Kehidupan Jimin cukup sempurna asalkan selalu ada Taehyung disampingnya, tidak ada yang lebih berharga dari itu.
Adik kecilnya, tidak kini adiknya beranjak remaja tapi masih sama menggemaskannya. Masih tetap menjadi adik kecil seorang Jimin.
Dia akan tetap menunggu kepulangan nya, memberi semangat disetiap hari-harinya yang melelahkan, menghilangkan segala kesusahan hati dan pikirannya. Sepenting itu Taehyung bagi Jimin.
Hari ini Jimin sesalkan, harusnya dia pulang lebih cepat atau setidaknya pulang seperti biasa.
Satu jam lalu dirinya mendapat kabar, adiknya tak sadarkan diri didalam kamar mandi. Kini Jimin merutuki dirinya.
"Jadi.. apa yang harus kita lakukan?"
"Saya sudah menyarankan anda untuk melakukan pengobatan diluar, Tuan. Memang tidak menjamin untuk kesembuhan nya tapi setidaknya kita memiliki waktu yang lebih panjang, semoga saja"
"Baiklah, urus saja semuanya"
"Tapi.. bukan'kah tuan muda tidak setuju?"
"Itu urusanku nanti, bagaimanapun caranya"
"Baik. Saya akan urus segala kebutuhan untuk kepergian anda dan tuan muda sampai disana, keberangkatannya akan dilakukan setelah keadaan tuan muda sedikit membaik"
"Ya"
Langkah Jimin terasa lemas, tubuhnya bergetar. Begitu sesak rasanya melihat orang terkasihnya kembali tersakiti, tersakiti dengan keadaan yang seakan tidak selalu memihaknya.
Taehyung terbaring lemah, lagi. Anak itu dengan tenangnya tidur pulas, tidak tahukah hati kakaknya begitu kacau?
Wajah pucat itu terhiaskan masker oksigen, bibirnya terbuka kecil. Apakah masih sesak? Tidak cukupkah asupan udara itu?
"Nakal sekali adik kakak ini, kenapa lagi hm?" Jimin dengan hati-hati mengusap setiap inci wajah itu, mengecup perlahan dahi dan kedua mata adiknya. "Istirahatlah, kakak temani disini"
°°°
Hari sudah berganti, keadaan didalam rumah megah itu sedikit membaik.
Jimin sudah rapi dengan pakaian rumahan nya, menikmati secangkir kopi sebelum kembali menjalani hari.
Kini, didalam kamar berwarna pastel itu masih tetap hening. Taehyung masih tertidur dengan alat penunjang hidupnya, terlihat menyesakan namun masih bisa disyukuri. Detak itu masih tetap ada.
Mata indah yang ditunggu-tunggu itu akhirnya terbuka, bibir keringnya melenguh lirih. Masih dalam ketidak sasarannya, Taehyung menatap atap kamarnya kosong.
Satu ingatan kembali membuatnya tersadar, kedipan mata itu mengeluarkan air mata.
Taehyung ingat sekarang, kenapa dia berada dalam kondisi seperti ini kembali.
~
Ketika itu Taehyung memang sudah merasa ada yang tidak beres, tubuhnya kembali memberi signal tak mengenakan. Lagi, dengan segala kekerasan kepalanya Taehyung mengelak. Tubuhnya akan tetap baik-baik saja.
Langkah lemah miliknya berjalan dengan sangat hati-hati, Taehyung tidak mengerti kenapa hanya untuk berjalan ke kamar mandi saja semelelahkan itu. Detak jantungnya terus berdebar cepat, dirinya mulai terengah. Desiran menyakitkan mulai terasa, Taehyung tak lagi mampu menopang tubuhnya.
Brukk
Biarkan saja, biarkan saja tubuhnya ambruk. Taehyung tidak lagi peduli, rasa sakitnya hanya terpusat pada titik kehidupannya. Tidak bisakah dia bekerja sama? Taehyung sudah tidak lagi kuat.
"Kak.."
Rintihan kesakitan itu terus keluar, tangannya terus meremat dada kurus itu dengan erat. Nafasnya mulai tersengal, bibir pucatnya kini mulai terlihat membiru.
"Sak-kitt kakk.. hikss.."
"Pul-langh.."
Tak lagi tahu, semua terjadi begitu saja.
.
.
.
Hampir lupa punya ini, ehehe..
See you, 😘
Terima kasih 🥰
06/07/22
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG ~~~ Lengkap ~~~
Fanfic"Kak, Tae mau pulang" "Iya, setelah keadaannya membaik kita pulang" *** "Kak, Tae tidak kuat lagi" "Heyy, jagoan kakak. Tae pasti bisa, Tae anak hebat. Tidak apa, kakak temani disini yaa?" *** Kenapa harus pulang? Apakah dengan pulang bisa membuatm...