PULANG 4

680 74 12
                                    


"Maafkan saya tuan, tapi sekarang ini kondisi tuan muda begitu lemah. Fungsi organ nya sudah sangat menurun, angka kesembuhan itu sudah dibawah lima puluh persen"

"Lima puluh? Kau punya otak min Yoongi?!" Yoongi hanya menundukan kepala, Suara tinggi Jimin membuatnya merasa bersalah. "Angka itu sudah cukup besar! Apa kau tidak bisa berpikir lagi? Bahkan satu persen pun angka itu tidak ada artinya bagi saya"


Yoongi paham. Jimin begitu kukuh dan tak ingin menyerah, semua harus selalu seperti yang diharapkan nya. Bukan karena dia sombong dan egois, tapi untuk satu hal ini biarkan Jimin merasa seperti itu. Jimin terlalu takut untuk menerima kenyataan pahit.

Sudah cukup baginya dua semesta nya menghilang, jadi untuk satu semesta yang tersisa dihidupnya Jimin akan mempertahankan itu sekuat yang dia bisa. Apapun dan bagaimana pun caranya, meskipun jika harus bertukar nyawa dengan dirinya.

"Tolong Yoongi.. tolong adik saya.. tolong sembuhkan adik saya Yoongi" lirih Jimin dihadapan Yoongi, tubuhnya meluruh meraih kedua tangan dokter itu.

"Tuan.. jangan seperti ini" dengan sigap Yoongi menahan tubuh tuannya, membawa Jimin duduk dikursi.

"Tolong lakukan apapun, berapapun biayanya pasti akan saya bayar.. kalau perlu seluruh kekayaan yang saya miliki. Saya mohon.."

°°°


Untuk kesekian kalinya, kenapa takdir selalu ingin merebut kebahagian yang Jimin miliki? Tidak cukupkah kepergian kedua orang tuanya? Kenapa lagi-lagi dirinya harus dihadapkan pada kenyataan yang begitu pahit dan menyeramkan?

Jimin duduk diam didekat brangkar adiknya, termenung menatap tubuh rapuh itu dengan sendu.

Suara detak dan hembusan laju nafas adiknya masih bisa Jimin rasakan, masih terdengar merdu dikala kekosongan hatinya diterpa kegelisahan. Separuh nafasnya sedang berada antara hidup dan mati yang semakin dekat, tidak maukah Tuhan memanggilnya lebih dulu? Jimin rela, asalkan adiknya tetap hidup.

"Dek, kakak mohon. Bertahanlah, setidaknya beri kakak waktu untuk bersama mu lebih lama lagi"

Alat bedside monitor disamping brangkar masih bergambar sama, menampilkan garis-garis yang tidak berbeda jauh dari sebelumnya.

"Ayo, bangun. Kalo adek bangun kakak janji akan mengabulkan apapun permintaan adek"

Bagaimana bisa Jimin tetap kuat ketika kekuatan nya saja sedang berada dalam kelemahan, Taehyung masih betah dalam tidur lelapnya yang mampu membuat sang kakak ketakutan.

Biarkan, untuk kali ini Jimin masih sabar untuk menunggu. Sampai kapan pun, asalkan adiknya berjanji akan tetap berada disisinya.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Meskipun begitu, tanpa Jimin tahu bahwa adiknya selalu mendengarkan setiap cerita dan segala keluh kesah itu. Segala kesakitan dan ketakutan kakaknya yang begitu besar, cerita tentang bagaimana dia memperjuangkan hidupnya untuk Taehyung.




"Maaf, kak. Maafkan Tae.. Tae sayang kakak.."



Taehyung ingin sekali berkata seperti itu, berkata lantang dihadapan kakaknya. Paling tidak jika Tuhan mengizinkan tak apa hanya sekedar kata lirih, hanya sekedar bisikan ditelinga kakaknya. Taehyung hanya ingin mengatakan itu.

Setiap detik yang dimiliknya seolah terus mengejar, Taehyung takut. Taehyung takut di detik selanjutnya dia pergi tanpa kata untuk sang kakak, dirinya takut membuat Jimin semakin merasa terpuruk. Dia sadar bahwa mereka saling ketergantungan, jadi bagaimana bisa salah satu dari mereka bertahan jika salah satunya pergi tanpa pamit?



"Tuhan.. tolong untuk kali ini saja. Biarkan aku bangun untuk menatap kakak ku, tidak apa.. tidak usah lama. Hanya sekedar untuk berpamitan sebelum aku bertemu dengan mu"





Tidak ada yang lebih pedih dari itu, Taehyung dan Jimin hanya takut saling kehilangan belahan jiwa.

Apakah tuhan akan mengabulkan doa keduanya? Jika iya, ada satu permintaan mereka yang sama.



Beri mereka waktu untuk menikmati kebersamaan yang terakhir kalinya.




Titttt




Tiitttt



Tiiitttt



Suara itu mengejutkan lamunan Jimin, tubuhnya terasa menegang dan dibuat kaku.

Tatapan mata Jimin begitu gelisah melihat bagaimana tubuh adiknya mengejang begitu saja, wajah pucat itu seketika berubah merah bersama urat-urat leher dan dahi yang begitu terlihat kentara.

Adiknya seperti dalam keadaan yang sekarat, Jimin dibuat overthinking.

Pikiran-pikiran buruk itu menjadi bayangan menakutkan..



Kesakitan adiknya


Kepergian adiknya


Kesedihan dirinya

Dan





Mungkin Jimin akan lebih memilih ikut bersama Taehyung

.


.


.

Ternyata peminatnya menurun yaa ☹️ gapapa 🙂

Jadi yang udah nungguin terus, terima kasih 🥰


See you 😘

19/07/22

PULANG   ~~~ Lengkap ~~~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang