2. kunci untuk membuka hati

7 0 0
                                    

Setelah membuat tiga gelas es kopi dengan sangat rapi dan cekatan karena terbiasa, Rain bersiap dengan menenteng tas ranselnya untuk keluar dari kafe. Segelas es kopi di tangan kanan dan sekantong plastik berisi dua gelas es kopi di tangan kiri. Ia mengunci pintu dengan cepat ketika menyadari, sebentar lagi pukul 8.

Rain dengan buru-buru melangkah keluar meninggalkan kedai kopi berlantai dua dengan luas sekitar delapan puluh meter persegi itu. Kakinya yang panjang seolah sangat membantu untuk melangkah lebih cepat, hingga melambat ketika melihat seorang gadis dari kejauhan di depan mobilnya.

Rain memicingkan mata sesaat. Gadis itu mengenakan gaun selutut yang transparan hampir memperlihatkan seluruh bagian paha belakangnya yang putih karena sedang berjinjit mengambil sesuatu di windscreen wiper mobilnya dan tepat ketika ia mulai dekat, Rain merasakan dirinya seperti tersengat aliran listrik. Ia menelan ludahnya sendiri memerhatikan gadis berukuran mini di hadapannya sekarang, kulit yang putih, tubuh berisi yang berkeringat membuatnya tampak menggairahkan. Sepagi ini, pikirannya sudah kotor saja.

Rain segera menekan kuncinya hingga mobil berbunyi. Gadis itu spontan tersentak kaget.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya refleks bingung dengan perbuatan gadis itu, ia menatapnya dari jarak yang sangat dekat. Keduanya hanya berdiri bersisian saja, menambah gejolak di hati Rain.

Gadis itu menoleh dan memerhatikan Rain sesaat dari ujung kaki sampai ujung kepala seolah sedang memindai sesuatu. Baginya mungkin tubuh Rain adalah pemandangan yang indah.

"Aku ingin mengambil kertas itu," tunjuk gadis itu singkat seolah ia baru sadar atas pertanyaan beberapa menit lalu. Rain melirik ke objek yang disebutkan gadis itu.

Namun, Rain berusaha seolah tak peduli. Ia berjalan di sisi yang lain dan langsung membuka pintu kanan mobil kemudian masuk ke dalam tanpa mengucap sepatah kata pun.

Si pemilik mobil sudah habis menenggak es kopinya karena tiba-tiba merasa panas, AC sudah dinyalakan dan terasa dingin namun tidak dengan tubuhnya. Tubuh gadis itu membuat pikiran liarnya bergejolak seketika. Meskipun tidak mengenakan pakaian yang terlalu terbuka, rasanya energinya terkuras habis karena melihat sesuatu hal tanpa ia tahu sebabnya.

"Padahal Fani dan Karen selalu lebih menggoda. Kenapa aku seperti ini hanya karena melihatnya?" tanya Rain pada dirinya sendiri. Ia menyandarkan bahu ke joknya yang empuk.

Masih dari dalam mobil, Rain memerhatikan gadis itu yang sudah sekitar dua menit masih berusaha. Rasanya, tak hanya dirinya yang jahat, namun beberapa orang yang melintas juga terlihat tak peduli. Visualisasi dari kedua bola matanya tampak seperti video slow motion di mana gadis sedang menggoda seorang pria. Plak! Ia menampar paha dan menahan sakitnya sendiri, setidaknya ia terbebas dari pikiran kotornya.

"Cepat, aku harus pergi," ujar Rain membuka kaca jendela sebelah kirinya memerhatikan gadis itu yang tak kunjung selesai dengan tingkahnya. Atau diam-diam ia memang menggodanya?

Kalau dipikir-pikir memang bukan salahnya. Apalagi, mobil Pajero Sport memang tinggi ditambah posisi kertas berada di tengah-tengah windscreen wiper yang tentu cukup sulit untuk gadis yang tidak begitu tinggi itu. Namun, bagaimana pun agak mengesalkan karena Rain pun buru-buru.

"Sebentar," ujar Heya agak kesulitan. Tangan kirinya memegangi rok yang terangkat beberapa kali kadang bergantian memegangi kerahnya agar bagian dadanya tidak terekspos.

Rain melirik arlojinya, kemudian kembali memerhatikan gadis dari balik kaca. Lingkar lehernya yang sebenarnya tidak terlalu rendah namun tetap membuat sebagian dadanya hampir terlihat jelas karena sudut duduknya sangat tepat dan ia tak sengaja melihat itu. Rambut hitam legam sepunggungnya tampak kucel dan basah karena keringat, akhirnya berhasil diikat hingga menampakkan garis-garis otot lehernya yang kebiruan di antara kulih putihnya, sangat menggoda. Seluruh bagian lehernya mulai masuk di imajinasinya lagi. Itu benar-benar membuat Rain kesal setengah mati. Pikirannya sudah tidak waras dan tidak seharusnya memikirkan hal-hal tidak masuk akal sepagi ini.

CALL YOU MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang