1. Buah Bibir

242 10 1
                                    

Selamat Membaca
Jan lupa vote+komen

Udara dingin serasa menusuk tulang. Setetes embun jatuh dari daun pepohonan yang tumbuh lebat.Agatha menghirup udara segar yang belum berpolusi.

Berjalan menyusuri hutan sesekali melihat kebawah untuk mencari kayu bakar. Itu yang dilakukan gadis nan elok sebelum pergi menimba ilmu.

Agatha anak yang mandiri. ia hanya tinggal bersama nenek Asih, neneknya yang sebatang kara sejak kedua orang tuanya meninggal karena peristiwa kebakaran empat tahun yang lalu.
Saat kejadian itu Agatha masih terselamatkan. Namun tidak dengan kedua orang tuanya.
Sepeninggal kedua orang tuanya Agatha selalu merasa kesepian, bagaimana tidak? ia adalah anak tunggal dirumahnya.ia tidak punya sanak saudara dari ayah, yang ia tahu cuma nenek dari ibunya yang tinggal di desa.

Disaat usianya baru berumur 10 tahun Agatha yang malang memilih pindah ke desa menemani neneknya. Meskipun ia harus hidup kekurangan, ia tetap bersyukur karena masih diberi kesehatan.

Menurut Agatha tinggal di desa jauh lebih menyenangkan dibandingkan saat di kota. Suasana desa dipagi hari lebih menyejukan. Selain itu keadaan desa yang masih asri, masih banyak hijau-hijauan, pohon rindang,dan jauh dari kebisingan membuat hati menjadi tentram.

Agatha juga memiliki kepribadian yang baik, mungkin akan berbeda dari anak-anak lain yang seumurannya, Agatha yang usianya kini baru menginjak 14 tahun sudah mau bekerja keras, jiwa setianya kuat untuk merawat neneknya yang sakit. Nenek Asih yang sakit badannya lemah, dan hanya bisa berbaring, mengharuskan Agatha menggantikan peran neneknya mencari kayu bakar.

Niatnya yang baik, kadang menjadi bahan omongan ibu-ibu tetangga.
mereka selalu keluar dan memandanginya setiap kali Agatha melewati depan rumah-rumah dengan membawa kayu bakar ditangannya. Entah hal baik atau buruk yang dinilai tetangganya itu.

Pukul 06.25

Agatha sudah siap akan berangkat sekolah. Setelah pulang dari mencari kayu bakar tadi, ia melanjutkan dengan sarapan. dan menyiapkan kayu bakar yang sudah diikat dan diletakkan di luar. Mang dadang biasa setiap pagi mengambil kayu bakar yang sudah siap untuk dijual lagi.

"Ini ya mang" ucap Agatha yang sudah siap dengan seragam lusuhnya.

Mang Dadang mengeluarkan uang 20 ribuan dari sakunya, lalu diserahkankan ke Agatha.

"Ini hasil hari ini, lumayan banyak." ucapnya

"Makasih mang."

setelah beres, Agatha pamit kepada nenek Asih.

"Berangkat dulu ya nek,," pamit Agatha, sembari mencium punggung tangan neneknya yang sudah keriput.

"Hati hati ya tha," balas neneknya dengan senyuman.

" Ingat loh, kalo ada omongan orang lain yang mengusik telingamu,jangan diambil hati, menguras tenaga saja." Lanjut nenek dengan petuahnya.

" Iya nek" Saut Agatha menyinggungkan senyumnya

Nenek Asih hapal betul, cucunya yang selalu dijadikan bahan omongan.Entah itu tanggapan positif atau negatif yang dilontarkan warga,ia tetap tak ingin ada seseorang yang mengusik cucunya.

Rumah Agatha tidak terlalu jauh dari sekolahnya. Agatha hanya butuh waktu 10 menit untuk berjalan kaki kesana.

Sesampainya di sekolah

"Aga..!, kamu dipanggil bu Dinda." Panggil Zidan teman Agatha secara tiba tiba.

" Owh ya, emang ada apa ya?" ucap Agatha berbalik tanya kepada Zidan

" Ya mana aku tau Aga, bu Dinda cuma suruh aku manggil kamu." ucap Zidan

" Ya udah, makasih ya." jawab Agatha.

Agatha segera menuju ke kantor guru, dengan langkah terburu-buru. Tiba-tiba dari arah berlawanan Elin, Salsa, dan Windy dengan sengaja menyenggol Agatha hingga terjatuh.

Mereka bertiga adalah anak dari kalangan orang kaya. Kesehariannya cuma mencari-cari kesalahan orang lain. Mereka juga sering mengucilkan Agatha.

" Upss.. maaf, sengaja!" ucap Windy lalu tertawa bersama Elin, dan Salsa.

Badan ramping yang mengenakan seragam lusuh itu terhempas.

"Maksud kamu apa?, kamu gak lihat ada orang yang lagi jalan?" ucap Agatha bangkit dari lantai yang menjadi saksi bisu kesalahan tiga orang di hadapannya.

" Agatha, Agatha. Bukanya kamu sendiri yang kurang hati-hati? malah nyalahin kita!" ucap Elin mengeraskan suaranya.

Siswa-siswi yangmendengar itu, lantas menoleh dan memperhatikan mereka berempat.

" Namanya juga anak kampungan! kerjanya cuma disuruh sama nenek gak guna! pantes cuma bisa nyalahin orang!" timpal Salsa memutar balikan fakta dengan kata-kata pedasnya yang cukup dalam untuk menggores hati

"Kamu boleh ejek aku! kamu boleh bicara seenaknya tentang aku! tapi jangan sekali-kali kamu bawa-bawa nenek aku!" Jawab Agatha, darahnya mulai mendidih

Agatha mulai lupa dengan petuah neneknya.

"Kamu berani juga ya?!" ucap Elin

Keempat anak yang saling tersulut emosi akhirnya bertengkar. Salsa dan Agatha saling tarik-menarik rambut, sedangkan Elin dan Windy hanya menonton keduanya.

Bu Dinda yang kebetulan akan menuju kelas,melihat pertengkaran itu. Bu Dinda segera menghampiri dan melerai Agatha dan Salsa, keduanya berhasil dipisahkan.

Surya sudah kembali ke tempat persinggahannya. gelap menggantikan posisi terang.

Agatha yang berjalan pulang dari warung
melihat bocah kecil pengemis pinggir jalan.ia lantas memberikan satu bungkus nasi yang baru saja ia beli.Tanpa ia sadari ada dua gadis yang sedang memperhatikannya dari seberang jalan. mereka adalah Elin dan Salsa.

Melihat kebaikan Agatha. mereka berdua mulai sadar mengapa dirinya anak orang kaya tidak pernah melakukan kebaikan sedangkan Agatha yang bisa dibilang miskin mau berbagi,padahal ia kekurangan. Mereka termenung hingga Agatha tak terlihat oleh pandangan.

Saat waktu yang bersamaan,Windy hendak menyebrang jalan ia tidak sadar ada mobil dari kejauhan yang melintas dengan cepat. Agatha melihat itu dengan cekatan mendorong tubuh Windy agar terhindar dari laju mobil yang sudah dekat.
Alhasil Windy dan Agatha tersungkur di pinggir jalan, syukur keduanya selamat. Akhirnya Keduanya di bantu oleh Elin dan Salsa. Dalam hati semakin tampak jelas kebaikan Agatha.
Ia mau menolong orang yang sudah merendahkannya.

Keesokan harinya, saat hari libur, Elin, Salsa,dan Windy berkunjung ke rumah Agatha dan ketiganya meminta maaf pada Agatha.

" Maaf ya Ga,," kalimat itu terdengar dari mulut Elin ,Salsa, dan Windy

"Iyaa,, udah dimaafin kok." Jawab Agatha tersenyum manis

" Kamu emang orang baik." Jelas Salsa.

Sejak saat itu Agatha berteman baik dengan Elin, Salsa, dan Windy.

Selesai

Amanat
- Mengajarkan untuk sopan santun terhadap orang yang lebih tua
- Selalu mengingat dan menerapkan nasihat dari orang tua.
- Jangan merendahkan orang lain.
- Menerapkan sikap yang baik terhadap teman.
- Selalu menerima dengan lapang dari dada setiap ujian yang didapat.

________________________________




\Buletin Atsar/


Pekalongan, 1 Juni 2022

CERPEN RANDOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang