Kisah lain

41 7 7
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.

Tinggalkan jejakmu dengan memencet bintang
Typo tandai

Tiint Tiint

Sebuah mobil yang nampak sederhana memasuki pekarangan rumah bercat cream yang tampak megah bertingkat namun sayang terlihat suram. Halaman rumah itu pun kini masih banyak sampah dedaunan yang berserakan, serta lantai yang nampak berdebu dan kotor, rumah bercat cream itu jauh dari kata terawat.

"Sudah sampai, ayo turun dan segera lakukan apa yang harus kalian lakukan" suara lelaki paruh baya yang berada dikursi kemudi terdengar mengintruksi istri dan anak tunggalnya

Istri dan anak itu hanya menurut, keduanya turun diikuti lelaki paruh baya dibelakangnya. Saat belum melangkah tak jauh dari sana dua orang wanita berseragam mendekati ketiganya. Dua orang wanita tersebut adalah maid keluarga kecil dihadapannya yang sudah bekerja selama 13 tahun lamanya.

"Maafkan kami tuan, nyonya, den. Kami seharusnya tiba lebih dahulu" ucap salah satu dari keduanya seraya membungkuk hormat

"Itu tidak masalah bi Eka, bi Tini. Saya cuma minta tolong setelah ini temani saya melihat-lihat seluruh ruangan yang ada dirumah ini."

"Tentu nyonya Daniar" sahut bi Eka

"Ma, nanti aku ngikut ayah aja" remaja yang tak lain adalah anak tunggal dari Daniar itu baru bersuara

"Ya terserah kamu saja Ga"

Yoga namanya, dia remaja yang tak banyak bicara. Tubuhnya tinggi tegap berkulit sawo matang dengan manik mata yang selalu tajam ketika melihat apapun.

Yoga meninggalkan ibu dan kedua maidnya untuk menyusul langkah sang Ayah yang sudah mendahuluinya. Bahkan bayangan tubuh Andre (ayah Yoga) sudah tak terlihat oleh mata Yoga, namun remaja itu tetap berjalan santai dengan kedua tangan dimasukkan kesaku hoddienya tanpa rasa takut ataupun khawatir jika dirinya akan tersesat didalam rumah megah yang nampak horor ini.

Langkah kaki Yoga terhenti melihat sebuah bingkai besar didinding dengan tirai yang menutupinya. Mungkin itu semacam lukisan yang sengaja disembunyikan batin Yoga. Selepas itu anginpun berembus menyapa tirai yang menutupi bingkai tersebut. Membuat tirai itu sedikit berkibar, angin itu ibarat rasa penasaran Yoga untuk menyingkap tirai putih itu guna melihat ada apa dibaliknya.

Tapi niat itu tidak terlaksana kala suara Andre masuk kegendang telinganya dengan memanggil namanya

"Perlu bantuan apa, Yah?" Yoga mengangkat sebelah alisnya

"Tolong cek dahulu kamar dekat dapur itu, nanti ayah akan menyusul" ucap Andre kemudian berlalu dari posisinya. Yoga sedikit terkejut namun raut wajahnya tak berubah sedikitpun selain ekspresi datar

Sesuai apa yang diperintahkan Andre, kini Yoga sudah berada didepan kamar yang dimaksud sang ayah. Yoga agak merasa aneh dengan kamar ini, seperti ada aura yang berbeda padahal pintu kamar belum ia buka.

Krieet

Dengan gerakan perlahan Yoga membuka pintu kamar, debu yang tebal menyambut indra penglihatan Yoga. Hawa panas pun menyeruak bersamaan saat Yoga menyalakan lampu kamar. Tak hanya itu sesuatu diatas ranjang berukuran king Size membuat Yoga penasaran, ia pun mendekat dengan langkah pelan.

Semakin mendekat tampak jelaslah sesuatu yang sedari tadi membuat Yoga penasaran. Yoga menahan napas sejenak, tak ayal keringat dinginpun berlomba-lomba mengucur dari dahi Yoga, kakinya pun terpaku tak dapat ia gerakan kala mengetahui ternyata sesuatu itu adalah 'kepala bayi' yang tergeletak begitu saja diatas kasur lusuh itu dengan keadaan mata si bayi yang terpejam dan bibir pucat menghiasi wajah bayi itu.

Yoga tak mampu mengucapkan sepatah kata. Saat tersadar ia pun segera keluar dari kamar tersebut, saat itu pula sang Ayah menghampirinya. Andre melihat wajah ketakutan anaknya, dengan gerakan cepat Andre masuk ke dalam kamar itu tanpa meminta penjelasan apa gerangan yang membuat Yoga seperti ini.

Andre pun sama terkejutnya dengan Yoga saat melihat 'kepala bayi' itu. Namun dengan segala keberaniannya Andre mengangkat kasur dari setiap ujungnya yang disatukan dan membawanya keluar dari kamar secara perlahan.

Tetapi sesuatu terjadi membuat keduanya terpaku secara bersamaan. Detak jantung mereka berduapun serasa berhenti. Kepala bayi itu jatuh menggelinding, tak lama melayang diudara lalu muncul kedua tangan serta kaki, hingga membentuk tubuh yng sempurna seperti bayi pada umumnya, tak hanya itu bayi tadi memandang kedua lelaki berbeda usia yang masih terpaku seraya menjulurkan lidahnya kemudian berlari entah kemana.

Selesai

Pekalongan, 5 Agustus 2022

CERPEN RANDOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang