pipinya semakin merah pertanda ia sedang sangat malu sekarang.

"Em, ka-kakak kan bisa ambil sendiri." ujar Shafa terbata karena gugup.

"Ck, kok Lo jadi nyuruh gua sih? Kan Lo istri gua sudah kewajiban dong layani suami mu dengan baik, meskipun kita nikah hanya sebatas perjodohan tapi itu kan sama saja kewajiban," ucap Satria panjang lebar.

"Iya, kak. Shafa aja yang ambilin," ujar Shafa pasrah.

Dengan tangan gemetar sebab gugup, Shafa menyerahkan celana kecil milik Satria.

Satria hanya memandangi tangan Shafa yang memegang daleman miliknya.

Bukanya di terima, Satria malah memandangi wajah tertunduk milk Shafa yang terlihat memerah. Dalam hati, Satria tertawa geli karna bisa mengerjai istirahat itu.

"I-ini kak, kenapa gak diambil?" ujar Shafa.

"Lo kenapa nunduk terus sih? Apa tengkuk Lo gak sakit? Ouh apa Lo gak sud* liat wajah suami Lo ini, iya?" tanya Satria sedikit emosi.

"Bu-buka itu kak, Shafa hanya malu dan gugup karena belum pernah sekamar dengan laki-laki," ujar Shafa jujur.

Satria langsung tersadar, dan tanpa sepatah kata apapun, Satria mengambil benda keramatnya di tangan Shafa lalu pergi ke kamar mandi.

Shafa memilih untuk keluar kamar untuk membuatkan makan malam.

Sampai di dapur, sudah ada dua maid yang tengah sibuk memasak.

"Bi? Biar Shafa aja bantu." ujar Shafa mengambil alih pisau untuk memotong bawang.

"Jangan, Non. Biar bibi aja, Non Shafa duduk aja di kursi nanti mas Satria marah," ujarnya.

"Enggak bakal, Bi. Udah biar Shafa bantuin," ucapnya.

Bibi itu hanya pasrah, namun beberapa menit kemudian, suara bariton mengagetkan Shafa dan juga kedua maid tersebut.

"Siapa yang nyuruh Lo masak?" ujar Satria.

"Kak? Gak ada, tapi aku pengin bantuin, Kaka tunggu aja di meja makan! Sebentar lagi selesai." ujar Shafa tanpa menoleh.

Tangan Satria terkepal erat, dengan langkah lebar ia merebut pisa* yang ada di tangan Shafa dan melemparnya hingga terjatuh di lantai.

"Kakak?!" pekik Shafa.

"Gua gak nyuruh Lo masak, dan Lo gak dengerin gua? Lo mau bikin gua marah dan bertindak kasar sama Lo, hah?" ujar Satria menatap Shafa nyalang.

Kedua maid itu hanya diam sambil menunduk, kalau sudah begini mereka tidak bisa melerai.

"Maaf, kak. Tapi aku kan cuma pengin bantuin biar cepat selesai," ujar Shafa lembut.

"Kaka mau apa, Hem? Jangan marah-marah kak! Gak baik, kalau kakak gak bolehin aku masak ya udah, ayo kita pergi dari dapur aja, biar Aku nemenin Kaka aja," ujar Shafa sambil menarik pelan tangan Satria dan membawanya pergi dari dapur.

Tak ada raut marah di wajah Shafa, melainkan kelembutan yang ia tunjukkan untuk Satria, membuat Satria seakan terhipnotis oleh suara lembut milik Shafa.

Satria tidak bisa membantah saat Shafa membawanya pergi ke sofa yang ada dir ruang keluarga, "Kakak mau minum teh? Biar Shafa buatin. Kaka tunggu di sini sebenar," ujar Shafa dengan senyum lembutnya.

Satria diam saja, seakan ada sesuatu yang menghangat menjalar di dadanya, dan tanpa sadar sudut matanya mengeluarkan air mata.

Saat ini dirinya sangat rindu dengan sosok ibunya yang lemah lembut dan tidak pernah marah-marah. Ketika dirinya kesal dan membantak ibunya yang seperti tadi saat ia lakukan kepada Shafa, Ibunya hanya menanggapi nya dengan  tersenyum.

Namun setelah kepergian nya, membuat dirinya sangat kesepian dan tidak ada lagi sosok yang selalu menasehatinya, memeluknya ketika ia bersedih, dan mengusap kepalanya ketika ia tertidur.

Tapi kini tuhan mengirimkan sosok Shafa yang membuatnya seperti hidup lagi dalam kedamaian, suara lembut nan indah itu yang membuat dirinya tenang.

Bersambung...

Jangan lupa vote, follow dan juga comen. Lalu tambahkan juga cerita ini ke perpustakaan pribadi kalian.

Makasih...

Gadis_Berhijab_Milik_Ketua_Geng Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang