11. Sedingin Es Part 3

14 3 0
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.

Vote+coments
Typo tandai

Pikiran Alasya kini tak karuan,ia masih memikirkan kejadian semalam ketika ia bertemu seorang pangeran bernama Justine dan yang masih menjadi hal yang sulit ia terima adalah ketika Justine mengatakan Alasya adalah gadis keturunan peri dimasa lampau yang sekarang masih sama seperti dulu. Di tambah Alasya merasakan keanehan pada dirinya ketika tercium aroma wangi dari tubuhnya mungkinkah ini jawaban dari semuanya?

Dari semalam sepulang dari ruangan persegi itu Alasya sulit untuk memejamkan matanya hingga larut malam dan ia baru bisa tertidur pada jam tiga dini hari. Sekarangpun ia sedang melamun dengan tangan yang masih mengaduk-aduk adonan gandum yang akan dibuat roti oleh Bu Ana.

Caca_ teman Alasya yang terkadang iri melihat kedekatan Alasya dengan Ghibran_anak seumuran Alasya dan Caca, rumah Ghibran berdekatan dengan panti sehingga ia sering main bersama Alasya dan anak panti lainnya.

Caca berpikir bahwa Alasya kini tengah melamunkan Ghibran karena pemuda itu belakangan ini jarang bermain dengan anak-anak panti.

Caca disamping Alasya yang tengah mencuci piring melirik Alasya
"Hmm seneng banget sih hari ini, bisa jenguk Ghibran sama temen-temen lain ke rumahnya"

Alasya tak bergeming ia bahkan tak mendengar sedikitpun setiap kata yang Caca ucapkan

"Ternyata dia sakit loh, beruntung aku peka. Ternyata firasatku bener kalau dia sakit" Caca berniat memanas-manasi dan pamer kepada Alasya, namun tak ada reaksi dari Alasya membuat dirinya kesal sendiri

"Eh Alasya!" Suara Caca yang lumayan meninggi membuat Alasya tersadar dari lamunannya dan menoleh ke Caca

"Kenapa Ca?" Tanya Alasya

"Kamu dari tadi kenapa ngelamun terus? nyesel ya karena gak ikut jenguk Ghibran?! Siapa suruh bangun kesiangan" jawab Caca sinis

Dahi Alasya mengerut tak tahu arah pembicaraan Caca
"Aku ngalamun bukan karena apa-apa kok, aku terlanjur gak ikut jenguk Ghibran juga gak masalah, lagian udah ada kamu sama temen-temen lain juga kan?" Ucap Alasya lalu datanglah Mimi mengambil alih adonan gandum yang dipegang Alasya

Caca hanya menatap Alasya malas

"Yaudah Ca, aku pamit ke depan dulu ya" karena pekerjaannya sudah selesai Alasya melangkahkan kaki ke depan rumah dan duduk dikursi teras rumah

Apa aku bisa ketemu lagi sama si Justine? ngomong-ngomong siang hari gini dia lagi ngapain aja ya dengan wujudnya yang gak kelihatan? hmm jadi penasaran. Batin Alasya

Alasya termenung hingga tepukan dibahunya menyadarkan Alasya. Ia menoleh pada sumber suara yang tak lain Meri yang baru saja keluar

"Sya, kenapa sih? Dari tadi aku lihatin bengong terus, jangan keseringan nter kesambet loh"

"Eh Meri, gak kok mana ada aku bengong"

Meri mencibir
"eleeh, gak usah ngeless. Keliatan dari tu muka, lagi ada masalah?"

Alasya menatap Meri sejenak, mungkinkah ia cerita saja pada Meri tapi ia urungkan dan kembali menatap lurus

"Gak ada, gak kenapa-napa juga" Alasya tersenyum pada Meri

"Bener?" Meri menatap Alasya penuh selidik

"Bener Meri cantiik" ucap Alasya gemas

Meri mengangguk-anggukan kepalanya saja setelah itu ia bangkit dari duduknya

"Mau ke mana Mer?" Tanya Alasya menghentikan Meri

"Mau ke ruang persegi, hari ini jadwal piket aku, kenapa?"

"Mm ikut ya, bosen disini gak ada kerjaan" Meri nampak berfikir,namun beberapa detik setelahnya berbinar mendengar ucapan Alasya
"Nanti aku bantu-bantu sedikit deh"

Meri terkekeh " Banyak juga gak papa, Sya"

"Yaudah yuk" Keduanya beranjak dari tempat duduknya

***

Kriieet

Suara pintu dibuka dari luar oleh dua gadis. Debu-debu halus menyambut keduanya, membentuk jejak kaki menandakan betapa kotornya lantai ruangan ini. Kedua gadis yang baru saja masuk kedalamnya pun tak heran lagi dengan pemandangan yang selalu sama saat akan memulai membersihkan ruangan ini. Kini Meri memulai dengan membersihkan peralatan seperti ; bingkai diatas meja, hiasan dinding, dan beberapa benda lainnya yang berdebu dengan kemoceng.

Mata Alasya menelisik setiap sudut ruangan mencari sosok yang memenuhi pikirannya semalam tapi dia tidak ada. Dan akhirnya ia memilih diam menghadirkan keheningan hingga sebuah suara memecah keheningan tersebut.

"Kamu ngerasa aneh gak si Sya,sama ruangan ini?" Meri bertanya sesekali menoleh pada Alasya

"Aneh gimana maksudnya?" Alasya pikir selama ini hanya dirinya yang merasa aneh dengan ruangan ini ternyata dugaannya salah

"Kayak ada yang gak beres aja si, masa debu-debunya setebel ini, padahal anak-anak panti piket hampir setiap hari kan?"

"Aku juga ngerasa kayak gitu, aneh" gumam Alasya yang masih bisa didengar oleh Meri

Bukannya kamu udah ngerti alesannya? kenapa masih heran?

Deg

Suara tanpa rupa yang terdengar kembali ditelinga Alasya sukses membuat gadis cantik itu kaget.

Itu kan suara Justine? Ternyata bener ya siang-siang gini gak nampak wujudnya dia_batin Alasya

Bersambung

Follow instagramku
@riaamanda349


CERPEN RANDOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang