part IV

32 1 3
                                    

Shafa meletakan secangkir teh didepan abinya yang sedang khusyuk membaca ayat ayat suci Alquran. Begitupula Umi dan Ismail yang sedang melakukan aktifitas yang sama. Sementara karena Shafa sedang berhalangan dia menyiapkan beberapa camilan dan minuman buat mereka.

" Shaf, abi mau bicara," Ilham Abinya memanggilnya setelah menyelesaikan bacaan terakhirnya.

Shafa melangkah mendekat dan duduk disamping Abinya. Ilham memberi kode untuk menunggu sebentar sampai umi dan Ismail selesai.

" Shodaqollahul adzim," ucap Umi dan Ismail hampir bersamaan.

" Allahummar khamna bil qur'an..," Ismail melantunkan doa sementara umi, abi dan Shafa mengamininya.

" Alkhamdulillah, kita masih diberi kesempatan buat baca qur'an hari ini," ucap abi setelah mereka menyelesaikan doanya.

" Abi mau bicara apa?" tanya Shafa penasaran.

" Ehm, itu lho temen abi, pak Jaya mau datang kesini, pengen ngenalin kamu sama anaknya," Shafa terdiam sejenak.

Sebenarnya ini bukan pertama kali keluarga mereka menerima kunjungan serupa tapi entah kenapa untuk saat ini ada perasaan menolak dalam diri Shafa. Padahal biasanya dia pasrah pasrah aja sama abinya.

" Kok diem Shaf?" tanya abi penasaran karena Shafa tidak juga memberi jawaban.

" Ehm, boleh Shafa menolak?" ucap Shafa pelan, dia takut abinya marah.

" Yah nggak pa-pa nanti abi bilang sama pak jaya kalau kamu belum siap, tapi boleh abi tahu alasannya?"

" Kak Shafa mana mau dikenalin cowok lain, dia sukanya sama kak Amar," Ismail menutup mulutnya sembari tertawa tawa kecil.

" Amar?" Ilham mengernyitkan keningnya, sepertinya dia tidak asing dengan nama itu.

" Ismail," bentak Shafa dengan jengkel.

" Amar anak pak Dodik, tetangga perumahan kita yang kemarin abis keciduk polisi gara gara gebukin anak orang itu?" umi terlihat sedikit kaget mendengar ucapan Ismail.

" Jangan dengerin omongan Ismail, umi, ngaco aja dia itu," Shafa mencoba menenangkan uminya.

" Tunggu deh, dia kayaknya akhir akhir ini sering pesan kue kan sama kita?" tenya umi memastikan.

" Iyah umi, sering dateng ke toko juga kok," umi menatap Ismail penasaran.

" Apa iyah Il," Ismail mengangguk pelan, sementara Shafa menekuk mukanya dengan cemberut.

" Apa bener Shafa suka sama Amar?" giliran Abi angkat bicara.

" Abi ih, dah dibilang jangan denger omongan Ismail," jawab Shafa makin cemberut.

Dia menyesal menolak permintaan abinya. Tapi memang entah kenapa setiap bertemu Amar dia merasakan sesuatu yang lain. Sesuatu yang tidak pernah dia rasakan saat bertemu pria lain.

" Anaknya bandel banget lho bi, suka tawuran kata ibu ibu pengajian, mana pacarnya banyak," Ilham tergelak mendengar penuturan istrinya yang bernada khawatir.

" Anak muda um, belum takut dosa," ucap Ilham dengan santainya.

" Lho abi ngerestui gitu kalau kak Shafa sama kak Amar? ini kak Amar lho bi, gak keitung dia gonta ganti cewek berapa kali," sahut Ismail tidak terima.

" Kalian ini serius amat sih, kan Shafa udah bilang kalo dia nggak suka, masak iyah abi gak percaya sama anak abi sendiri, lagian Shafa udah gede untuk tahu mana yang benar dan mana yang salah, iyah kan sayang," Ilham membelai rambut Shafa dengan lembut.

" Ih kalo kak Shafa aja digituin, coba Ismail, gak ada lembut lembutnya deh abi," giliran Ismail yang cemberut merasa tidak terima dengan ucapan Ilham.

Ilham tersenyum lembut.

ShafaWhere stories live. Discover now